Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 01 [Rumah Baru]

Berita harian 29 Januari 1997

Keluarga seorang Paranormal bernama Christopher Lim ditemukan tewas di kediamannya. Tidak ada tanda-tanda bahwa telah terjadi perampokan atau tindak kekerasan lainnya.

Berita Harian 30 Januari 1997

Telah ditemukan seorang bocah laki-laki dalam keadaan tak sadarkan diri di pinggir hutan dengan memegang sebuah Salib di tangannya.



°•°•°INSIGHT°•°•°

  Tahun 2020.

    Di sebuah unit apartemen di pusat kota, kesibukan kecil terlihat pagi itu. Reygan Munaf, seorang dokter berusia 35 tahun tampak keluar dari sebuah ruangan dengan membawa sebuah koper dan juga ransel.

    Memandang ke ruangan lain, Reygan menegur cukup keras, "Ethan, kau belum selesai?"

    Tak mendapatkan jawaban, Reygan berjalan menuju ruangan itu. Bermaksud untuk memanggil orang yang menghuni ruangan itu. Namun sebelum tangan itu berhasil menyentuh pintu, pintu telah terbuka lebih dulu dari dalam. Menampakkan bocah berusia 11 tahun. Ethan Munaf, putra dari Reygan.

    Reygan tersenyum. "Sudah selesai?"

    Ethan mengangguk tanpa semangat dan melewati sang ayah. Reygan menghela pelan napasnya, mendapati wajah sang putra yang selalu murung sejak sebulan yang lalu. Reygan kemudian menyusul Ethan dan memutuskan untuk segera meninggalkan apartemennya.

    Pagi itu keduanya akan meninggalkan kota karena Reygan dipindah tugaskan ke sebuah desa yang berada di pinggiran kota. 

    "Tidak ada yang tertinggal?" tanya Reygan setelah keduanya masuk ke mobil.

    Ethan hanya menggeleng lalu memalingkan wajahnya. Alih-alih duduk di depan, bocah itu lebih memilih duduk di belakang. Seperti hari-hari sebelumnya, bocah itu menjadi sangat pendiam. Hal itu terjadi sejak Reygan bercerai dengan ibu Ethan, lebih tepatnya pada bulan lalu. Kedua orang dewasa itu tak lagi bisa mempertahan hubungan mereka dan memutuskan untuk berpisah. Sedangkan hak asuh anak jatuh kepada Reygan. Namun yang terjadi pada Ethan benar-benar membuat Reygab khawatir.

    Sebelum kasus perceraian kedua orang tuanya, Ethan adalah bocah yang sangat aktif dan banyak bicara. Namun selama satu bulan terakhir, sikap bocah itu terkesan sangat dingin. Dia bahkan jarang menyahut ketika Reygan mengajaknya berbicara. Reygan sendiri sudah sering mengungkapkan permintaan maafnya, namun sepertinya hal itu tak memberikan pengaruh apapun terhadap bocah itu.

    Meninggalkan kesibukan kota yang masih berlangsung. Reygan melajukan mobilnya ke arah timur. Dan setelah perjalanan yang cukup jauh, mobil itu menyusuri jalan besar di pinggir hutan. Sepanjang perjalanan Reygan tak henti-hentinya memastikan keadaan Ethan. Dan setelah cukup lama tertidur, Reygan melihat Ethan membuka mata.

    Reygan menegur, "kau sudah bangun?"

    Ethan hanya memandang sekilas tanpa menjawab.

    Tak ingin menyerah, Reygan kembali berbicara, "sebentar lagi kita akan sampai di rumah baru kita. Ayah dengar udaranya sangat bagus di sini. Sepertinya tinggal di tempat ini adalah hal yang baik … jika kau menginginkan sesuatu, kau tinggal mengatakannya pada ayah."

    Ethan tak terlalu memperhatikan ucapan sang ayah ketika pandangan bocah itu justru terfokus pada seorang bocah laki-laki yang berdiri di tepi jalan.

    "Kau menginginkan sesuatu, Ethan?" Reygan memandang sang putra melalui spion.

    "Berhenti," ucap Ethan tanpa mengalihkan pandangannya pada bocah yang sudah tertinggal di belakang.

    "Kau mengatakan sesuatu?"

    "Hentikan mobilnya."

    Dahi Reygan mengernyit, namun ia tetap menepikan mobilnya. Reygan hendak menegur Ethan, namun bocah itu tiba-tiba keluar dari mobil dan menghampiri bocah yang masih memandangnya itu.

    "Ethan, hey … kau ingin ke mana?" teguran sang ayah yang terabaikan begitu saja.

    Reygan segera turun dari mobil dan mengejar putranya. Merasa heran dengan tindakan sang putra. "Ethan, kembali. Kau ingin pergi ke mana?"

    Ethan tampak tak peduli dan hampir menjangkau tempat bocah itu yang kini sudah berhenti di tengah jalan. Bisa Ethan lihat bahwa bocah seusianya itu tidak memakai alas kaki dan juga tampak kotor dengan pakaian lusuh yang terlihat sobek di beberapa bagian.

    "Ethan … kembali sekarang. Apa yang sedang kau lakukan di sana?" Reygan berjalan menyusul putranya.

    Ethan memperhatikan bocah itu. "Kau siapa?" tanya Ethan kemudian.

    Bocah asing itu tak menjawab, namun justru mengulurkan tangan kotornya ke arah Ethan. Ethan memandang ragu, namun perlahan tangan kanannya terangkat untuk menjabat tangan bocah itu.

    "Ethan, apa yang kau lakukan di sana?" tegur Reygan ketika menyadari ada yang aneh dari putranya.

    Saat itu tiba-tiba terdengar suara deru mobil dari arah berlawanan. Reygan menoleh dan mendapati sebuah mobil melaju dengan kecepatan tinggi ke arah Ethan yang berdiri di tengah jalan. Netra Reygan membulat, dengan cepat kaki itu berputar dan berlari menghampiri putranya.

    "Ethan, awas!"

    Ethan tak merespon. Tangan kedua bocah itu hampir bersentuhan, namun Reygan tiba-tiba menarik tubuh Ethan dan berguling ke samping tepat beberapa detik sebelum mobil itu melewati tempat Ethan berdiri sebelumnya.

    Wajah Reygan mengernyit ketika merasakan punggung tangannya yang panas setelah bergesekan dengan aspal cukup keras. Namun ia segera bangkit untuk memastikan keadaan putranya.

    Reygan menangkup wajah Ethan menggunakan kedua tangannya dan berbicara dengan nada yang khawatir, "kau tidak apa-apa? Apa yang kau lakukan di sana? Kenapa kau tidak mendengarkan ayah?"

    Pandangan Ethan terjatuh pada punggung tangan Reygan yang terluka. Ethan kemudian meraih telapak tangan Reygan, bermaksud memberitahukan pada sang ayah.

    "Tidak apa-apa, ayah baik-baik saja. Kita obati saat sampai di rumah … kau baik-baik saja?"

    Ethan mengangguk.

    "Kita pergi sekarang."

    Reygan bangkit dan menarik lembut bahu Ethan untuk kembali ke mobil. Saat itu Ethan menoleh ke belakang, mencari bocah yang sebelumnya ia lihat. Namun tak ada siapapun di sana.

    "Masuklah."

    Ethan masuk ke dalam mobil, begitupun dengan Reygan. Keduanya lantas melanjutkan perjalanan. Tak begitu jauh dari tempat sebelumnya, keduanya sudah sampai di rumah baru mereka.

    Reygan menghentikan mobilnya di halaman sebuah rumah sederhana berlantai satu. Jarak rumah yang mereka tempati cukup jauh dari pemukiman warga setempat dan juga dikelilingi oleh hutan. Reygan tak memiliki pilihan lain karena hanya tempat itu yang bisa mereka tinggali. Namun meski jauh dari rumah penduduk, tempat di sana terlihat sangat bersih.

    Keduanya turun dari mobil. Reygan hendak membuka bagasi untuk menurunkan semua barang-barang mereka, namun pergerakannya terhenti oleh teguran Ethan.

    "Obati dulu luka Ayah."

    Reygan sekilas memandang punggung tangannya. Tersenyum, Reygan mengembalikan pandangannya pada putranya. "Kau mau mengobatinya untuk ayah?"

   Terdiam beberapa detik, Ethan kemudian mengangguk. Reygan lantas masuk ke rumah untuk mengambil kotak obat dan setelahnya keduanya duduk di teras rumah. Reygan memperhatikan Ethan yang tengah mengobati lukanya dan sempat mengernyit menahan rasa sakit. Namun ada perasaan lega karena putranya itu kembali bersedia menyahutinya.

    Tak ingin kehilangan kesempatan yang berharga itu, Reygan kemudian memulai pembicaraan. "Kau benar tidak apa-apa? Tidak ada yang terluka?"

    Ethan menggeleng tanpa melepaskan fokus pandangannya pada punggung tangan sang ayah.

    "Jika ada sakit, katakan pada ayah."

    Ethan kembali menggeleng.

    Reygan mengulas senyumnya, memandang ke sekitar rumah yang tampak hijau. Dia kembali berbicara, "tempatnya masih sangat hijau, udara di sini masih terasa segar." Reygan memandang kembali putranya. "Bagaimana menurutmu? Apakah kau menyukai tempat ini?"

    Ethan menggeleng.

    "Kenapa?"

    "Kita tidak memiliki tetangga."

    Reygan tersenyum lebar. "Maafkan ayah, tapi hanya ini tempat yang bisa kita tinggali. Kau akan segera mendapatkan teman saat kau mulai masuk sekolah."

    Ethan tak lagi merespon. Setelah itu Ethan membantu Reygan untuk memasukkan semua barang bawaan mereka ke rumah. Reygan membawakan koper milik Ethan ke lantai atas dan mengantarkan sang putra ke kamar yang akan bocah itu tempati.

    "Ini adalah kamarmu, kamar ayah di ruangan ujung sana."

    Ethan memasuki kamar itu dan memperhatikan sekeliling, sementara Reygan berjalan menuju ke jendela dan menyibakkan gorden tebal yang membuat cahaya dari luar memasuki kamar yang sedikit gelap itu.

    Reygan menghampiri putranya. Mengusap pelan puncak kepala bocah itu. "Istirahatlah, ayah akan membereskan di bawah. Jika perlu sesuatu, katakan saja pada ayah."

    Ethan hanya mengangguk, dan setelahnya Reygan pergi dari sana. Setelah pintu di belakangnya tertutup, Ethan berjalan menuju ranjang. Menaruh ranselnya di sebelah meja belajar, Ethan kemudian mendudukkan dirinya di tepi ranjang.

    Bocah itu kembali termenung, seperti hari-hari sebelumnya saat ia sendirian. Dan seperti hari-hari sebelumnya pula, air mata kembali keluar dari kedua sudut mata bocah itu. Merasa sakit hati dengan perceraian kedua orang tuanya.

    Brakk!

    Ethan terlonjak ketika suara benturan yang cukup keras tiba-tiba terdengar. Dengan cepat Ethan menoleh ke sumber suara. Memandang heran dengan sesuatu yang menempel di kaca jendela kamarnya. Ethan kemudian beranjak, berjalan mendekati jendela. Dahi bocah itu mengernyit ketika mendapati seekor burung gagak terjebak di kaca jendela, di mana paruh burung itu terjebak ke dalam lubang kaca yang retak. Ethan yakin bahwa suara benturan keras sebelumnya berasal dari burung gagak itu yang menabrak kaca jendela.

    Ethan mengusap wajahnya yang sedikit basah oleh air mata. Bocah itu berinisiatif untuk membantu burung gagak yang tengah mencoba melepaskan diri tersebut. Namun sebelum tangan Ethan menyentuh paruh burung gagak itu, burung gagak lainnya datang dan menabrak kaca. Bukan hanya satu, melainkan beberapa burung dan membuat Ethan terkejut.

    "Ayah!"

    Reygan tersentak ketika mendengar teriakan Ethan. Kardus di tangan Reygan jatuh ke lantai begitu saja. Buru-buru dia naik ke lantai atas, bergegas ke kamar putranya. Saat membuka pintu, betapa terkejutnya Reygan ketika melihat beberapa burung gagak seperti tengah mencoba memecahkan kaca jendela.

    Reygan segera menghampiri Ethan. Menarik putranya menjauh, Reygan mencari sesuatu untuk mengusir para burung itu. Mendapatkan sebuah buku, Reygan memukuli paruh burung-burung itu yang kemudian pergi satu persatu. Meninggalkan bercak darah yang menempel pada kaca yang retak dengan beberapa lubang kecil.

    Napas Reygan terdengar memburu. Masih merasa terkejut dengan apa yang baru saja terjadi. Menjatuhkan buku di tangannya ke lantai, Reygan menghampiri Ethan dan mendudukkan bocah itu di tepi ranjang, sementara ia menjatuhkan satu lututnya di lantai.

    Reygan memegang kedua bahu putranya. Menatap khawatir. "Kau baik-baik saja? Apa ada yang terluka?"

    Ethan menggeleng, tampak masih terguncang.

    "Tidak apa-apa, setelah ini ayah akan mengganti kacanya. Kau tidak perlu takut … sekarang, kau istirahat di kamar ayah saja."

    Reygan beranjak dan berjalan mendekati jendela, sedangkan Ethan segera keluar. Berdiri di dekat jendela, Reygan menoleh ketika mendengar suara pintu tertutup. Reygan kemudian memandang ke luar, memperhatikan burung-burung yang terbang di atas pepohonan. Satu helaan napas lantas keluar ketika pandangannya kembali menemukan kaca jendela.

    "Ada-ada saja," gumam Reygan sebelum menutup gorden dan meninggalkan kamar itu.



Selesai ditulis : 07.09.2020
Dipublikasikan : 10.09.2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro