Part 10 - Varunnette
Matthew menunggu sebentar sebelum memindahkan kawan-kawannya ke Varunnette. Setahun yang lalu ia pernah menemani Clark dan rombongan kerajaan menuju Varunnette dalam urusan mengenai batu-batu sihir milik Sonya, baginya Varunnette lebih diingat dibandingkan wilayah manapun, namun sama berbahaya baginya. Dia bertekad berpindah dengan batu A'din, di Marclewood dia belajar dengan perlahan berpindah-pindah tempat ke sisi Marclewood lainnya, menaikkan tingkat kesulitan dengan membawa teman, Errol kemudian Kiana, kemudian Raydon sampai ia bisa membawa mereka menghilang berkali-kali hingga mereka mual seharian.
Raydon mengusulkan Matthew membawa berpindah kera-kera jinak yang menghampiri kemah mereka, dihitung-hitung kerumunan kera 5 lebih dan menginginkan makanan, membuat rusuh dan menjengkelkan Raydon. Matthew cukup handal dan bisa mengembangkan kekuatannya di sana, terkadang dia mengizinkan Kiana menggunakan batu A'din Perpindahan Tempat mengingat dia juga ahli waris yang sama, walaupun Kiana pernah tersesat dan salah tempat ia berhasil menemukan kolam air panas yang berjarak satu mil, lalu menceritakannya pada Matthew dan kawan-kawannya malam hari di depan perapian, menertawakannya.
Errol begitu membantu luar biasa, dia menggenggam benda dan merubahnya menjadi apapun yang ia mau. Raydon pernah mengatakan kalau Errol lah penyihir hitam sebenarnya, kekuatannya sangat tidak wajar dan berharga satu kerajaan. Raydon merindukan busur dan Errol membuatkannya, Kiana merindukan pelembab bibirnya, Lucas merindukan hewan peliharaan besarnya, sedangkan Matthew hanya merindukan rumahnya baik Sonya maupun Torin Maxima.
Matthew membawa mereka meninggalkan Marclewood menuju daerah mendekati Varunnette dengan baik-baik saja, bahkan jarak Marclewood dengan Varunnette lebih jauh dibandingkan Radella ke Clemanos. Berpindah tempat di keramaian Varunnette akan berbahaya, secepat kedipan kucing orang-orang mengetahui dia pemegang batu A'din yang sedang membawa pemegang A'din lainnya, batu sihir utama tersohor.
Mereka melirik ke segala arah sampai di jalan Lintas Utara, jalan utama besar yang menghubungkan wilayah timur dan utara. Di bawah sinar pagi mereke menjemur rambut sambil menyusuri jalan, di kanan mereka adalah tebing pasir yang kokoh sedangkan di bagian kiri di isi hutan tipis yang berjajar dengan daun yang sama. Jalanan bertanah hitam dan tidak berdebu, basah dan dingin di kaki. Sesaat mereka berhenti dan melirik ke belakang mengharapkan kereta kuda melintasi jalan Lintas Timur dan bersedia disewakan hingga Varunnette. Sejak Ort baru-baru saja diciptakan setiap jalan Lintas sepi tanpa kuda, mereka memilih merogoh Wins yang besar dan membeli Ort, sampai secara instan dari dekat maupun jauh.
Di pehujung jalan mereke menemukan pertigaan, ke kiri mengarah ke wilayah Amanor, lurus ke arah utara dan kanan Varunnette. Desahan Raydon menandakan keluhan yang sama, mereka harus berjalan lagi. Selanjutnya Matthew seharusnya ikut membawakan kijang yang sudah dilatih untuk seperti kuda, untuk menghindari perjalanan kaki yang mengecewakan.
Di antara pepohonan satu rumah mulai muncul, dan rumah-rumah lainnya mengisi sisi jalan Lintas Timur, mereka semakin mendekat. Keringat mulai membasuh menghilangkan tenaga, keramaian mulai membuncah dan suara mendengung di kejauhan. Mereka melihat tembok hitam di penghujung jalan, kasar dan memanjang. Anehnya kelelahan hilang di sana dan sejuk, Varunnette membentang begitu besarnya dihadapan mereka.
Tembok Varrunnete berwarna hitam dan membentang sejauh beberapa kilometer dengan ketinggian 4 meter, di tembok terdapat celah persegi panjang sekecil lengan wanita kurus sebagai jendela, hanya lalu-lalang orang-orang di dalam yang terlihat dan sisanya hanya suara kaki kuda dan desingan besi. Para prajurit Varunnette menjaga di setiap titik tembok, ada pos tower setinggi 5 meter di setiap 10 meter dan jembatan menghubungkan setiap tower, diisi prajurit lainnya.
Gerbang masuk Varunnette bagaikan pagar karantina orang-orang yang memiliki wabah penyakit serius di dalam. Banyak penjaga di setiap gerbang masuk, mereka mengenakan seragam yang bagus. Zirah emas di bagian tubuh dan lengan atas, sisanya kain beludru hitam yang dingin. Dipadukan celana gobor hitam seperti sebuah rok jika merapatkan kaki, mereka mengenakan dengan nyaman dan tidak menghalangi pergerakan gesit seperti berlari dan melompat, sebaliknya mereka seperti merasa tidak mengenakan celana sama sekali. Sepatu boot mereka memiliki ujung lancip, lebih baik.
Raydon mencari wajah yang ia kenal di antara kerumunan pendatang yang mengantri dan lalu-lalang di pinggir tembok, mengintip dari celah jendela tinggi yang tipis. "Kamal!" Suaranya membuat seorang pria di depan gerbang mencari.
"Ey! Raydon!" Gigi besarnya tersenyum, menunggu Raydon dan bersalaman. "Apa yang kamu lakukan di sini nak? Sudah lama aku tidak mendengar kabar Unardo, bagaimana dia?" Dia sangat gembira dan terkejut, seorang Pangeran, ya, dia lupa dan membuat penasaran.
"Unardo sudah lama bertugas di Crownfast, jangan bilang kalian setuju pergi bersama-sama?" Raydon masih meluangkan waktunya bersama Kamal, dan keempat kawannya berdiri menengok kanan dan kiri.
Kamal tertawa, batu-batunya bertabrakan ketika tubuhnya berguncang. "Ya! Aku masih menunggunya memunculkan hidung bengkoknya di sini sebelum berangkat."
"Luar biasa," ia terkekeh. "Sebagai Land Tracker? Aku akan mengabarinya bila bertemu Unardo."
"Jangan salah, seorang Land Tracker bisa membangun kastil dan membeli prajurit," kata Kamal berangan-angan. Pria mengenakan 5 buah kalung berbatu berbeda jenis, jari-jarinya hampir dipenuhi cincin berbatu. "Jadi? Apa sebab kunjunganmu ini?" Dia melirik pemuda-pemuda dan seorang wanita, berusaha menebak batu A'din mana yang dipegang masing-masing, kecuali untuk salah satu wanita. Sekali melihatnya wajah itu seperti apel merah, manis dan rasanya mudah diingat. Wajah barat dan bentuk mata kaum Torin Maxima melekat erat, cerita melegenda hilangnya kerajaan itu pun otomatis teringat.
"Tentang sebuah batu." Raydon memperhatikan samar-samar.
"Kau beruntung aku bisa langsung membawa kalian ke dalam. Tanpa diintrogasi dan digeledah. Lihat mereka, mengantri begitu panjang ingin mencari pekerjaan dalam ikatan Varunnette, menjual dan membeli batu." Dia menunjuk antrian panjang di gerbang yang ia jaga. Kamal mendekati telinga Raydon dan berbisik. "Jangan kira aku tidak tahu siapa yang ada di belakangmu. Empat orang untuk 4 batu A'din lainnya."
Raydon terdiam, ia melirik ke belakang dan meminta Kiana dan yang lain ikut bersama Kamal. Setelah melewati tembok tebal dan memasuki sudut Varunnette bagian itu sangat ramai, rumah-rumah bertingkat, bunyi hantaman kayu, mesin-mesin pemoles batu, pukulan besi, kaki-kaki kuda dan roda kereta. Jalan besar itu bercabang lebih banyak ketimbang Sonya, lampu jalan hitam yang mati berjajar, untaian tali berwarna merah dan biru menghiasi di atas jalanan setelah baru saja diselenggarakan pesta pawai.
"Jadi batu Grass ya?" Mulai Kamal, mereka berhenti di pinggir jalanan. "Itu batu dengan sihir yang artinya sangat berharga ditambah batu yang sangat jarang ditemukan lagi. Sebagai penduduk Varunnette aku mengerti mengenai batu, setiap jenis batu pastinya selalu memiliki kembaran yang sama dari 10.000 atau hanya 5 saja. Dan batu Grass hanya sedikit nak terutama sekarang ini kandungan batu Grass tidak pernah lagi ditemukan, bisa dibilang terancam hilang." Dia berbicara dengan pelan. "Walaupun begitu aku pernah mendengar batu disebutkan, dimiliki seorang saudagar baru."
"Saudagar? Di mana dia?" Raydon hanya berbicara sendiri, yang lainnya melihat apa yang mereka ingin lihat.
"Pasar Qriket, pasar termahsyur, semua batu pernah merayap di sana, di pasar gelap dan di pasar terbukanya. Jika kalian memang memaksa ke sana, aku memiliki sebuah nama, Lenon Baccry." Kening mengkilat Kamal semakin silau dengan panas yang mulai menyengat. "Semua orang di sana kenal siapa pria itu, kalian mungkin tidak akan sulit menemukannya. Tapi kalian harus merogoh kantung uang dan segala sesuatu, karena mudah dan sulitnya mendapatkan batu itu dari tangannya sulit diterka," kata Kamal menggidikkan bahunya.
Selagi Kamal dan Raydon menjelaskan lagi Kiana mulai lengah dan melirik ke kanan dan kirinya perlahan. Banyaknya orang di Varunnette membuatnya merasakan gelenyar aneh yang menghantui, seakan ada ribuan mata yang memandanginya mencoba mengingat wajah itu. Kiana menunduk, menatap kedua kakinya yang bermain di tanah sembari meninggalkan penjelasan para lelaki yang memperbincangkan mengenai batu Grass. Ada keganjalan di sana, dan Kiana lebih merasakannya lagi.
Lucas yang berada di dekat Kiana menoleh ke belakang akan kebisuan dan gelagat Kiana yang sering melirik ke segala arah. Tapi telinganya yang lebar mendengar Matthew yang mulai masuk ke pembicaraan Raydon dan Kamal.
Kiana menoleh ke belakang tepatnya ke sebuah tempat dengan jajaran pohon rindang. Ada tiga pria yang berdiri bersamaan, menghisap pipa rokoknya, bersama-sama menyelidiki Kiana dengan tatapan mengenali lebih jauh.
Menjauhi wajah-wajah asing selanjutnya ia melihat jalan besar di belakang, ramai dilalui pejalan kaki dan kuda-kuda pembawa kereta penumpang. Mata hazelnya melirik seorang anak lelaki bermain di sisi jalan tanpa pengawasan, memancing firasat Kiana ke arah yang buruk. Setiap detik ia mulai memperhatikan tingkah anak tanpa pengawasan itu, bermain tanah di sana dengan segenggam batu yang ia gunakan sebagai pengerik tanah di sebelah jalan. Ia mulai berlari-lari dan semakin dekat jalan ramai, dan di saat itulah naluri wanita Kiana mulai menuju siaga ketika anak itu berkeliaran.
Ia hampir berlari untuk mengajak bocah lelaki berambut sedikit ke tempat yang aman selain di pinggir jalan, namun ketika anak itu kembali ke tempat semulanya ia bermain, Kiana mengurung niatnya, namun tetap menjaga anak itu dari kejauhan.
Anak kecil itu kembali bermain dengan Kiana yang tak dapat berpaling karena siaga, ia mengerik lagi tanah di sebelah jalan raya dan mengubur berbagai batu-batu ke tanah layaknya bibit tanaman. Menguburnya dan menepuk-nepuk gundukan tanah, lelaki kecil itu membasuh keringat yang menjalar di lehernya yang terkena tanah coklat. Apa yang Kiana lihat mengingatkannya lagi tentang bagaimana masa kecilnya di kerajaannya, sepupu-sepupu dan anak petugas dapur sering bermain di pantai dan membangun kastil dari pasir.
Harapan buruk Kiana sayangnya terjadi, bocah lelaki berambut lurus itu mendadak berlari dan Kiana mengerjit kaget ketika ia menuju jalan raya ramai, halnya anak kecil yang menyeberang tanpa pengawasan ia tak melihat kanan dan kiri yang ramai.
"Ya tuhan!" jerit Kiana mendadak dan berlari mengejar anak itu. Lucas dan yang lainnya kaget mendengar jeritan Kiana dan menoleh ke belakang dengan Kiana yang sudah berlari ke jalan.
Kiana berlari sebelum kereta pembawa 3 wanita di dalamnya menabrak bocah yang tidak dilihat dari atas sana. Saat dia membawa bocah lelaki ia memeluknya dan menyeret dirinya di jalan semen, ia mengulurkan lengan ke kereta, telapak tangannya terbuka, hanya berharap kereta bisa berhenti sebelum kaki kuda dan roda kereta seberat puluhan kilo meremukkan daging mereka.
Kusir yang membawa kuda coklat menyadari wanita berlari dan memeluk seorang bocah, jatuh di bawah kaki kudanya dan tidak bisa mengelak waktu menarik rem kuda terlambat sudah pasti menabrak mereka. Tapi kudanya malah berhenti, ban kereta mendecit tajam seperti tikus got, membuat penumpang di dalamnya menabrak dinding kereta dan berhamburan.
"Arrrghh!" Jerit wanita-wanita itu setengah panik, rambut mereka rusak dan kening mereka memerah.
Tangisan kesakitan bocah didekapan Kiana mulai mengundang perhatian banyak, dia terluka di kedua siku sedangkan pergelangan tangan kirinya sempat terseret dan rasanya terbakar. Ia melihat tangannya sambil mendengarkan tangisan di telinganya, tangan itu bergetar hebat dan luka memenuhi telapak tangannya, merah keunguan dan dikotori pasir kasar.
Dari kejauhan tiga pria berwajah bengis mulai berdiri, entah ingin menolongnya atau yang lainnya. Sebagai kota terbuka Varunnette tidak terlalu ketat untuk mensortir siapa orang-orang pendatang itu, satu hal yang harus dikoreksi kota besar.
Lucas melihat pergerakan ganjil, dia berlari pada Kiana dengan Matthew yang lebih laju dengan serangan panik. Lucas memilih berdiri menghadap ketiga pria, saling memberi pandangan ancaman dan intimidasi yang besar. Matthew berjongkok dan mencoba membawa Kiana.
Ketiga pria itu berdiri dalam diam dihadapan Lucas, memandangnya segelap gudang. Lucas membawa tangannya menggenggam gagang pedang sebagai peringatan pertama, dia yakin mereka tahu siapa Kiana dan apa yang membuat kereta dapat berhenti dengan sendirinya. Ketegangan mulai terasa, Raydon melihat Lucas menghadapi 3 pria, ia berjalan pelan dan mulai mengawasi sekitar, membuat dirinya berada lebih dekat dengan tubuh terkulai Kiana. Errol pun cepat menyadari ketegangan Lucas dan Raydon, ia maju dengan kaki yang seringan kapas mengelilingi Kiana.
"Lima." Salah satu pria bersuara sekasar amplas, tersenyum miring dan banyak akal.
Lucas semakin mempererat genggaman pedangnya, menatapnya garanf, menarik sedikit pedang. Kata itu lebih dari cukup untuk difahami Lucas, mereka tahu siapa kelima orang di sana.
"Sendiri." Tambahnya, suara berbisik mulai ia rubah semakin keras untuk didengarkan Lucas.
Raydon menggenggam pedang bergagang ungunya ketika ketiga pria menunjukkan gelagat yang sangat mengancam. Mata lentiknya mengincar seorang pria yang menggerakkan tangan di balik jaket kulit panjangnya, dia bisa mengambil apa saja dari sana.
"Waktu." Pria lain menyahut pada rekannya dengan nada mengingatkan.
Pria itu menundukkan kepala menatap kaki-kaki pemegang batu A'din yang ia hafal, para putera-putera bangsawan yang pergi sendiri, bodoh bagi mereka melakukan hal seperti itu. Pria di tengah menarik nafasnya, memandang Lucas dengan terik. Pria di kanannya mengeluarkan tangan dan melemparkan batu Osmos ke arah Lucas dan kawan-kawannya.
Lucas mencabut pedang, berlari untuk melindungi Kiana dan Matthew ketika batu merah yang ia hafal sangat berbahaya. Raydon mencabut pedang besarnya, menarik nafas dan secepat gerakan ia menggunakan batu A'din. Tangan kiri yang mengangkat mengeluarkan asap hitam, angin menghembus di bawah batu Osmos dari tangannya dan ia menyerap kekuatan sihir Osmos. Batu sebesar kepalan tangan itu jatuh di sebelahnya dan tidak meledak, dia berlari ke ketiga pria.
Prajurit Varrunnette melihat kericuhan dan beberapa regu menoleh dengan kejengahan. Pria di tengan menarik batu Osmos di balik kaus, melemparkannya ke beberapa prajurit dan meledakkan mereka, membuat api dan getaran tanah. Jeritan mulai menggema, semuanya berlari dan bangun dari tempat, turun dari kereta, melarikan diri di bawah meja dan mengintip dari balik dinding.
Ketiga pria tidak mempunyai pedang dan Raydon mengejarnya sendiri, ia langsung menusuk perut pria di tengah begitu dalam, menarik dan meleburkan darah dan organ. Pria di kiri dan kanan berlari ke arah berbeda. Raydon mengejar yang melemparnya Osmos, menabrakkan diri ke kayu-kayu kokoh yang berdiri demi mendapatkannya. Pria bercambang panjang itu berlari dengan stamina lebih, kaki panjang dan betis berototnya seperti kucing liar, menjauhi Raydon dan kelincahannya bergerak mampu mengalahkam Raydon. Namun sebuah anak panah menembus tangan kanannya, ia jatuh dengan jeritan pelan dan tengkurap di tanah. Raydon mengerem kakinya, berdiri di kakinya dan menusuknya di punggung hingga ia bisa merasakannya ujung pedang lainnya menancap tanah, dan dia tidak mau mengingat keburukan itu. Raydon melihat asal datangnya panah, bangga itu datang dari tuan Penyihir Gelap, Errol.
Lucas yang berhasil mendatangi sisi Kiana dan Matthew untuk berniat melindunginya saat Osmos terbang terdiam, ia akan mengikuti Raydon yang berlari dan menghilang di balik rumah-rumah, dan Errol baru merubah kayu menadi busur dan panah mengikuti Raydon. Tapi dia di sana terdiam menatap geram bersama Matthew berdiri di belakangnya pada pria ketiga yang berlari terbirit-birit dan sudah begitu jauh untuk dijangkau.
Pengecut itu, pikir Matthew. Melarikan diri mengira tetap akan selamat. "Aku tangani," suara Matthew sekeras karang, dia hanya mencabut sebuah belati dan berpindah tempat dengan gelenyar amarah.
Lucas duduk di samping Kiana menggantikan Matthew. Mengangkat telapak tangan kanan Kiana perlahan, mendengar kesakitan yang ditahan wanita memucat. "Tanganmu harus segera diobati sebelum infeksi."
Tangisan bocah dipelukan Kiana masih berlanjut, dia tetap melanjutkannya memeluk dengan erat. Sebelum Kiana ingin mengangkat dirinya dan mengatakan dia tidak keberatan untuk dipindahkan ke tempat hangat di bawah rindang pohon sebuah ledakan asing muncul di pertengahan jalan. Lucas memalingkan pandangan dengan degupan yang muncul, dia menggenggam pedangnya semakin erat dan berdiri melindungi Kiana. Dia melihat keburukan dan rasa buruk setelah melihat lingkaran api dengan kegelapan yang berputar di tengah-tengah jalan raya. Lingkaran api dan kegelapan itu adalah hal yang baru, dedaunan di bawahnya berputar mengikuti arah angin kegelapan tersebut yang perlahan memunculkan sesosok tubuh tinggi.
Lucas menatap nanar apa yang ia lihat, dentuman jantungnya berubah beritme cepat ketika perputaran angin itu muncul. Api dan kegelapan adalah simbol Perpindahan Tempat dari pusat negara kegelapan, Darkpross. Perlahan bayangan sosok itu muncul, semua tubuhnya hitam di tengah lingkaran api dan hitam seperti ia hangus, dan mata menyala merah timbul seketika.
Menyadari ia bukan melawan manusia biasa Lucas melupakan pedang yang tidak berguna untuk hal semacam itu, dia menggunakan batu A'din petirnya. Raydon, Errol, Matthew tidak bersamanya, itu cukup menegangkan dia dan momen menentukan. Satu-satunya yang bisa membantunya wanita yang tergeletak tegang di belakangnya, tidak berguna saat itu.
Sosok itu memunculkan tangan terulur, Lucas tahu saatnya dia melindungi. Petir menyambar lingkaran api dari atasnya seperti awan berada tepat di atas kepala, dan sosok itu tadinya mengeluarkan batu Ache dengan sejuta kesakitan, angin batu Ache sampai pada Lucas dan dia merasakan angin setajam paku setajam jarum, itu mengenai Kiana pula dan bocah itu tidak karena Kiana memeluknya lebih tertutup.
"Arrrghhh!" jerit Lucas mengumpat dan menyimpan lengannya, merasakan sabetan tajam yang menyayat. Tetesan darah mulai jatuh dari tangannya, darah gelap dan lengket.
Sosok itu merasakan petir Lucas begitu tebal dan menghancurkan medan kekuatan dan energi portal. Sebuah anak panah datang lagi ke lingkaran api dan hitam bersama sulur hitam yang membumbung ke arah lingkaran, Raydon berdiri menghadapnya berani dan Errol merasakan kengerian di sana.
Hingga hembusan angin yang sama berhembus, Raydon dengan cepat mengeluarkan sulur hitam dari lengannya dan tanpa fikir panjang angin tersebut terhisap menjadi kepemilikan Raydon, semuanya panik dan bergerak dengan cepat.
Lucas menunduk ketika sulur angin tersebut membuat pasir di tanah terbang dan menebar ke sepenjuru tempat seperti badai pasir, angin yang benar-benar tajam seperti berisi jutaan jarum. Errol menutup matanya jika batu-batu krcil ikut melayang, beberapa rumah dan properti di sekitar sana berhamburan dan terlontar jauh, meporakporansakan sisi Varunnette.
"Di mana Matthew!?" Raydon melirik ke belakang, tidak ada yang berinisiatif kabur. Dia yakin sosok itu punya hasrat yang sama seperti yang dipikirkan Rayson, batu A'dinnya.
Sayangnya Matthew belum kembali, belum selesai menyiksa pria yang kabur.
Sosok itu kembali menghempaskan angin dan Raydon berlari menghindar kembali, debu mulai semakin tebal dan angin seperti badai menghancurkan segalanya.
"Kita harus pergi!" Jerit Kiana, mengerang menahan sakit jarum-jarum yang dirasakan dikulitnya.
Matthew mendadak muncul, membuat dirinya berada di sebelah Kiana. "Sekarang!" Jeritnya pada Errol dan Raydon yang jauh. Mereka berlari kabur mendatangi Matthew, dan menghilang berpindah tempat.
Sang pemilik kekuatan Perpindahan Tempat selangkah lebih unggul dari sosok kuat itu, kabur dengan mudah sebelum kegelapan mengambil apa yang diinginkan. Siapa yang mereka lawan bukanlah bangsa sembarangan. Kekuatan yang mereka kira cukup untuk melindungi nyatanya belum cukup maksimal. Dan ketika tugas semakin mendekatkan mereka dengan hasil, semakin banyak rintangan dan bahaya yang juga ikut mendekat.
*****
-Iyak, sider terima kasih untuk membacanya, jangan lupa pencet bintangnya biar ceritanya bersinar juga ;D
-Agak writer block, kepala masih tertutup karena lagi not so well kondisi. Buat kalian di sana jangan lupa jaga kesehatan, sudah mulai musim hujan dan panas yang selang-seling, minum air putih yang banyak dan jangan terlalu sering keluar <3
30/02/2016
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro