4. Siapa Dia Yang Sebenarnya?
Happy reading ...
♥️♥️♥️
Jihan menatap hadiah dari Arman beberapa hari yang lalu, sebuah bros cantik dengan inisial "J" berwarna perak dihiasi dengan permata disekelilingnya. Tanpa sadar sudut matanya mengembun. Ketika Jihan menerima pinangan dari Arman, dia sudah memantapkan hati pada pria pilihannya. Perasaannya terhadap Arman semakin bertumbuh karena ia yakin Arman adalah lelaki yang tepat yang dikirimkan Allah SWT untuk menjadi imam dalam hidupnya.
****
Hari libur kembali dimanfaatkan Jihan mengurus rencana pernikahannya dengan Arman. Walaupun Arman sudah menyerahkan sepenuhnya urusan pernikahan, Jihan tetap memberitahu Arman secara detil. Semalam waktu Jihan mengingatkan Arman besok harus survei gedung, Arman menyepakati untuk ikut. Tiba- tiba, pagi ini Arman mengirim pesan pada Jihan guna membatalkan janjinya. Arman memberitahu bahwa ada masalah di proyek sehingga ia harus pergi kesana.
Gurat kekecewaan tampak di wajah Jihan, tetapi segera ditepisnya. Jihan menghela napas guna menetralisir hati menghempaskan kesedihannya.
Hari ini rencananya mereka akan mengunjungi tempat yang ditawarkan oleh pihak wedding organizer.
Arman dan Jihan sepakat menggelar acara pernikahannya secara outdoor, mereka berkeinginan acara yang bersifatkekeluargaan dimana tidak ada batasan antara mempelai dan tamu. Keduanya berkeinginan tamu undangan bisa menikmati suasana yang santai dan nyaman.
Rencananya mereka akan pergi bertiga: Jihan, Arman dan Ayumi. Akhirnya, Jihan bersiap pergi bersama Ayumi, setelah memberitahu bunda tercinta bahwa Arman berhalangan pagi ini karena urusan pekerjaan. Heru tidak bisa mengantar karena kebetulan ada pertandingan bulu tangkis dengan teman sekantornya.
Setelah berpamitan kepada Heru, Jihan pun mengendarai mobil putihnya menuju utara Kota Jogja. Jihan memiliki temu janji sama pihak wedding organizer untuk bertemu di lokasi.
Jihan dan Ayumi sampai di tujuan yang pertama. Kalyana resort, sebuah resort yang dibangun tepat di kaki Gunung Merapi. Hawa sejuk pegunungan berpadu dengan keindahan pemandangan lereng Gunung Merapi begitu menginjakkan kaki di lokasi ini. Jihan disambut oleh Virdiano dari pihak wedding organizer.
Sebelumnya dari pihak wedding organiser memberitahukan bahwa Mbak Yana, orang yang bertanggung jawab mengurusi pernikahan Jihan dan Arman sedang cuti melahirkan sehingga dialihkan pada Virdiano.
Virdiano terpaku memandang perempuan bergamis biru laut yang dipadu pasmina putih turun dari mobilnya. Matanya menatap lekat setiap gerak perempuan yang berjalan ke arahnya sambil menggandeng seorang perempuan cantik yang lebih tua.
"Assalamualaikum," salam Virdiano begitu hangat ketika melihat Jihan dan Ayumi.
"Waalaikumsalam," serempak Jihan dan Ayumi menjawab salam Virdiano. Jihan menangkupkan kedua tangannya sambil tersenyum. Segera ditundukkan pandangannya tak kuasa melihat tatapan tajam pria berambut ikal tersebut. Entah kenapa ada yang berdesir jauh di dalam sana.
Berusaha mengalihkan kecanggungan, Jihan mengenalkan Virdiano pada Ayumi. "Bunda, ini Mas Virdiano dari Best Wedding Organizer yang akan membantu pernikahan Jihan dan Bang Arman."
"Salam kenal Bunda. Bunda cantik sekali seperti almarhumah Ibu saya." Tampak ketulusan terpancar pada ucapan Virdiano. Ayumi pun tersenyum hangat pada pemuda berkacamata di hadapannya.
Segera Virdiano mengajak Jihan dan Ayumi untuk melihat-lihat suasana resort. Mereka berkeliling melihat suasana resort yang luas, lanskap pegunungan yang indah dan memanjakan mata.
Virdiano menerangkan dengan detil tentang fasilitas resort dan gambaran acaranya apabila dilaksanakan di tempat ini.
"Baik Mas Virdi, saya simpan dulu infonya. Sampai saya lihat tempat lainnya, baru kita putuskan," tutur Jihan lembut.
"Oke, tidak masalah. Gimana kalo kita langsung menuju ke tempat selanjutnya?" tukas Virdiano.
"Siap Mas, monggo." Jihan pun menjawab sambil sedikit membungkukkan badan mempersilakan Virdiano berjalan terlebih dulu.
Virdiano pun terkekeh melihat sikap Jihan yang menurutnya menggemaskan, sambil berkata dalam hati. Sabar bro, calon istri orang.
****
Beriringan kedua mobil itu meluncur turun ke arah kota Jogja tepatnya di Ndalem Notorahardjan yang terletak di Jalan Palagan, Sariharjo Ngaglik Sleman.
Virdiano kembali mengajak Jihan dan Ayumi berkeliling tempat itu. Sebuah tempat yang kental akan budaya tradisional Jogja. Tempat yang cukup luas dengan taman yang asri dan indah, terdapat aula berbentuk joglo yang mirip dengan keraton Jogja dan juga guest house.
Menurut Virdiano, tempat ini cukup favorit untuk melangsungkan acara pernikahan outdoor karena selain luas yang dapat menampung tamu sampai seribu orang juga letaknya yang cukup strategis tidak jauh dari pusat Kota Jogja.
"Mas Virdiano, terimakasih banyak ya atas rekomendasi tempatnya. Saya puas. Jujur, saya sreg dengan tempat ini. Rekomendasi Mas Virdi juara, tapi saya harus diskusikan dulu dengan Bang Arman," tutur Jihan dengan wajah semringah.
"Iya Mas Virdi, tempatnya bagus-bagus semua. Bunda aja seneng. Jadi pengen nikah lagi deh," canda Ayumi.
"Bundaaa! Ish, genit. Sudah tua juga," tegur Jihan sambil mencubit kecil pinggang bundanya dengan gemas. Ayumi pun terkekeh melihat sikap Jihan.
"Maksud Bunda, jadi pengen nikah lagi sama Ayah. Dulu, Ayah ngebet aja sih pengen buru-buru nikah. Jadinya nggak ada tuh pesta-pestaan segala," tutur Ayumi sambil merangkul bahu Jihan.
Virdiano tersenyum melihat keakraban ibu dan anak dihadapannya. Membuat rasa rindu pada almarhumah ibunya membuncah.
"Bunda, gimana kalau setelah ini kita makan siang dulu. Di depan, ada lesehan yang enak dan gurami bakarnya juara. Bunda pasti suka." Virdiano menatap penuh harap pada Ayumi.
"Tapi—," Jihan tampak ragu dan menoleh pada Ayumi seakan meminta jawaban.
"Ayolah Bunda, saya mohon. Melihat Bunda mengingatkan saya akan Ibu." Melihat Virdiano yang penuh harap, akhirnya Ayumi mengangguk menyetujui permintaan Virdiano. Raut muka laki-laki berkacamata itu menjadi cerah mendapat jawaban Ayumi.
Virdiano dengan antusias mengajak Ayumi pergi. Jihan menghela nafas pelan, dan mengekori keduanya. Tanpa sadar Jihan mengulum senyuman, tak dipungkiri terselip rasa senang menerima ajakan Virdiano.
Virdiano memesan banyak sekali makanan, Jihan merasa ini berlebihan tetapi Virdiano mengabaikannya. Tak lama pelayan datang membawa berbagai macam makanan dan meletakkan di meja.
"Ini untukmu, Aku tadi memesannya khusus." Virdiano mengangsurkan secangkir wedang uwuh ke hadapan Jihan. Jihan mengernyit heran, bagaimana lelaki berkacamata di hadapannya mengetahui kesukaannya.
"Apa Kamu masih suka memasak atau membuat kue? Aku sangat berharap suatu saat bisa merasakan buatanmu langsung," ucap Virdiano sambil menyesap jus sirsak di hadapannya, matanya menatap lekat Jihan yang tampak bingung.
"Tapi, bagaimana Mas Virdi—," ucapan Jihan terputus dengan kedatangan Ayumi.
"Maaf, kalau Bunda terlalu lama, tadi begitu Bunda keluar toilet bertemu teman pengajian jadinya kami malah ngobrol lama," ujar Ayumi dengan wajah berbinar.
"Nggak papa, Bunda. Ayo, ini saya sudah pesankan Gurami bakar dan juga pepes udang kesukaan Bunda. Ada sambal terasi yang pedas dan sambal bajak yang tidak pedas untuk Jihan." Virdiano mempersilakan Bunda untuk mengambil aneka hidangan yang tersaji di atas meja.
"Wah, bagaimana Nak Virdi bisa tau kalau Bunda penggemar pepes udang. Jarang lho ada yang jual ini. Ayo Jihan, ini sambal yang tidak pedas." Ayumi tampak sangat antusias mengulurkan cobek kecil berisi sambal bajak dan segera membuka pepes udang favoritnya.
Jihan sejak tadi hanya diam saja, diam-diam Jihan memperhatikan lelaki di hadapannya yang hari ini sengaja membiarkan rambut gondrongnya tergerai. Otaknya sibuk mencerna dan berpikir, bagaimana Virdiano bisa mengetahui wedang uwuh dan dia yang tidak bisa makan pedas.
Sambil menyuap gurami bakar kedalam mulutnya, Jihan mencoba mengingat apakah dia mengenal Virdiano sebelumnya. Bahkan sampai Jihan menggali seluruh ingatannya, dia tidak menemukan apapun. Selama ini dia merasa tidak pernah dekat dengan laki-laki satupun sampai tahu tentang kesukaannya. Dan sejak kapan ber-aku kamu, lalu ketika bunda datang berubah saya kamu. Apa maksudnya? Siapa Dia sebenarnya?
Virdiano memperhatikan Jihan yang tampak bingung dan berpikir. Ia hanya tersenyum penuh arti sambil melahap makanan di hadapannya dalam diam.
****
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro