Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

01

Klik bintang di pojok kiri ya😁
Jangan lupa kasih komentar yaa, ditunggu loh😂
Typo? Bilang!😂

***
H
A
P
P
Y

R
E
A
D
I
N
G

***

Hari pertama menjalani Masa Orientasi membuat gadis manis dengan bola mata indah merasa gugup. Dia Caramel- bukan Caramel temannya cokelat atau vanila, ini adalah Caramel Milkavania. Gadis yang ramah dan terlihat seperti selalu tersenyum.

Gadis itu mengeluarkan snack yang tadi ia bawa dari apartemennya, ada makanan ringan dengan bungkus berwarna hijau, merah dan cokelat. Gadis itu menatap 3 snack itu dengan pandangan penuh minatnya, bagaimana tidak? Ketiganya adalah kesukaan Caramel! Bagaimana tidak ia tidak tergoda untuk menyicipi snack itu? Dan mereka semua akan Caramel serahkan pada panitia OSIS.

"Kalo mau dimakan, makan aja. Makannya jangan kemana-mana, di sini aja." ujar seorang cowok yang notabenenya adalah kapten basket disini, Caramel terlonjak kaget dan segera menutup kantong plastik itu. "Ini buku kamu," katanya seraya menyerahkan buku milik Caramel.

Caramel menerima buku itu.

Kapten basket yang mendadak menerima tugas dari pembina OSIS untuk mengganti tugas ketua OSIS karena ketua OSIS tengah dirawat di rumah sakit, tugasnya yaitu menjadi ketua panitia MOS, "Sini gue kasih tanda tangan, jadi lo nggak susah buat nyari dua puluh empat tanda tangan lagi."

Ya, kebijakan baru, barang siapa yang bisa mendapatkan tanda tangan ketua panitia a.k.a Arga Dirgantara, maka ia akan terbebas untuk tidak mengumpulkan 24 tanda tangan lainnya. Caramel mendengus kecil, ya benar saja jika ada kebijakan seperti itu, kakak senior di depannya itu terlihat arrogant dan galak.

Caramel menyerahkan bukunya ragu, ia melihat cowok itu menerima bukunya, namun ia tersentak saat diberi selembar kertas HVS dan bolpoinnya. Caramel menatap kedua benda itu dan cowok di sampingnya secara bergantian dengan bingung. Seolah ingin bertanya, untuk apa? Hanya saja itu tidak mungkin, ia terlalu takut.

"Buatin Saya puisi romantis, kasih nama kamu di pojok. Kalo udah selesai bilang," ujar cowok itu dan mengeluarkan ponsel nya, Caramel melihat hal itu dengan jelas. Caramel menatap lembaran itu dengan perasaan bingung dan menghembuskan nafasnya pelan.

Caramel melirik orang yang ada di sampingnya, masih dengan posisi yang sama, duduk dengan memegang ponsel yang layarnya dalam keadaan landscape. Fix! Itu cowok sedang bermain game, marah boleh nggak sih? Caramel kembali menatap kertas yang masih kosong.

Rumor mereka mengatakan jika ketua OSIS SMA Dirgantara sangatlah angkuh dan galak, ternyata pengganti nya jauh lebih galak. Bahkan sampai saat ini belum ada yang menghampiri cowok itu selain dirinya. Itu juga karena ia terpaksa mendatangi cowok itu.

Bagaimana tidak, cowok itu mengambil bukunya dengan alasan salah warna cover. Sebenarnya ia bukan salah, hanya salah penyebutan saja. Seharusnya cover bukunya berwarna biru, hanya saja Caramel memilih kertas cover berwarna biru muda karena ia anggap lucu.

Menyebalkan bukan? Tapi ya sudahlah, ia harus segera menyelesaikan tugas itu. Semoga saja setelah ini, cowok itu memberikan tanda tangan pada bukunya.

Caramel mengetuk-etukkan bolpoinpada dahinya karena merasa bosan, sesekali gadis itu melirik snack miliknya, rasanya ingin sekali ia membuka salah satu dari mereka dan memakannya. Boleh tidak sih?

"Kalo mau makan aja, nggak bakal ada yang hukum juga. Kalo ditanya, bilang aja dimakan Arga." ucapan itu menyentak lamunan Caramel, gadis itu masih tidak percaya dengan apa yang diucapkan kakak kelas galaknya itu. "Makan aja, Saya tinggal dulu. Kamu selesaikan tugasnya."

Caramel membuka snack bungkusnya berwarna hijau, ia segera membukanya dan memakannya. Santai, tanpa terburu-buru, hanya saja gadis itu lupa jika ia tidak membawa air minum. Duh, bego! Rutuknya dalam hati.

"Ini, minum." satu botol air mineral berada di hadapannya, Caramel mendongak dan melihat siapa yang menyodorkan air mineral itu. Dia adalah cowok tampan yang baru saja menyuruhnya membuat puisi romantis. Cowok itu kembali duduk di tempatnya, Caramel memutar tutup botol untuk membuka segel yang ada di sana.

Tidak bisa.

Caramel merasakan botol itu berpindah tangan, si Arga lah pelakunya. Tanpa diminta, Arga membukakan tutup botol itu dan Caramel berterimakasih untuk hal ini, Caramel segera meminum air itu dan menutupnya kembali.

***

Arga Dirgantara. K. Cowok yang penuh misteri dan sangat tertutup, hanya ketiga sahabatnya lah yang mengetahui siapa dirinya dan bagaimana bisa ia bersikap seperti itu. Dengan mata elangnya, ia membaca tulisan yang ada di kertas yang baru saja di berikan oleh seorang gadis yang pertama mendapatkan tanda tangannya.

Senyumnya mengembang saat beberapa deret kalimat yang menurutnya sangat unik, perasaan tadi gue nyuruh buat puisi, bukan tulis lirik lagu. Batinnya. Arga melipat kertas itu dan memasukkan ke dalam amplop kemudian memasukkan nya ke dalam tasnya dan segera pergi dari sana.

Saat ini, tempat yang ia tuju adalah kantin. Dimana teman-temannya juga berada di sana. Benar saja, sesampainya di kantin, ia melihat ketiga sahabatnya tengah bersenda gurau di meja yang berada di pojok.

"Ga!" panggil Arkan.

"Ya Allah, gans banget."

"Itu kakak yang jadi ketua panitia kan?"

"Ya ampun, boleh nyubit nggak sih? Keren banget."

Arga yang risih dengan semua itu pun menatap tajam orang-orang yang membicarakannya, seketika suara bisik-bisik itu berhenti dan Arga melanjutkan langkahnya menghampiri ketiga sahabatnya. Arga duduk di samping Arkan, tepatnya Arkan Daviano Sandjaya, cowok dengan mata sedikit sipit dan kulit putihnya, itu berasal dari ibunya karena ibunya orang china.

Di samping Arkan ada Ghani, tepatnya Arghani Anandito Wicaksono, cowok yang berasal dari suku jawa itu memiliki wajah yang tampan dengan kulit yang tidak terlalu putihnya. Di samping Ghani ada Marko, Marko Hardiansyah nama panjangnya. Ia lahir di Amerika karena ibunya merupakan perempuan Amerika yang menikah dengan Ayahnya yang merupakan orang Indonesia.

"Cewek yang tadi sama lo, dia siapa? Gue kayak pernah liat, tapi lupa." ujar Ghani, cowok itu bertanya dengan nada seriusnya. Arga menaikkan sebelah alisnya bingung- ah ralat, pura-pura bingung.

"Cewek yang duduk sama lo,di taman tadi, Ga." ujar Ghani kesal.

Arga menghela nafasnya,"Bukan siapa-siapa, adik kelas." Ghani hanya mengangguk mengerti, begitupun kedua sahabatnya yang lain. Arga mengeluarkan ponsel nya, tidak ada kegiatan lain selain bermain game.

Marko menepuk tangan Arga, "Ga, Ga! Tuh cewek yang tadi sama lo kan? Kenal sama Galen?" Arga mendongak dan melihat di sana, gadis itu bersama Galen, sepupunya.

"Hmm." Arga hanya berdehem pelan, ketiga sahabatnya berdecak kecewa saat Arga benar-benar tidak memiliki perasaan lebih pada gadis itu. Seharusnya memiliki!

"Lo nggak ada rasa suka gitu, sama dia?" tanya Ghani, Arga mematikan ponselnya hingga layar itu gelap. Ghani masih menunggu jawaban dari Arga.

Arga berdecak, "Kalo pun gue ada rasa sama dia, gue bisa tarik dia sekarang, jadiin pacar kalo perlu." ujarnya dengan penuh percaya diri, bohong! Jawaban penuh percaya diri yang dipenuhi kebohongan.

Ghani hanya mengangkat bahunya seolah tak peduli jika Arga memiliki rasa atau tidak pada gadis yang dengan perawakan mungil dan mata indahnya, bibir pinknya seakan terus tersenyum meskipun ia diam.

"Bel tuh, yuk balik. Si Bos, mau ngawasin MOS lagi," ujar Arkan melirik Arga, cowok itu berdecak kesal, sebenarnya Arga tidak ingin menggantikan Dean -Si Ketua Osis-. Jika saja bukan Pak Rafa yang meminta, ia tidak akan mau.

Arga menggendong tasnya dan segera berdiri, melangkah pergi dari sana diikuti sahabat- sahabatnya. Arga melihat Galen yang melemparkan senyum ke arah nya yang tak ia pedulikan, Arga menatap gadis yang ada di depan Galen.

Satu detik!

Hanya satu detik ia melihat gadis itu, setelahnya ia segera berjalan dengan langkah lebarnya. Di koridor, sahabat Arga berpamitan untuk ke kelasnya. Arga mengangguk dan segera melangkah menuju ruang OSIS seorang diri.

***

Gadis itu tengah duduk di kursi depan kelasnya, dia dihukum lagi? Shit! Jika saja ia bisa protes mungkin kakak seniornya akan diam mendengar cerocosannya. Demi apa, Caramel gusar dengan cowok yang bernama Arga! Kenapa harus cowok itu yang membimbing kelasnya?

Dia dihukum karena telat 15 menit untuk ke kelas, ia harus duduk di depan kelas mendengarkan siswa-siswi yang tengah bermain game di kelasnya, tentunya bukan Arga yang menjadi pemandu melainkan rekannya. Caramel yakin, Arga tidak bisa bercanda, jangankan bercanda, Arga senyum saja mungkin Caramel akan memberikan sekotak cokelat untuk cowok itu.

"Kenapa bisa telat?" tanya orang yang saat ini duduk di hadapannya, Caramel menatapnya sekilas lalu menunduk. Takut. "Memangnya dari kantin kesini butuh waktu setengah jam?"

Caramel hanya diam meremas tangannya sendiri, Arga- kakak kelas itu terlihat mengerikan, kenapa? Caramel merasa jika dirinya tengah di perhatikan, ia mendongak dan detik berikutnya menunduk lagi. Arga tengah menatapnya!

"Kenapa?"

"Em, soalnya jamnya kecepetan- eh?"

Sudut bibir Arga berkedut, jamnya kecepetan? Apa gadis itu bercanda? "Jamnya kecepetan ya?" Arga tersenyum miring yang jelas-jelas tidak diketahui gadis di depannya.

"Nggak ada sih." Caramel merasa menjadi gadis yang sangat bodoh sekarang, bagaimana bisa ia menjawab pertanyaan itu dengan jawaban konyolnya?

Arga mengambil bolpoin yang ada di samping gadis itu, Arga merasa gadis itu tersentak, Arga tak peduli. Ia menuliskan sesuatu di kertas yang entah di dapat darimana. Siap-siap 4 hari ke depan.

Arga melipat kertas itu dan menaruhnya di atas pangkuan gadis itu, setelah itu ia pergi meninggalkan tempat itu. Mencari tempat setenang mungkin, dan bermain game tentu saja.

Caramel menyentuh kertas itu dan membaca tulisan yang ada di sana. Dahi gadis itu mengerut, apa maksudnya? Ada apa dengan 4 hari ke depan? Caramel menggelengkan kepalanya dan melipat kertas itu menjadi lebih kecil dan menaruh ke dalam sakunya.

***

Bersambung...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro