Part 46 - Rapat Dewan
Malam yang masih baru menyeberangi sisi pusat seluruh kota, kerajaan dan wilayah, asap berbagai asal mengepul di bawah lapisan angin sejuk, langit begitu cerah begitupula semua penduduk Varunnette, sinar bulan membagi warna langit hitam kebiruan dan aroma cerutu terbakar di mana-mana. Varunnette dikatakan sebagai kota besar yang tak pernah mati, tentu saja. Ada banyak kesenangan yang bisa didapat di sana, di setiap jalan dan rumah punya hal menarik di dalamnya. Rumah-rumah pejabat dengan tamu yang berpura-pura berkunjung hanya untuk mencicipi anggur gratis, ada tempat perkumpulan berbagai kelompok, tempat sepi tanpa suara dengan aktivitas panas, bar dan penginapan, perkelahian gratis dengan penonton bergerombol menyaksikan, patung dan lampu jalan yang keropos, nyala lilin api dan batu penerang lainnya berwarna-warni, kehisterisan ibu-ibu memekik kala orang mabuk mengencingi dinding-dinding rumah, berat bariton para pria yang berlomba menghabiskan cangkir rum dan menggoda perempuan malam, orang-orang yang memilih untuk pergi ke The Mosq untuk beribadah dan mendoakan yang berdosa itu untuk cepat pergi dan membersihkan jalan kota, satu demi satu penjahat diseret dari berbagai sudut kota. Semuanya terjadi begitu kacau dan tentram di dalam satu pagar mengelilingi kota itu, pendatang merepotkan dan batu-batu berhamburan menggiurkan lebih banyak mata. Kota besar itu tidak akan pernah berhenti mendapatkan masalah dan tidak akan pernah tenang.
Itu malam indah lainnya bagi para penduduk di dalam, tinggal dengan bahagia di bawah hukum dan peraturan, tidak perduli mereka ingat atau tidak yang penting mereka punya tempat tinggal dan uang. Lain pula di Varunnette sisi lain, di tengah dan inti terpenting kota itu. Lingkaran danau gelap dan dalam yang mengitari Dua Tower Kembar Varunnette dipenuhi kapal-kapal kecil pengantar tamu ke sana, mendayung kayuh dengan pelan pada segerombolan orang-orang penyuka bertudung dan kain tebal terlihat kasar dikenakan itu. Ada rapat penting dan rahasia lainnya yang berlanjut, para dewan memanggil para Hervodus kembali untuk membicarakan dan berdiskusi hal lanjutan yang semakin memanas dan ketegangan mulai dirasakan di berbagai daerah.
Krise membawa berlembar laporan dan susunan hasil dari kantor arsip, untuk dewan termuda berumur 53 tahun sepertinya dia yang dimanfaatkan untuk pergi ke sana ke sini dengan kaki kuatnya selagi para dewan tua lainnya duduk dan menulis bagian mereka. Rapat itu akan segera dimulai dan masih membiarkan seluruh kaum Hervodus yang datang mengisi bangku berderet di seberang dewan yang menekuk lehernya ke bawah. Kursi Nierstamere kosong tanpa pemiliknya, tapi sudah terlihat panas beserta papan namanya nampak membara. Bermenit-menit mereka menunggu dewan utama, diam bagi yang tegang, gelisah bagi yang was-was, dan ribut bagi yang sibuk. Nierstamere muncul dari pintu belakang kursinya, kulit kebiruannya bagai langit di luar sana lebih pucat dari biasanya, langkahnya kikuk dan membungkuk lemah, selagi perjalannya belum tuntas ke kursi panasnya semua orang masih berdiri menghormatinya, menunggunya sampai hingga semuanya duduk.
Krise menyebarkan semua kertas ke masing-masing dewan dan ia duduk di kursi pojok di dekat kegelapan, lelah dengan buih keringat yang mulai mengalir. "Aku mengundang para Hervodus untuk datang ke Varunnette dengan pintu yang terbuka lebar dan janji yang sama, melayani. Setelah terbitnya edaran beserta keputusan antara pihak dewan dan perwakilan kaum Hervodus yang diselenggarakan sebulan sebelumnya, kali ini kami membuka rapat itu kembali dengan sifat tertutup dan rahasia. Rapat dibuka." Sambut Nierstamere dari seberang, berwibawa seperti sedianya.
"Ada banyak laporan, berbagai jenis yang diterima selama sebulan setelah pertemuan terakhir kita yang mana cukup jelas membutuhkan rapat lainnya yang tidak boleh disepelekan." Lanjut sekretaris dewan Varunnette Hemon Ambert di sisi Nierstamere membantunya. "Aku harap semua berpartisipasi dan mengeluarkan tanggapan di sini, karena konten ini begitu berbahaya dan penuh resiko. Untuk memulai topik pertama aku memilih Hervodus. Setelah menyebarkan tawaran mengenai pulau di sisi bagian selatan kepada Hervodus lain dalam kurun waktu sebanyak itu, bagaimana hasilnya?" Ia punya sikap tenang yang mendebarkan setiap pendengar, memancing perhatian kaum Hervodus yang mendengarkan dengan tegap.
Seorang perwakilan Hervodus berdiri, dia cukup dikenal sebagai aktivis penyihir yang rajin berbolak-balik hanya sebagai perwakilan suara hati kaumnya. "Ada beberapa hari dalam seminggu pertemuan berjalan dan mengumpulkan Hervodus di berbagai kuil yang tersebar, kami mencoba menjelaskan bagaimana alur dan tawaran kalian, dan hasilnya kurang lebih 40% ketidaksetujuan, penolakan, dan kecaman yang mana sisanya menunjukkan sisi sebaliknya." Urainya tenang dan masih berdiri di kursinya dengan Hervodus mendengarkan seksama.
"Jadi? Sebab apa yang sering kau dengar?" Nierstamere angkat bicara, ia gugup bila ini tidak sesuai rencananya.
"Nyawa dan tawaran itu." Balas Hervodus.
"Tapi dua hal itu inti semua berjalan." Adu Nierstamere. Dia heran, semuanya tidak pernah cukup puas bahkan untuk pulau besar gratis.
"Ya. Banyak yang beranggapan tawaran itu hanya untuk menutupi pembiayaan yang terjadi, seperti saat mereka sudah hidup di pulau itu dalam beberapa tahun Varunnette akan datang dengan berbagai alasan lain yang memperberat keluaga-keluarga, pajak yang bukan hidup kami, sewa bangunan, biaya akomodasi dan sebagainya, karena kami tahu Varrunnette benci gratis. Dan nyawa, nyawa untuk mereka yang setuju semuanya ada ditangan kalian, tapi yang aku tanyakan adalah, apakah itu cukup untuk sepanjang garis itu? Apakah ini berhasil atau sia-sia nantinya? Karena apa yang menentukan benar-benar seutuhnya adalah nyawa Hervodus yang dipertaruhkan di sana tuan." Jelasnya menimbulkan pertentangan dan pembicaraan lebih besar. Nierstamere berfikir Hervodus itu baru saja memasuki kepalanya, jadi dia harus berhati-hati berkata dalam hati.
"Pajak itu adalah kewajiban dan kita tak bisa memihak siapapun, kalian tidak bisa lari dari sana tapi pulau itu adalah harta mahal yang rela kami beri dengan cuma-cuma. Kita sudah berdiskusi tentang ini bukan? Di sana aman, jauh dari utara, tidak beku dan tidak panas, dengan pasokan hutan dan danau yang masih mengaliri di sana dan itu hidup bagi kalian. Aku tak mau mendiskusikan itu lagi, aku tidak bisa memberi pulau kedua lainnya untuk kalian semua." Jawabnya dengan muak, ia lelah dengan ketidaksyukuran kaum itu dan memberikan pulau itu semua tidak semudah yang mereka pikirkan.
Saat Hervodus itu duduk dan kalah Hemon melanjutkan lagi. "Ini tentang laporan akan ketidaksetujuan sebagian pihak mengenai nyawa manusia untuk bahan bakar Hervodus. Apa yang kita bahas kali ini dan mengapa?" Dia suka menggunakan kata bahan bakar. Katanya melejit tinggi, namun pandangannya ke arah dewan lain yang tentu saja menyumbangkan suara penolakan itu. Para Hervodus mengenyit heran karena adanya aroma penolakan dari dewan, ini pertentangan yang besar dan menimbulkan problematika sendiri.
"Mereka itu berhak hidup beberapa tahun untuk menyesali hidup dan perilaku mereka, mengapa harus dikirim untuk langsung dibunuh?! Ini semua ketidakadilan yang menyedihkan terhadap kaum penjahat." Satu dewan wanita berdiri, menatap panas dengan suara membaranya membakar seluruh pendengar.
"Mereka adalah penjahat, penjahat itu berdosa, apa mereka menginginkannya? Tentu saja tidak. Kau mengenyampingkan dan menyepelekan hukum adalah kerugian besar untukmu, mata Varunnette tidak akan berkedip untuk para penjahat dan mendirikan keadilan bagi korban. Jika kau tidak ingin itu terjadi maka jangan lakukan, thats it! Ya tuhan! apakah kalian akan membela mereka hanya demi mempermasalahkan keadilan yang sebenarnya tidak adil?" Hemon Ambert yang menentang itu. Ketegangan mulai membara, dewan yang pro dan kontra punya banyak kalimat untuk dilontarkan.
"Hati-hatilah berbicara tentang keadilan kau beruntung ini di dalam bangunan teraman dan jauh dari rakyat, tapi kalau kau turun ke jalan dan mengedarkan keadilan itu, kamu mendapatkan ancaman mereka dan tuntutan yang menghujami kepalamu bagai hujan batu. Mereka juga bisa merasa bersalah, menyesal, dan rasa permohonan maaf, apa kita akan menundanya? Menolaknya? Menelantarkan itu? Apa kita menjauhkan mereka dari kebaikan dan kemurnian manusia? Apakah kita jika kita membiarkan itu terjadi jika itu bukan penjahat?!" Debat mulai berlangsung panas dan kontroversi antara wanita dan sekretaris dewan, nada tinggi, tegas, dan tekanan intonasi seperti kayu bakar untuk lebih membesarkan api.
"Lalu semuanya akan ikut merasa bersalah, memohon maaf pada korban dan bebas dari sana. Lalu saat dua minggu setelahnya mereka tertawa di bar dan mengatakan betapa bodohnya kita untuk mempercayai bakat akting dan bujuk rayu itu. Mereka itu aktor! Mereka punya ratusan alasan lain dari realita hanya untuk kebebasan! Sebaran itu sudah berlangsung lebih dari sebulan dan diucapkan melalui pemimpin masing-masing daerah di setiap acara atau kegiatan dengan banyak orang, mereka tahu apa yang yang terjadi bila kejahatan dilakukan, dan bila mereka menyepelekan itu bukan bagian kita, itu resikonya dan kita yang bekerja untuk itu." Pekiknya emosi, mengakhiri itu.
"Berapa banyak sudah laporan dari sebagian daerah tentang perjanjian itu?" Tanya Nierstamere masih merasa tegang di antara debat tadi.
"Oh ini sulit," kata dewan wanita lainnya, dewan Giena Sharrol bertugas dalam poling dan perhitungan cepat pada hasil yang datang. "Hasilnya datang lebih cepat dari harapan, sebagian klan dan daerah lainnya menitipkan kontrak persetujuan ke kota besar dan kota besar menitipkannya lagi pada kerajaan besar. Sisanya hanya desas-desus yang tidak mengikuti pemilihan, mereka dengar berita ini tapi tidak menandatangani kontrak. Perbandingan tidak dan ya sangat jauh, tapi kesimpulannya banyak yang menyetujui dan dominan dari kota-kota besar." Ia melaporkan dengan rapi, tidak berniat membuat ketegangan baru.
"Tentu saja. Kota besar dengan penjahat berjumlah besar." Gumam Nierstamere. "Apa sudah ada yang dikirim? Atau belum berjalan sama sekali?"
"Banyak yang sudah punya tersangka di masing-masing wilayah. Mereka masih menampung sebagian tersangka menggunakan kebijakan masing-masing daerah sendiri, pelayanan masyarakat seringnya. Dan ada yang menampung, menunggu edaran Varunnette selanjutnya yang sudah kita usulkan beberapa minggu yang lalu." Kata wanita dengan topi hitam beludru menutup lebat rambut pendek tipis putihnya.
Satu dewan berkulit pucat dipenuhi keriput tua, mengatur mengenai bangunan dan rumah di Varunnette angkat bicara. "Ummm, kita punya masalah di sini Mere, separuh wilayah-wilayah itu sudah punya orang untuk kita yang mungkin menumpuk lebih banyak di Varunnette dan aku sudah yakin kota ini semakin sesak dengan adanya tampungan lain. Tempat penampungan perampok tidak bijak dan tidak sanggup bila di dalam kota, lagipula di mana menyimpan gerombolan itu? Dan siapa yang mengawasi mereka? Pertahanan lebih diutamakan di perbatasan pagar bukan sekarang ini?" Ia melirik persetujuan ke dewan yang sering mengutak-atik pekerjaan para penjaga kota.
"Bagaimana bila mengirim mereka langsung ke utara?" Saran dewan lainnya terdengar optimis mendapatkan persetujuan.
Debat lainnya datang dari bangku sebelah kirinya. "Kalau terlalu jelas banyak orang dikirim ke utara akan muncul kecurigaan dan kaum Darkpross akan tahu apa yg akan terjadi."
"Jadi mencari tempat penampungan lain?" Protes dewan bangunan dan rumah pertama tadi.
"Benteng Bluedragon di utara sana, siapa yang menjaga?" Nierstamere masuk ke pembahasan.
"Kelompok yang menyebut nama mereka pemburu Lonk, mereka dari Klan Hatbrust dapat izin dari pimpinannya untuk meninggalinya." Sahut Sekretaris dewan.
"Itu benteng kuat, temboknya tinggi dan masih kokoh. Sebagai tempat penjara sementara pasti cukup dan juga cocok. Kastil tua dengan tembok tinggi mengelilingi pas sebagai pos pengawas, tidak jauh dari perbatasan Daylight. Penjagaan akan dikirim, tawari kelompok yang tinggal di sana 20 Wins untuk ikut menjaga tahanan, bisa membantu dan menjauhkan komplain." Usul Nierstamere memberikan keputusan final lagi.
"Tuan, ada berita buruk dan sangat berbahaya." Kata seorang Hervodus ragu pada Nierstamere setelah tenangnya para dewan memberinya kesempatan. "Adanya bocoran tentang pelepasan pulau itu hingga keluar yang meningkatkan intensitas dan memicu penolakan dan debat berbagai petinggi daerah dan wilayah." Lapornya cemas.
Kepala Nierstamere rasanya ingin dijejali kumbang sebesar kepalan tangan. "Ah, pendengar asing yang membaur tidak punya kecakapan menutup mulut." Gerutunya. "Tolong, jika ingin membicarakan ke kuil-kuil kalian pastikan mereka yang di dalam sana pandai menutup mulut dan pastikan juga mereka orang-orang kalian, pasti ada pejalan kaki bersinggah mencari keteduhan atap kalian dan ikut mendengarkan seperti Hervodus. Uh, kurasa ini sulit untuk menjadi rahasia, rahasia besar selalu tercium jelas seperti bangkai bukan?" Ungkapnya lelah, wajah birunya itu kadang menjadi menyeramkan seperti suatu ancaman. Terkadang pekerjannya yang ia fikir sudah tegas dan berdampak sepadan akan mulus, tapi selalu dihancurkan orang-orang bersifat jelek.
"Akan ada demonstran dan kecaman yang datang sebentar lagi dari berbagai pihak, berbagai daerah dan menuju Varunnette." Tukas seorang dewan mencemaskan hal serupa.
Menanggapi masalah baru Nierstamere menurunkan perintah. "Perketat pengamanan perbatasan Varunnette dan Valuya, dari batas luar dan batas garis merah. Aku bisa menutup kota ini kapan saja kalau aku mau." Desisnya menggeram kesal. Garis merah berada beberapa mil dari batas danau mengelilingi tower, jika biasanya kekacauan di dekat sana sudah akan merepotkan. "Krise. Bagaimana batu Yun?" Merasa banyak calon ancaman, Nierstamere mengingat pelindung utama kota.
"Sudah baik karena Karstagreed." Akhirnya ada kabar baik.
"Aku harap ada Karstagreed lainnya," gumam Nierstamere keras. Ia cemas Yun akan luka lagi dan tidak kuat menahan amukan kekuatan berbahaya yang mulai merusak, membahayakan Varunnette untuk tahun-tahun selanjutnya.
"Tuan Nierstamere. Bagaimana tentang menara Holic itu? Apa kita bangun ulang atau ...?"
"Air Suci Varunnette, tentu saja harus ada di Varunnette." Katanya singkat, ia sudah lelah dan pening. Kemudian keheningan mulai padat dan lama, mengistirahatkan sejenak. Rubuhnya menara Holic tidak menimbulkan korban jiwa ketika itu berlangsung, untungnya, hanya saja saat itu 7 kepala keluarga yang rumahnya terkena dampak seperti kerusakan selalu memaki musuh yang menyebabkannya. Itu hanya 7 rumah, mendekati akhir bulan semuanya sudah selesai tanpa protes lagi.
Rapat berjalan begitu cepat hingga menuju larut malam, jarang para dewan mengisi waktu istirahat mereka untuk bekerja dan rapat kembali. Tapi kali ini semua itu selesai dengan beberapa perintah dan pengulangan topik, saat pembubaran kaum Hervodus mengobrak-abrik ruangan Nierstamere menunjuk aktivis Hervodus dan memberikan bahasa tubuh memintanya mendekat. "Berapa banyak yang sudah bersiap?"
Pemuda itu tidak bisa mengingat, tapi ia tahu sudah sering melihat para Hervodus mulai berpergian sangat cepat. "Sebagian Hervodus sudah berada di utara, membaur di antara warga di berbagai desa-desa kecil di dekat sepanjang garis perbatasan."
Pria tua itu mengambil nafas, ada masalah yang mengganggunya dan ancaman-ancaman yang mulai dirasakan. "Aku tak tahu aku yakin, mungkin bisa berubah atau tetap. Jika banyak petinggi dan tokoh-tokoh lain yang terlahir untuk kebingungan dihadapkan dengan peristiwa, semuanya akan rusuh."
"Apa maksudnya yang berubah?" Pria itu tidak tahu apa yang disinggung dewan utama.
"Garis batasnya. Petinggi di utara banyak yang menolak dan murka dengan alasan yang sama. Entah dari batas Daylight atau tidak, tapi harus selalu ada koreksi. Uh, aku ini punya banyak musuh dan ribuan orang tak menyukaiku, terutama karena apa yang aku putuskan." Ujarnya bercerita. Nierstamere salah satu pemegang Vow of Serve, tidak ada keluarga lain untuk melindunginya selain dinding batu ruangannya, dia bertahan dengan hidup lebih lama di sana dan mengurusi semua masalah. "Pakai batu Ort untuk semua Hervodus yang memutuskan pergi ke utara, aku mengizinkannya hanya untuk kalian." Katanya. Mungkin dengan memberikan tawaran yang ia terima dari usul Errol sebelum ia pergi itu membuat sebagian Hervodus terbantu dan mengikis jumlah orang yang tak menyukainya.
"Terima kasih, akan kusampaikan." Hervodus itu pergi.
Nierstamere bangkit dari bangku melangkahi keramik dingin di balik sendal kayunya seperti wanita. Krise berada di lorong yang sama di bawah malap cahaya kuning, membaca kalimat terkenal Varunnette selalu terpahat setiap dinding berwarna hitam seperti maknanya. Banyak lukisan dinding dengan wajah-wajah dewan utama Varunnette sebelum masa Nierstamere, berbagai khas dan bentuk yang diingat mata, gaya dari abad mereka hidup dan lekukan tua yang sama seperti menghidupkan kembali kebijakan-kebijakan Varunnette versi mereka.
Krise menanti langkah Nierstamere mendekatinya, tertatih dan sangat ribut dibuat sendal kayunya. "Utara memanas." Pancing Krise ingin membahasnya, dan ia mengikuti pria tua itu saat sudah melawatinya.
Dia mendengus. "Jika lebih buruk aku akan menghukum mereka," ancamnya bergumam sangat kesal.
"Kau tak bisa memisahkan daratan sebanyak itu hanya karena mereka membencimu dan menerormu dengan segala macam bentuk terburuk. Bijaklah Mere, banyak kota dan kerajaan besar di sana yang sudah banyak berkontribusi untuk Varunnette, terutama Radella, tanah itu kena imbasnya. Dan separuh bangsa Peri akan sanggup meratakan Earthniss hanya dengan panah mereka jika Radella hancur atau terapung di selat sana. Ini situasi genting, berhati-hati dan tidak terburu-buru sangat diutamakan. Butuh setahun? Tidak apa-apa, yang terpenting kau memegang kendali seluruh kinerja kota, apapun yang kau bilang akan selalu menimbulkan pro dan kontra Mere, kau memutuskan ini." Krise mengingatkan, kali ini Nierstamere sering mendengarkan masukan dari Krise, dia selalu meminta tanggapan beberapa dewan setelah perintah atau masuknya peristiwa, memastikan bila ada yang setuju dan mewakili suara rakyat di luar.
Nierstamere merengut menyesali. "Saédan punya hidupnya kembali -jantungnya-, dia bisa melakukan apapun untuk membawa negerinya ke masa kejayaan, mutan-mutan kembali datang, makhluk asing dan gelap dibiarkannya keluar kandang, dan Lonk kembali berjaya. Utara memanas, ya pasti. Serangan demi serangan terjadi, memancing para klan dan kota besar melawan balik dan mendorong mundur Saédan." Katanya, berjalan menuju ruangannya ingin beristirahat atau mungkin terjaga sampai matahari timbul, karena kenyenyakannya tidur akhir-akhir ini terenggut karena badai masalah.
"Errol menyarankan kita mengaitkannya. Mengenai jantung Saédan menghilang, yaitu Saédan punya jantungnya, batu Brana (air), dan menghancurkan seluruh menara Air Suci -penghancur jantungnya-. Setelah diingat-ingat lagi ada laporan beberapa batu yg hilang." Urainya.
"Laporan datang dari pimpinan Lyither mengenai adanya persekongkolan di daerah timur, di daerah Umna. Mereka mengirim batu Milkstone sudah 2 tahun dan setelah diteliti lebih dalam ada pemasok dari daerah lain dan sudah berjalan cukup lama." Lapor Nierstamere. Ada hembusan nafas sekaratnya yang keluar, difikir-fikirnya ini tak pernah berakhir.
"Semuanya pasti untuk pimpinan baru yang disebut-sebut oleh tahanan di penjara." Gumamnya ingat. "Pemimpin yang lebih kuat dari Saédan yang ... yang punya kekuatan tidak sepertimu atau orang lain Mere. Bayangkan itu terjadi? Apa yang ingin dia lakukan dengan separuh orang-orang yang berjalan di muka Earthniss?" Ujarnya ketakutan.
"Apapun itu aku penasaran ingin melihatnya." Gumamnya lagi ironi, ia menggeram marah. "Hanya menghalanginya mendapatkan satu harta lagi agar misi itu gagal. Pertahankan Zonela dan temukan bocah-bocah A'din itu, mereka tak tahu berhadapan dengan cermin apa bila menyepelekan batunya. Umumkan kesiagaan penuh seluruh kerajaan, mari buat permainan semakin tegang dan tidak ada lagi kesenangan."
"Kau ... kau yakin?"
"Kau dengar apa yang kau katakan, itu ketakutan yang sama dirasakan seluruh orang Krise. Aku tahu apa yang akan digunakannya dengan Milkstone, dan aku tahu nasib orang-orang menghilang setiap hari itu. Bawa pulang semua keluarga dan kenalanmu yang ada di utara, jauhkan dari bahaya. Kirimkan edarannya Krise, buat seluruh wilayah merasakan ketegangan dan mulai mempersiapkan pasukan dan pedang mereka, aku yakin pedang itu belum pernah memanas setelah sekian lama." Titah Nierstamere. Krise terhenti dijalannya merasa degupan mulai berirama, lilin-lilin mulai berkelip karena angin menghembuskan nafas berbisik. Dalam momen itu ia tahu kejahatan semakin dekat, dan tak ada lagi kenyamanan.
Sonya
Tidak ada kemenengan di Sonya, semua kalah dan merasakan ketidakmungkinan. Terperangkap di dalam rumah masing-masing seluruh sudut kota sunyi dan sepi dari aktivitas penduduk. Atap-atap mengeluarkan asap dari tungku api yang menghangatkan, mengabutkan malam di bawah rembulan besar putih yang bersandar di pundak malam, bulan nampak menggantung di atas kubah disaksikan kawanan burung hantu bermata setajam ujung besi, bernyanyi untuk permainan besar yang melanda Sonya.
Prajurit berjaga 24 jam bergantian menyisir dan mendengar di setiap sudut, bila mendengar langkah kaki mereka tak akan ragu mendatangi dan menjabat tangan itu dan menyeretnya masuk ke rumah untuk diintrogasi. Seberapa manis dan pahit wajah orang tak akan lepas dari pantauan Sonya, kini Sonya mengambil aksi lebih semenjak banyaknya Pengkhianat Bertopeng yang menyerbu kota di acara terakhir. Setiap orang punya mata-mata yang mengawasi, apa yang dikerjakan dan apa yang dibicarakan. Sonya mengumpulkan lebih dari 30 orang, perempuan dan pria yang terlibat dalam aksi penyerangan dalam acara Sonya pada 3 minggu sebelumnya, seperti memasukkan pasir di dalam karung, mereka semua menunggu untuk dibuang dan terutama Varunnette membutuhkan banyak bala untuk di utara, Sonya punya banyak dan masih akan berdatangan.
Kai Nakariosself putera kedua Goffer Nakariosself menjaga pintu hitam bertabur kayu kropos di gagang, membantu memastikan tidak ada gangguan atau aksi radikal dari pengikut aliran Darkpross yang merakyat di Sonya menyerang rumah keduanya dengan Pangeran Clark sedang berada di dalam. Ia duduk dengan sangat tenang, mengangkat kedua kakinya dan terlentang di pinggir tangga, rambut bergelombang coklatnya yang dipirang keemasan sedikit di bagian kiri dan membentuk garis lurus diam walau angin berhembus karena sudah mengolesinya dengan minyak jel, ia mengikatnya rendah di dekat leher, membuatnya bisa kaku hingga pagi, andai ia punya cerutu untuk dihabiskan ia tidak akan mengantuk sampai sekarang atau setidaknya satu teman berjaga.
Selagi ia mendengar ayah dan Pangeran di rumah keduanya itu pedang besar yang masiv menancap di tanah, menahan tangannya yang bosan. Pedang warisan kakek buyutnya, ksatria kebanggaan Sonya Possen Nakariosself yang dipahat sendiri oleh Knight Sward, pandai besi terhebat seluruh Earthniss, penempa semua pedang-pedang terkenal dan tertajam dengan teknik dan skill rancangannya. Tangan para Sward adalah tangan untuk menciptakan pedang, seluruh keturunan Sward selalu dikenal sebagai penempa pedang-pedang dan mereka bertebaran di seluruh dunia, salah satu pedangnya digenggam oleh Salvado Raja Radella, ahli pedang terkemuka di selatan Svin Zanard, dan Pandrin Ibs pemimpin Dubhan.
Rumahnya didatangi putera Raja adalah hal tidak biasa, ia tentu saja menguping karena suara Clark tidak pernah berhenti menjadi tenang dan selalu marah setiap menemui pasang wajah. Ia punya banyak masalah yang terus dicatat bawahan-bawahannya, bahkan Goffer mendapatkan masalah baru karena Clark membagi masalahnya. Clark mempercayai keluarga Nakariosself ketimbang siapapun yang menempati kursi-kursi penting pengurus kerajaannya, ia tahu ada pengkhianat berkedudukan. Terlalu banyak kalimat yang diuraikannya, tapi satu kesimpulan yang Kai dapat yaitu politik. Pemuda beranjak 25 tahun yang mengumbar nafasnya menjadi detik jam yang membosankan di luar semakin bosan, dia seperti bocah 5 tahun yang dihukum keluar rumah sampai menyesali perbuatannya.
Kai selalu memutar matanya setiap Clark membentak didalam, menguap lebar saat ayahnya menjadi sosok yang kalem hanya dihadapan seorang lord. Rumah pertamanya berada di belakang istana, ibu dan ketiga adiknya tinggal di sana selagi ayah, kakak pertama dan dia sendiri tak terurus di rumah kedua itu. Mungkin saatnya Kai untuk memejamkan mata sebentar, dia yakin pembunuh tidak berkeliaran dengan mengacung pedang seperti pembunuh serial.
Walau begitu tangan kanan yang dikaruniai otot yang terus berkembang itu menggenggam pedangnya tetap berjaga. Menancapkannya di pasir basah, mendirikannya seperti tongkat. Seorang prajurit mencintai pedang di daftar pertama, terutama pedangnya itu berisi Qerion -penunggu di dalamnya-, dia punya kelebihan melihat yang tidak bisa dilihat, seperti Zelyana, Lucas dan beberapa orang lain. Qerion yang terbesit di pandangannya adalah ular bertanduk, sebabnya ia menamai pedang itu Matilda. Sebagai pewaris pedang Hatf selanjutnya ia harus menguasai semua teknik pedang juga meyakinkan ayahnya dia bisa bertanggung jawab. Dan seperti saudara yang sewajarnya, selalu ada kompetisi dan permusuhan di antara dia dan kakak pertamanya yang selalu ia anggap gay, dia tak pernah melihat kakaknya itu dekat dengan perempuan, dan seharusnya ayahnya harus mulai menanam kecurigaan yang sama sepertinya.
Suara pintu membuka cukup keras untuk membuat Kai seperti orang stroke, dia membawa pedangnya kembali ke tangan setelah jatuh, memperhatikan Clark keluar dengan dua pengawal kastilnya yang luar biasa berwajah dingin. Saat ayahnya menunggu diambang pintu Kai berdiri dan memainkan pedangnya di sebelah ayahnya. "Pedangku tidak ada darahnya, tidak ada yang mendengar kalian." Lapornya, walau ayahnya tidak mau mendengar sekalipun.
"Terlalu rahasia, terlalu berlebihan." Ungkap Goffer, membiarkan Kai masuk setelah memastikan tidak ada pendengar di sekitar rumahnya saat Clark membuat perjanjian dan penugasan pada Goffer. Ia menutup pintu dan menguncinya, berdoa semoga besok dan seminggu ke depan hujan deras mengguyur Sonya dan mengakibatkan banjir besar yang menghanyutkan manusia kotor di dalamnya.
Di kamar kastil di lantai tiganya, Clark melepas satu per satu kancing baju bulat yang mengait kain licin seragam sehari-seharinya, ia selalu bermimpikan pergi dengan kaus tipis yang menampilkan putingnya dibandingkan seragam rumit berkait dan panas ia kenakan, terkadang ia mendapatkan ruam di bagian pundaknya karena seragamnya dan Sabrina mengolesinya minyak dengan ekstrak Arnica. Anak-anaknya yang masih kecil tertidur pulas di kamar masing-masing, terlelap di bawah malap cahaya dan hangat melebur dari lilin-lilin remang. Sabrina keluar setelah mendengar langkah suaminya, menatapnya dari ambang pintu menyaksikan kepenatan di wajah merengut Clark.
"Cintaku." Panggil Sabrina begitu lembut, Clark pun tak bisa menolak lebih lama dan menoleh begitu cepat. "Tidurlah lebih lama. Kau butuh itu." Pintanya, mendatangi Clark, membantunya melepas pakaian demi pakaiannya.
"Aku tak bisa sampai semuanya benar-benar aman." Ungkap Clark begitu sedih. Ia memikirkan Olive dan ibunya bersama-sama mengobati luka yang diderita, Clark merasa bodoh membiarkan kastil tidak ia jaga saat penyerangan hari itu. "Aku bekerja begitu keras dan dia menghancurkan segalanya, aku tidak bisa membiarkannya berdiri di sana memerintah." Katanya geram.
Sabrina menyentuh pundak yang tercintanya, menarik pakaiannya dan menyisakannya tanpa apapun. Ia membawa baju itu dilipatan tangan dan membawanya ke keranjang untuk dicuci oleh pekerja rumah tangga kastil nantinya. Clark terus membasuh wajahnya agar memanas, alis tebalnya kusut dan tidak ada aura cahaya di wajah itu. Sabrina mengulang kembali, menyentuh pipi Clark seperti biasa dan memandanginya dengan mata sehitam bara api.
"Aku menarik Bataliyon di sepanjang perbatasan Balid. Aku menarik Peleton di Sonia, Marla, dan Lastwing. Aku memulangkan regu-regu penjaga di balik gunung untuk ke Sonya agar mulai sekarang menjaga kota ini dari serangan lanjutan. Tapi malah amukan datang dari berbagai daerah, tidak ada penjagaan dari kita, perjanjian yang dibatalkan, semuanya mengamuk pada Sonya." Urainya menceritakan, Sabrina berasal dari klan yang kuat dan besar. Ayahnya turut hadir dalam berbagai perang dan pencarian berbahaya lainnya, menceritakan segala cerita dan taktik pada Sabrina tanpa khawatir, dan Sabrina berbagi ilmu ayahnya pada Clark.
Sonya memiliki klan-klan kecil di sepanjang batas kekuasaan wilayahnya yang luas, dijadikan kediaman dan juga markas bagi prajurit-prajurit Sonya. Perjanjian itu tentu saja ada, semua klan itu akan mendukung Sonya seterusnya dengan syarat Sonya memberikan prajuritnya untuk menjaga kawasan mereka. Sonya memberikan, mereka mengadakan. Tapi dengan kasus yang tengah terjadi, mereka protes dan segeram mengambil aksi pengaduan, semuanya tak sesuai dengan janji dan memulai tuduhan Sonya atas pembohongan. Disepanjang perbatasan Balid selalu ditemukan pelintang nakal dari kawasan Seneza dan komplotan perampok liar, mengendap-endap dan melakukan aksi ilegal di dalam daerah Sonya. Kini Clark membiarkannya diakses terbuka, demi memperketat penjagaan hanya untuk kotanya saja. Ia sudah mulai merasakan prajurit yang mulai berkurang dan sulit ditemukan untuk menempati mereka dengan porsi yang sesuai di setiap daerah. Semuanya sudah menghilang sejak hari pertama kerajaanya diserang, menargetkan prajurit untuk menipiskan kekuatan.
"Kau bisa meminjam prajurit dari berbagai tempat lain, Loral, Milesecond, atau Clemanos! Hanya sampai batas waktu yang memungkinkan, setelah kamu rasa Sonya cukup aman dan kembali stabil dalam kesehariannya kamu bisa mengembalikan semuanya. Buatlah semua orang itu mengerti mengapa kamu menarik seluruh pasukan kembali. Adakan saja pertemuan antar pemuka umum dan jelaskan." Saran Sabrina, tenang seperti kota di luar.
"Jika aku bisa, alasan apa yang aku buat? Aku tidak bisa mengatur pertemuan sayang, aku bukan Raja, aku hanya puteranya. Berbagai perintah ayah sudah ketentang, dia marah di depan semua staff, mempermalukanku. Dia tak bisa berfikir, dia tidak bisa melakukan apa-apa lagi, dia sudah tua." Celanya.
"Para dewan di Varunnette juga tua." Sambar Sabrina. "Dengar cintaku, jika kamu ingin begitu aku bisa berbicara dengan ayahku tentang ini. Meminjam prajuritnya dan mengirim ke perbatasan-perbatasan tadi."
"Lalu aku balas apa ayahmu nanti? Sonya terpuruk di mata wilayah lain, mereka tahu kita sudah lemah dan linglung." Pikirnya, tawaran istrinya sangat menggiurkan dan membantu di masa-masa kritisnya, tapi mertuanya itu tidak selembut dikiranya, ia selalu menyangkut pautkan pada politik.
"Kau menjagaku di sini, kurasa itu yang ayahku selalu inginkan." Jawab Sabrina, mulai kebingungan dengan apa yang ia keluarkan. Terkadang dia masih tidak bisa membaca fikiran suaminya, selalu bersembunyi dan tidak bisa ditemukan.
Clark mendengus geli karena jawaban istrinya yang tidak membantu. "Karena aku tidak mempercayai rakyat itu, mereka ikut membalas. Menyortir mana pengkhianat dan penduduk biasa tidak mudah, terkadang salah tangkap. Goffer mengurusnya sekarang, sebelum ada lagi penyerangan yang menargetkan sisi sensitiv Sonya. Kau akan berangkat lusa dengan anak-anak." Kata Clark, berjalan ke kamarnya dengan kepala pening karena aroma lilin berbau jeruk.
"Clark!" Pekiknya pelan menolak.
"Olive, Ibu, kamu, dan anak-anak akan pergi ke The Wellest." Titahnya dingin, tidak ingin ada sahutan penolakan lanjutan.
"Mengapa harus ke sana?! Aku bisa pulang," kata Sabrina mengikuti Clark menuju kamar.
"Kau tak bisa pulang," katanya tegas. "Ayahmu berfikir kamu tidak akan aman lagi di sini dan dia akan membawamu ke sana dan tak membiarkanmu ke mari lagi." Clark berharap istrinya memahami.
Sabrina mengaliri matanya dengan air. "Kau. Bagaimana denganmu?"
Clark berbalik, menangkap pundak Sabrina dengan lembut dan tatapan tenangnya. Nafasnya ia buang sebelum berbicara pada Sabrina agar emosinya hilang, dia mencium bibir merah muda istrinya dua kali dan mencium keningnya yang dingin. "Aku harus menjaga kalian dan Sonya, lepaskan fikiran negativmu itu aku akan baik-baik saja dikelilingi orang-orangku."
Dia memeluk Sabrina dengan dekapan penuh, membaringkan kepalanya di ranjang dan menyelimutinya dengan kelembutan, menyisit rambut bergelombang khas klannya untuk memusnahkan keresahan. Banyak hal yang menyambung di fikiran Clark, bagaikan rantai yang kuat dan dingin semuanya saling berkaitan hanya saja terlalu panjang dan membutuhkan informasi lain. Sonya ditargetkan, The Maskers pengikut Darkpross di Sonya menjadi kenyataan bila kerajaannya menjadi salah satu penghalang bangsa itu, entah apa yang ditakutkan mereka dari Sonya, Clark tahu apa yang dimainkan dan bagaimana ia mencari solusinya, kini ia mulai belajar menjadi pemimpin.
*****
-Lupa udah seminggu. Kebanyakan ngerevisi part-part awal. Eit! Jangan kembali dulu, kalau udah ada notif selesai revisi boleh lagi baca versi barunya hehehe, dijamin lebih anu (halah). Sekarang masih acak-acakan, gak nyambung ke part selanjutnya. Okelah, terima kasih sudah mampir, jangan lupa titip komen dan votw biar berkembang kaya saudara satunya wkwk.
Apa sebenarnya :
1. Matilda : Spesies ular berbisa baru ditemukan di kawasan terpencil Tanzan. Sebuah negara di kawasan Afrika Timur. Ular dengan warna hitam dan kuning sepanjang 60 sentimeter itu pun memiliki nama cantik Matilda, atau lengkapnya Matilda Viper Bertanduk.
2. Minyak Arnica : Arnica adalah tanaman yang termasuk dalam famili bunga matahari yang diekstrak untuk meredakan inflamasi dan bengkak terkait memar dan cedera terkilir.
3. Bataliyon : Satuan dasar tempur di bawah Brigade atau Resimen yang terdiri dari suatu Markas, Kompi Markas dan beberapa Kompi (biasanya tiga Kompi) atau Baterai (istilah Kompi khusus untuk satuan Altileri).
25/2/2017
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro