Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Pertanyaan Absurd

"Ada yang mau gue tanyain sama lo Qi/Put."

Dua tempat berbeda, dua orang yang berbeda, pada orang yang berbeda, di waktu yang hampir bersamaan. Gadis berambut cokelat sedikit panjang itu menatap serius pada pemuda yang membuat seisi kampus dipenuhi dengan warna merah dan biru.

Sementara pemuda plontos dengan muka jerawatan pecinta sulap dan Mbah Romi, tidak kalah sengit saat menatap pemuda berkulit tan yang menikmati jus jeruk kesukaannya dan menatap datar merasa terganggu dengan privasinya yang dilewati.

"Lo suka sama Radith kan?"

Dan kali ini, satu kalimat yang sama meluncur begitu saja dari dua orang bernama Eva dan juga Ali pada orang yang ada di depan mereka. Yang memberikan ekspresi berbeda, namun jawaban yang juga sama.

"Haaah?"

.
.
Innocent or GEBLEK!
Romance/Humor/Friendship
Rate aman kok T
BL, HOMOPHOBIC MENJAUH
PutraxRadithxKetuaxKing (maybe)
We are Pharmacist (c) Qoni
.
.

Summary : Nenek-nenek minus tinggi lihat dari ujung sedotan di puncak gunung Jayawijaya juga bisa lihat gimana posesifnya Putra kalau udah nyangkut Radith. Dan gimana Radith sukses bikin Ketua yang irit senyum bisa ketawa.

"Makanya, lo tu suka sama Radith kan?"

Satu kalimat yang sama di waktu, tempat, dan orang yang berbeda. Tertuju pada Rajendra Saputra dan juga Frisqi Saggaf aka Ketua.

"Haaa?"

Mr. Agressive vs Mr. Innocent vs Mr. Tsundere

Before

"Whoaa, thanks berat Put! Aku emang ga pintar sama yang namanya hitung-hitungan!" pemuda bak matahari pagi itu tampak menatap penuh rasa kagum pada pemuda lainnya yang ia panggil Put. Atau dengan nama asli Rajendra Saputra yang sering dipanggil 'Si Tampan Cemerlang pas Nimbang' maksudnya Putra.

"Ga usah makasih kali Dit, toh kata buku yang kubaca yang namanya teman itu memang harus saling membantu. Aku juga tidak tenang melihat nilai kalkulusmu diantara nilai-nilai yang pantas menjadi rivalku itu," Putra tampak masih ingat bagaimana shocknya ia yang biasa melihat pemuda didepannya memiliki nilai diatas 90 itu bisa memiliki nilai dibawah 50 pada satu bidang.

Tidak sadar bagaimana skill menggambarnya benar-benar berbanding terbalik dengan kejeniusannya di lain bidang.

"Hehehe, tapi bukannya berkatmu yang mengajariku nilai kalkulusku jadi meningkat akhir-akhir ini? Makanya aku berterima kasih padamu Put," pemuda hype itu bernama Radith. Teman pertama Putra yang ia (dan Beggy) akui, "makanya aku harus berterima kasih untuk itu dong!"

Senyuman yang terkadang membuat beberapa orang yang masih tidak berwarna pink karena seorang Putra bertanya-tanya kenapa tidak ada yang merasa silau dengan senyuman seorang Radith.

Deg

Dan tidak untuk Putra yang saat ini hanya bisa diam. Entah kenapa akhir-akhir ini ia merasa sesuatu yang berbeda, terutama saat melihat Radith yang tersenyum. Cukup untuk membuatnya tersenyum dengan sedikit rona merah yang menghiasi pipinya.

Ia tidak menghiraukan bagaimana para Purers yang sudah berfangirl ria melihat senyuman sejuta watt yang diberikannya (yang dirasakan) untuk mereka tanpa mengetahui siapa yang sebenarnya ditujukan untuk senyuman itu.

Terkecuali dua sahabat yang sama-sama memandangi keduanya. Putra dan Radith.

.
.

"Mang Jaja, tekwannya satu ya!"

Seperti biasa, pemeran utama yang hampir selalu bisa ditemukan di kantin tampak menghabiskan waktu istirahat (jam kosong tanpa dosen) untuk berada di kantin dan memesan kegemarannya.

Ia baru saja duduk dan akan menunggu pesanan saat ia bisa melihat rombongan kakak tingkat yang tampak berjalan bergerombol. Tentu saja ada juga Ketua (tersayang) aka Aa Qiqi aka Frisqi Saggaf ada disana sedang berbincang.

"Oooi, Ketuaaa!" Tidak menghiraukan saat itu pemuda yang dipanggil sedang berbicara dengan gadis berkacamata, Radith berteriak tujuh oktaf memanggil pemuda itu. Sepersekian detik mereka bertemu pandang, dengan tatapan penuh harapan dan juga berbinar, Radith berharap ada sedikit jawaban.

Namun yang dipanggil tampak kembali berkutat dengan pekerjaannya saat itu dan mengabaikannya.

"Eeeh?! Ketuaaa! Jahatnya, aku dicugaki*! Oooi ketua, ketuaaa aku beli P#lpi Orange nih!" ia melambai-lambaikan botol plastik bening berwarna orange karena minuman yang ada di dalamnya, "jus jeruk kesukaan ketua kan? Ada bonus gantungan Sponge kuning-kuning juga!"

Empat persimpangan berkedut di kepala Ketua yang dipanggil, semakin tidak bisa mengabaikannya. Sementara teman-temannya selain Ali semakin tidak bisa menahan tawanya karena semua yang dilontarkan oleh Radith kecuali saat Ketua entah mengeluarkan darimana tampak menunjukkan foto idola sang teman dan siap membakarnya.

"Tidaaak!"

"Ketu--" Radith tampak berbunga-bunga saat melihat bagaimana Ketua akhirnya mendekat meskipun dengan wajah masam, "karena kebiasaan di kantin bawaannya beliin ketua jadi beli terus deh!"

"Kepalamu juga mau kuwarnain orange?"

"Eeeh! Tapi aku hanya ingin memberikan jus kesukaan Ketua," kupluk yang entah bagaimana punya ujung seperti kuping anjing itu tampak turun seolah mengikuti rasa kecewa dari Radith.

'Seperti anak anjing,' semua kakak tingkat yang malah menikmati pemandangan itu tampak menatap kearah Radith dan juga Ketua.

"Ya sudah sini," Ketua mengulurkan tangannya dan Radith melihatnya sekilas sebelum memberikan tangannya untuk ditaruh di atas tangan ketua, "minumannya, bukan tanganmu."

"Ooh, hahaha kukira mau diajak kemana," Radith tertawa dan menggaruk kepala belakangnya sebelum memberikan minuman itu pada Ketua.

"Terus?"

"Apanya?" Radith bingung dibuat Ketua.

"Katamu ada bonusnya kan?"

"Oh iya," Radith merogih kantung celananya dan tampak mengeluarkan gantungan kunci spons kuning kegemaran Ketua yang entah sejak kapan diketahui oleh Radith dan memberikannya pada Ketua, "ini Ketua!"

"Hm," Ketua melihat karakter spons kesukaannya itu sebelum menoleh pada Radith, "aku baru tahu ada bonus ini setiap beli minuman ini."

"Eh? Ini bukan bonus dari minuman Ketua! Ini hadiah dariku," Radith berbinar-binar sambil menatap Ketua yang sudah hampir bertanya alasannya, "Ketua lupa? Ini tepat satu tahun aku mengenal Ketua loh! Makanya aku ingin beri Ketua hadiah."

Ia mengacungkan jempol.

"Kenapa malah mengingat hal tidak penting seperti itu ketimbang mengingat pelajaran--" Ketua menghentikan perkataannya, sadar jika ia menasihati orang yang salah. Orang yang mendapat peringkat 5 keatas di setiap nilai ujian semester meski ia tidak tahu bagaimana otak Radith bisa secemerlang itu.

"Kenapa harus ditanyakan? Tentu saja karena Ketua selalu mau mengandalkanku!"

'Lebih seperti memanfaatkan kepolosannya,' teman seangkatan Ketua yang masih jadi penonton berpikir berjamaah. Ketua hanya diam, dan seketika menoleh pada teman-temannya seolah tahu apa yang dipikirkan oleh mereka. Membuat semuanya tersentak dan diam bahkan dalam pikiran mereka.

"Lalu, mana hadiah dari Ketua?" Radith menunggu penuh harap, Ketua hanya diam dan menatap Radith yang sudah seperti anjing kesenangan yang menggoyangkan ekornya dan menjulurkan lidahnya. Ia hanya diam, sebelum menghela napas dan tampak menepuk kepala Radith beberapa kali sebelum berbalik akan meninggalkannya.

"Kutratir pempek kapan-kapan."

"Oke! Janji ya Ketua!" Radith melambai-lambaikan tangannya menyambut kepergian Ketua.

"Anak yang bersemangat ya," teman Ketua yang sudah menunggunya tampak menghela napas dan kembali berjalan ke tujuan asal mereka sebelum ini dan meninggalkan Radith disana.

"Kurasa," dan sebuah senyuman tipis diberikan disertai rona merah setipis beberapa mili yang tidak jelas dilihat dengan mata telanjang, sebuah momen langka yang tidak disadari oleh semua orang disana terkecuali seseorang yang menatap sang sahabat (katanya) saat itu.

"Oooi Putra!" Suara panggilan dari Radith membuat Ketua seketika menoleh saat menemukan pemuda berambut cokelat yang meneruskan jabatannya baru-baru ini tampak melewati mereka setelah membungkuk kecil dan segera menghampiri Radith di belakang mereka.

Namun, tidak bisa dipungkiri sepersekian detik saat Putra berada di dekat mereka, mereka bertemu pandang dengan tatapan tajam satu sama lain.

'Entah kenapa aku merasa akan ada perang dunia ketiga di Palembang,' hanya dua orang yang sadar dan menatap keduanya.

"Eva, entah kenapa mendadak tadi ada hawa panas lewat ya?" Levi sahabat gadis yang berpikir bersama Ali tampak terdengar, seolah sadar secara tidak langsung akan kesengitan antara dua pria yang hanya bertemu beberapa detik itu.

.
.

"Makanya aku memperhatikan kelakuanmu akhir-akhir ini."

Eva, panggilan dari gadis berambut cokelat dengan nama lengkap Devana Julia Sheeran ini saat mereka berada di kelas tanpa kehadiran Putra dan hanya ada dirinya, Levy, Putra, dan trio biru dimana si Codet sudah siap memanggil Putra untuk rapat Kating.

"Uh, kau tidak naksir padaku tiba-tiba kan Eva?" Putra memikirkan bagaimana Eva akan berubah menjadi manusia pink.

"Maaf saja kakak dan adikku lebih tampan darimu," Eva menatap kesal pada Putra karena malah tidak serius menanggapi perkataan seriusnya, "akhir-akhir ini kau aneh tiap bareng sama Radith dan Ketua."

...

"Kurasa biasa saja," jawab Putra tampak tersenyum tanpa rasa bersalah.

"Kau selalu sengit saat Ketua bersama Radith atau sedang membicarakannya. CORET! Saat semua sedang membicarakan dan menjelekkan Radith terutama saat Ketua bersama Radith. Lalu bagaimana senyumanmu itu berbeda saat melihatnya," Eva menatap kearah Putra sementara Levi sudah mengerti kearah mana pembicaraan itu dan sudah bergumam "RiEre" dan "EreMin". Oh, ternyata dia Fujoshi.

"Kurasa itu karena aku temannya Radith?"

"Kami juga temannya, si trio biru juga," yang dibicarakan tampak tersentak dan menatap kearah ketiga kelompok lainnya di kelas yang sepi itu, "tapi tatapanmu itu berbeda."

...

.
.

Sementara di kelas dan angkatan lain, Ketua sendiri menatap pada Ali yang ada didepannya dengan tatapan menginterogasi. Matanya memicing penuh curiga dan tampak menyilangkan tangannya bak investigator yang sedang menginterogasi tersangka di TV-TV.

Yang tidak lupa entah kenapa ada lampu sorot yang mengarah pada Ketua.

"Sifatmu aneh saat sedang bersama dengan si kupluk itu."

...

"Kalau kau berbicara yang tidak penting, kubakar foto ini," jawabnya sambil mempersiapkan api dan juga foto yang ada di tangannya. Yang segera diselamatkan oleh Ali.

"Aku serius Qi! Berapa kali sih gue lihat lo senyum-senyum sendiri lihat Radith. Yang padahal lo nonton film Spons kuning kesukaan lo aja muka lo ga kalah datar dari tripleks. Nyaingin si Kanebo dari sebelah," dan Rakanebo di sebelah sana tampak bersin-bersin sendiri, "trus tiap kali lo denger atau lihat si 'Tampan Cemerlang pas Nimbang' juga kayak sengit banget. Berasa lihat persiapan Perang Dunia ketiga!"

"Mau bilang apa sih Li?"

"Intinya, dari pengamatanku itu..."

.
.

"Put/Qi, jangan-jangan lo suka sama Radith ya?"

Dua pertanyaan yang berada di tempat yang berbeda disebutkan secara bersama-sama secara tidak langsung.

...

"Hah?"

(Sementara yang sedang dibicarakan sedang bersin-bersin. Kembali di kantin.

"Pilek ya?" Tidak menyadari ada yang membicarakannya dan duduk tenang disana, "mang Jaja, modelnya satu!"

"Ya cacam, la duo be dek**!")
.
.
TeBeCe aja

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro