Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 19 - Ke Timur

Aroma babi panggang gosong mulai terendus dibawa angin sore, gemuruh angin mengikis tanah dan menerbangkan debu. Pakaian basah telah kering dan siap diangkat, musik dari gendang yang menggebu memeriahkan suasana Sonya saat itu yang sedang diadakan turnamen lompat batu. Keceriaan, suasana yang selalu membuat Matthew tenang dan merindukan anggur-anggur berbagai rasa. Semenjak Xavier pergi dari Sonya ia malah kehilangan minat, lebih sering menuju bar dan kembali ke kastil untuk diam dan beristirahat. Baru tadi malam ia kembali dengan yang lainnya, membawa batu Moonstone dengan jawaban letak Lenon.

Ia menuju arah kiri dari kastil menuju kandang kuda prajurit yang berisi puluhan. Kandang kuda terbesar letaknya di pinggir tembok dan prajurit Sonya lainnya, jika ada urusan mendadak batas dinding selalu tersibuk dan setidaknya mereka lebih dekat dengan gerbang keluar. Ia melirik lagi batu Moonstone yang memiliki bintik merah berkedip, Xavier mempunyai hal yang serupa digunakannya untuk pasangannya yang dikenakan Kiana. Kadang ia merasa iri, mengapa anak itu tidak memberikan batu padanya? Tapi, kalau diposisi pria itu Matthew akan memberikan batunya ke orang yang sama. Tidak ada yang lebih mencemaskan dibandingkan wanita terakhir dari Torin Maxima, kemampuannya bertahan diri kurang dan keinginannya menjauhi keramaian membuatnya rentan.

Ia melihat kuda gelap yang tersebar di luar kandang dan dipegangi oleh Ray, Lucas, Kiana dan Errol. Ia selalu mendatangi Kiana dengan rambut panjang dan kusutnya, dia seharusnya diberitahu untuk menata dan memangkasnya sedikit agar rapi. Wanita Torin selalu mengurai rambut gelap mereka, yang memiliki rambut keriting selalu mengikat ketat, yang memiliki rambut panjang terkadang mengikat sedikit di bagian kanan dan kiri rambut menjadi satu. Kiana nampak mengurai rambut sepanjang dadanya, mengenakan pakaian tebal dan sebuah selendang tebal melilit lehernya yang tenggelam.

"Kau yakin? Kita bisa menunggumu sampai sembuh." Matthew membelai rambut kuda abu-abu Kiana yang lebih tinggi daripada tubuhnya.

"Tidak, aku ingin ke sana." Kiana berbalik mencari pelana di dalam kandang.

Matthew terdiam sejenak lalu melirik Raydon. "Kenapa kita tak boleh berpergian kembali dengan berteleportasi atau menggunakan batu Ort ke bagian timur?"

Raydon yang menatap Matthew hanya mencoba tenang. "Vanella tidak menyambut ilmu seperti itu. Ada batu Camysa yang menghindari pemakaian batu Ort, mengingat semakin lama difikirkan batu Ort menjadi batu yang berbahaya bagi daerah manapun, mengirim orang-orang dengan mudah yang hafal letak-letak detailnya membuat pemakaian batu Camysa semakin meningkat akhir-akhir ini. Kastil Peri satu itu tidak terlalu besar, hanya sebagai tanda Peri saja."

"Baiklah, kau ahlinya. Jadi kau tahu yang menimpa Kiana? Sepertinya kaummu mengenal jenis buangan itu." Gerutu Matthew.

"Berabad-abad Peri berurusan dengan Darkpross Matt, kita tahu segala jenis kekuatan militer dan magis mereka. Yang satu itu adalah ilmu buangan, saat seseorang memberikan semacam monster tak kasat mata ke diri seseorang itu akan mengganggu fikirannya. Banyak yang mengacuhkan hal itu dan kebanyakan dari mereka biasanya jatuh sakit atau berpindah aliran, semacam menghipnotis diri dalam kurung waktu bertahun-tahun. Percayalah Matt kamu tidak mau ilmu buangan itu berada mengendap di diri Kiana. Kau lihat semua pedang terbang kemarin? Bisa jadi lebih buruk suatu hari." Urai Ray dengan tenang, dia menunggu Matthew membalasnya dan dia malah termagu dan berfikir sendiri.

Ray membuang nafas panjang. "Dia punya luka sabetan pedang di pinggangnya, masih basah dan harus dijaga. Sebelum dia jatuh dari atap sana ia melawan salah satu sosok bertopeng, wanita bertopeng begitu yang dia ceritakan tadi malam. Jangan salah sangka aku membantu perawat menutupi lukanya."

"Dia tidak menceritakannya padaku Ray," Matthew menjadi cemberut. "Aku bahkan tidak tahu ada orang di dalam menaranya."

"Keuntungan apa yang dia dapat jika memberitahumu dia tertebas pedang? Kau akan marah, sedih, menangis, atau mungkin lebih protektif. Aku juga akan diam dan merawat diriku sendiri, tak ada orang yang perduli juga. Seperti yang aku bilang tadi, penggunaan batu Ort mulai meresahkan." Ia melirik Kiana datang dari dalam kandang membawa pelana, begitu rapi menyembunyikan rasa perih pinggang dan kepalanya.

Matthew mungkin tak melihat Kiana tapi dia merasa Kiana di belakangnya, dia mulai sedikit mengecilkan suara. "Aku bakal terkutuk jika tidak cepat menangkapnya Ray, terjatuh dari atap? Kau percaya itu?" Dengus Matthew ironi, ia ingat namanya dipanggil Kiana dan melihatnya terjatuh begitu cepat dari atap sana, rasanya seperti terjatuh saat tidur dan dirinya yang sadar juga ikut terjatuh.

"Kita bakal mati juga karena hujan pedang Matt jika kamu tidak berfikir cepat memindahkan kita semua, pintar." Ray berkedip, dan wajahnya kembali muram. "Batu miliknya hidup Matt, sangat mengerikan, seperti mengedip padaku, seperti mata jahat."

"Aku jadi cemas tentang batu kita Ray, kita masih muda mengapa bukan dewan Varunnette yang menggunakannya?"

Raydon tertawa hingga matanya tertutup. "Mereka tua. Membalik lembaran kertas saja lambat seperti iguana hutan."

"Aku sekarang mengerti poinnya mengapa dunia harus dipimpin kaum muda, karena yang tua lamban." Matthew tertawa bersama Raydon.

"Kau tidak mau terlalu tua dan terlambat melakukan hal yang baik kan? Jadi, kau sudah melakukannya?" Ray tersenyum miring sambil mengeratkan sabuk pelana kuda coklat muda berototnya.

"Melakukan apa?"

"Astaga Matt, bercinta dengan Kiana. Aku melihatmu dan Kiana berkali-kali di satu ruangan yang sama, jangan bilang kau hanya berbincang dan bersentuhan." Dia memutar mata, lebih kepada kecewa dengan Matthew.

Matthew mendengus dan tertawa, wajahnya merah maksimal dan kali ini ia melirik Kiana mengeratkan sabuk pelana, melilit dengan rapi di bawah perut kuda yang membengkak. "Entahlah, dia membuatku takut jika aku yang melakukannya duluan. Tapi melihatnya selalu tersenyum padaku dari pundaknya membuatku sudah terangsang." Lalu Kiana melirik Matthew, dia berbalik pada Raydon yang memamerkan gigi ratanya seperti kuda.

"Sial Matthew kau membuat perutku bergejolak, kau menyedihkan. Jangan buang-buang waktu atau ada hal buruk." Raydon menyenggol pundak Matthew saat menuju ke kandang sambip tertawa, melihat seisi prajurit sudah siap untuk menemani ke Lyither.

Suara kuda memekik riang saat puluhan tangan memegang temali kuda untuk membantunya tenang sebelum keberangkatan. Kiana mencoba beradaptasi dahulu di atas kudanya yang nampal bersemangat, ia bergerak ke kanan dan ke kiri begitu menyakitkan pinggangnya. Tapi perlahan ia mengikuti gerakan kuda, memposisikan tubuhnya tegap dan berjungkit-jungkit tiap kuda berlari. Matthew dilihatnya lebih sibuk ke mana-mana dan selalu berbincang dengan seorang pria yang punya wajah manis dan cambang putih yang tipis, mengenakan seragam komandan Sonya yang cerah dan gelap dengan pin emas angka 5 di dadanya. Pria tua itu cukup serasi dan Matthew tahu betul pria di sebelahnya, mungkin dia pernah ikut bertugas bersamanya.

Saat Matthew berpisah dengan pria itu ia melompat ke kuda dan lancar membawanya ke samping Kiana, berjalan lebih awal ke gerbang keluar dan menunggu prajurit lainnya yang menemani mereka. "Aku fikir kita akan sendirian lagi berpergian."

"Kau tidak harus selalu sendirian. Tadi malam Clark memberi perintah ke Goffer dan pria menyeramkan itu memberi kita 50 prajurit di bawah komando komandan Jarke Knanta. Vanella yang akan kita mampiri adalah kastil Peri yang tak mengizinkan pemakaian batu Ort, akan formal dengan bala prajurit Sonya ke sana. Salah satu Klan Sonya dari Peri di timur sini, aku jarang mendengar kabar mereka di hutan sana." Jelas Matthew sambil menyusuri jalan pelan-pelan, di depannya gerbang barat sudah terbuka dengan menara-menara pengawas yang berdiri di balik tembok besar.

"Kau kenal semua orang di sini, aku bangga padamu." Puji Kiana.

"Aku dibesarkan di sini, tidak mungkin aku bersembunyi dari orang-orang itu. Lagipula Imanuel selalu bilang padaku, 'kamu tidak akan disambut sebelum kamu menghadapi setiap pasang mata di sekitarmu'." Ia membuang senyuman pada prajurit penjaga gerbang, mereka membuka gerbang bagian kiri kecil untuk Matthew, Kiana dan sisa ketiganya menyusul di belakang.

Beberapa menit kemudian 50 prajurit berbondong-bondong datang dari bagian tembok Sonya membawa masing-masing kuda sesaat komandan Jarke Knanta membawa kudanya keluar gerbang. Ia berhenti menatap Matthew dan Kiana, lalu menyadari ini pertama kalinya ia melihat wanita Isadora dari Torin Maxima, yang terakhir dan nampak sakit. "Sungguh sangat terhormat untuk melayani anda my lady, bantuanku untuk anda sepenuhnya." Suara baritonnya berat dan tulus. Untuk pria tua sepertinya, ia masih kuat mengangkat pedangnya.

"Kita semua bergantung padamu tuan Knanta, keselamatan rombongan ada di tanganmu." Sambut Kiana lembut seperti seorang bangsawan.

Jarke Knanta menunduk hormat dsn membalik kudanya. "Baiklah semuanya! Kita berangkat ke timur!" Katanya.

Tapak kuda ramai menginjak tanah, membutuhkan waktu 1 jam lebih untuk melewati batas wilayah Sonya dan 2 jam jika bergerak pelan. Sungai yang selalu dapat dilihat dari balkon istana telah dilewati dengan jembatan batu yang kokoh, gunung Ligard di depannya membentang dan mereka mengambil celah melewati gerbang pengawasan ketat markas prajurit Sonya lainnya. Selebihnya adalah alam liar, lembah, bukit, dan jalan menuju hutan Flyanger.

Lucas yang memegang batu Moonstone memperhatikan dengan seksama di atas kuda hitamnya. Bintik merah tersebut perlahan semakin mendekat di bagian tengah batu bagai kompas dan ia kembali menyimpannya, semakin sering ia melihatnya semakin resah dan terburu-buru. Dia merindukan Brute, Stella, peliharaan lainnya dan menunggu kapan ayah dan ibunya atau salah satu dari mereka kembali ke Clemanos, dia selalu harus memilih ayahnya ketimbang ibunya.

Suara angin menerpa anak sungai semakin dekat, aliran sungainya sudah terlihat oleh rombongan. "Kita berhenti sejenak." Ujar komandan mereka, menghentikan semua kuda di hilir anak sungai yang segar, pendek namun dalam dan jembatannya sangat jauh dari tempat mereka beristirahat.

Raydon, Matthew, Errol dan Lucas duduk dalam satu lingkaran di dekat komandan Jarke Knanta. Membersihkan lumpur yang merekat di tapak kuda masing-masing dan menyikatnya dengan kawat, mencelupkannya di ember air dingin dan meminum anggur bersamaan. Matthew memberikan botol anggurnya pada Jarke, mulanya pria itu ragu-ragu meminum anggur dalam berpergian dan bisa mengacaukan fikirannya walaupun hanya 5 tegukan, tapi karena tenggorokan yang kering ia meminumnya, anggur terkenal di Sonya yang hanya punya rasa khas nyatanya menjadi kesukaan Matthew.

"Apa perang begitu susah?" tanya Errol di sela-sela mereka banyak menghirup angin.

Jarke menoleh sejenak. "Tergantung. Kerumitan perang itu bergantung pada dua hal, niat musuh dan kekuatan kita. Kekalahan biasa terjadi karena kekuatan kita yang lemah dari segala segi, moral, hati, kekeluargaan, nafsu, dan pengkhianatan. Jika musuh berniat begitu besar dengan tujuan yang ingin mereka raih, maka mereka akan melakukannya dengan resiko dan kerugian apa saja. Lalu jika musuh memang begitu, artinya kita harus bersiap dengan melipatgandakan usaha."

"Jadi apa yang biasanya direncanakan?"

"Kerjasama. Teknik perang semakin banyak pasukan semakin minim resiko kalah. Jelas, kau membutuhkan bantuan dari pasukan wilayah lainnya dan saling berlomba menambah pasukan dengan orang-orang Darkpross. Melawan sendiri tanpa kerjasama walau kita memiliki 100.000 orang sekalipun kita bakal kalah. Musuh itu selalu cerdas, mereka mampu mencari cara untuk meruntuhkan kita. Tapi yang paling cerdas adalah musuh yang diam-diam mengetahui kelemahan lawannya dan tidak membeberkannya sampai waktunya tiba bagi lawannya untuk menyerah." Jelas Jarke memberi pelajaran kepada keempat pria yang tengah mendengarkan secara senang, mereka anak-anak lord dan dari kota yang besar, sebagai komandan egois rasanya jika ilmu itu tidak ia bagikan.

"Lalu, apa teknikmu komandan selama ini?" Suara Raydon ikut menimpali.

"Menggabungkan berbagai jenis pasukan dalam satu medan," ia menarik nafas. "Setiap pasukan wilayah manapun memiliki taktik perang yang berbeda dan tanpa arah yang sama akan mengalahkan pasukan dari dalam sendiri. Dalam perang musuh akan tahu taktik kita lambat laun, dan sejak itulah setiap pasukan memiliki cadangan-cadangan rancangan perang, kau harus menghafalnya."

"Apa kita memang bisa mendapatkan pasukan? Kita hanya 5 anak sengsara dan puluhan ribu pasukan sepertinya tidak setimpal dengan kondisi ini." Keluh Errol, cemberut dan resah. Dia akan tahu perang nanti apakah membuatnya menang atau kalah dan ia akan belajar.

"Kau, Matthew Tibalt, ayahmu adalah orang paling terdekat dengan Raja, salah satu Tripartit Kingdom, dengan Clemanos yang terkenal timbunan prajurit seperti daun di pohon, Sonya dengan begitu banyaknya klan dan hampir setengah dunia bersatu dengan Sonya. Kau, Errol Morven anak dari Harrold Morven Raja Kwezanmar, Taniom, Zary, Lazuardi, Klopa mengabdi pada kerajaanmu. Kau, Raydon Edgrado, anak dari perwira tertinggi Radella, mari kita tak perlu mendiskusikan kekuatan bangsa Peri dan loyalitas antar sesama yang melegenda sejak zaman dulu. Dan kau, Lucas Vikram, Tidak ada prajurit terbaik dan sebanyak di dunia ini selain Clemanos. Dan dengan itu kalian bilang tak tahu mendapatkan pasukan? Selalu ada celah bahkan untuk anak-anak lord untuk memerintah sebuah pasukan, asalkan cerdas dalam mengatur alur," lalu manik mata biru padam Jarke melirik jauh pada sosok wanita begitu jauh di dekat sungai. "Tapi wanita itu yang harus dilindungi, dia bisa menjadi kekuatan atau kelemahan kalian."


*****

-Halo friends. Okay lets not talk to much. Karena Game of Thrones memberi banyak inspirasi, maka well there you go, hmmm semoga suka part ini. Dont forget vote dan komennya, akan berarti untuk saya.

-Suatu saat saya akan coba buat konsep peta Earthniss. Nama-nama kerajaan dan desa-desanya. Nama hutannya, nama pegunungannya, nama lembahnya, nama sungai, nama danau, nama lautnya, lambang bendera tiap kerajaan, dan sebagainya hehehehe. Sementara ini masih konsep di selembar kertas hvs, semoga bisa buat lewat design ya someday hehehe aaamiin.

Keyword :


1. Batu Camysa : Untuk menangkal pemakaian batu Ort. Mencegah pengguna masuk ke suatu wilayah.

24/5/2016

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro