Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Harta Karun

Bau alkohol merebak bercampur asap rokok. Botol-botol berserakan dimana-mana. Terdengar suara kartu dibanting dan gemerincing uang logam.

"Sialan! Aku kalah lagi." Umpatku, kemudian membantingkan tubuhku kesal ke atas kasur.

"Haha. Sorry Jack. Malam ini memang malam keberuntungan ku. Baiklah, aku pulang dulu," ucap pria tua itu sambil memasukkan uang hasil judinya kedalam tas kecil.

"Sudah menang lalu pulang. Payah."

"Sudah dua hari aku tidak pulang, keluarga ku pasti sudah menunggu. Memangnya kau tidak akan pulang?" Tanya Paul.

"Tidak. aku akan menginap disini saja."

"Hey, kalian berdua! Ucap Paul sambil menunjuk Devan dan Arga. "Aku akan pulang, besok sore aku kembali lagi."

"Jangan lupa suruh istrimu membuat makanan untuk kita disini." Kata Arga.
Paul memutar bola matanya malas. "Kalian masih muda seharusnya kerja cari uang."

"Untuk apa berkerja jika mencuri lebih mudah," ucap Devan santai.

"Terserah kau saja!" Umpat pria itu lalu keluar sambil membanting pintu keras.
Dua lelaki muda itu hanya tertawa melihat Paul pergi dengan wajah yang tampak kesal seperti itu.

Aku mendengus melihat kelakuan kedua sahabatku, terlebih Devan. Dia benar-benar begitu menyebalkan. Sebenarnya Paul bukanlah pria tua yang benar-benar sudah renta. Dia hanya pria yang di tuakan karena dia sudah berkeluarga.

Aku menyalakan televisi. Untuk mencari tahu apa yang terjadi selain berita tentang perang dunia ke tiga. Kami memang sengaja menyewa rumah bedeng untuk mengadakan rapat lalu melancarkan aksi. Mencuri.

Aku terus mengganti saluran TV, mencari sesuatu yang menarik ditonton. Namun tidak menemukan saluran TV yang bagus, yang ada menyiarkan film lawas dengan wanita yang berpakain seksi. Akhirnya aku membiarkan  TV  itu menyala di saluran berita. Hingga terdengar si pembawa berita itu mengatakan lebih tepatnya mengumumkan tentang harta karun.

Kami memiliki berita terbaru. Museum negeri kita dipilih sebagai lokasi untuk penyimpanan logam yang telah berusia 5000 tahun. Ini merupakan suatu kehormatan bagi kita semua.  Pemerintah menyampaikan akan mempublikasikan logam mulia itu pada tanggal 20 Januari 2020.

Aku menyeringai, dan kedua temanku menatapku seakan mereka mengerti apa yang kupikirkan.

Dan malam ini kami sudah berada di lokasi. Bulan purnama bertengger di langit dan malam begitu hening hingga suara jangkrik pun tak terdengar. Aku berjalan memimpin di depan dan Paul di belakangku, sedangkan Devan berjalan paling belakang berjaga-jaga jika ada sesuatu yang membahayakan kami. Dan Arga tetap berada di luar dengan laptopnya untuk bisa mengawasi kami dari rekaman CCTV museum agar bisa memberi kode yang telah disadap sebelumnya. Arga termasuk orang yang bisa di andalkan tentang ini. Dia juga tidak lupa memberikan kami sebuah alat  agar memudahkan kami untuk berkomunikasi saat beroperasi, earpiece.

Akhirnya aku dan kedua temanku berhasil masuk ke dalam museum melalui pintu belakang. Itu mudah pikirku,  bagi kami sekelompok pencuri andal kelas atas. Yang sudah puluhan kali membobol bank bahkan toko emas tanpa diketahui siapapun. Karena selama ini kita selalu lolos dari makhluk berseragam abdi negara. Dengan sesuai kesepakatan kami berpencar untuk segera menemukan uang logam yang mampu menyulap kehidupan menjadi lebih baik.

Aku segera bergegas untuk menemukan logam. Aku berjalan hati-hati takut-takut para penjaga menangkap basah kami. Tak butuh waktu lama aku untuk menemukannya. Aku melihat ada yang bersinar dalam kegelapan. "Apa kalian mendengarku?"

"Ada apa?" bisik Devan, Arga dan Paul kompak.

"Aku menemukannya," ucapku. Aku cukup terperangah untuk beberapa detik saat melihat logam itu sebelum Paul menyadarkanku.

"Benarkah? Dimana posisi mu?" Tanya Paul.  Tak ada jawaban Paul sedikit meneriakiku.

"A-aku berada tidak jauh dari pintu belakang saat kita masuki tadi." Sahutku

"Oke, tunggu aku disana. Devan kau keluar duluan,  aku dan Jack akan segera menyusulmu. Berhati-hatilah." Perintah Paul.

"Siap," ucapnya.

Kami berdua berhasil mengambil harta karunnya. Tapi tiba-tiba bunyi menguing nyaring sontak membisingkan suasana. Alarm tanda bahaya menyala otomatis.

"Apa yang terjadi?" Keadaan berubah menjadi panik. Semua penjaga masuk ke dalam museum. Arga mengabari bahwa semua pintu di luar sudah di kepung. Aku dan Paul memanggil Devan.

"Devan! Apa yang sudah kau lakukan bangsat?!"

"M-maaf aku tidak sengaja menjatuhkan patung."

Sialnya adalah semua benda-benda yang ada di dalam museum sudah dilindungi oleh sensorik jika tidak hati-hati maka akibatnya fatal. Tidak ada jalan lain kami harus melawannya.

Para penjaga masuk dengan senjatanya. Aku dan Paul tetap berjaga-jaga. Mereka tidak menyerang, tapi mereka memerintahkan kami untuk menyerahkan diri. Itu konyol kami tidak ingin berakhir di penjara.

Mereka membawa Devan dan Arga dengan paksa. Mereka tak bisa melepaskan diri dari cengkraman para penjaga. Tiba-tiba Paul berlari menuju barisan polisi hingga akhirnya satu butir peluru menerjang dada kirinya hingga tembus ke punggungnya.

Aku terkejut melihat Pak tua itu terkapar tepat di depanku. Dengan nafas memburu aku menatap disekeliling ku dan Devan memberi ku isyarat untuk tetap diam dan menyerah. Jika aku keluar, aku harus keluar dengan penuh perjuangan.

Aku melawan, ku ayunkan tanganku dengan membabi buta, berteriak sekencang mungkin. Suara tembakan memenuhi seisi ruangan, kemudian lenyap ke dalam keheningan yang bahkan lebih tak tertahankan dibanding suara tembakan-tembakan itu.

Sang Jenderal berdiri di depan pintu. Ia membiarkan kesunyian merasuk sampai ke dalam tulang, kemudian melambaikan tangannya kepada beberapa polisi yang membawa dua mayat dan dua orang pria dengan kedua pergelangan tangan bersilang di depan badan.

- TAMAT -

Jumlah Kata: 841

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro