
6. MANTAN LANGIT
JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, DAN SHARE CERITA INI KE TEMAN-TEMAN KALIAN.
"Kak, angkat badan lo dikit dong. Gue pegel nih lo tidihin kayak gini," bisik Lili mulai mengeluh.
"Bentar doang, lo lemah amat sih." Langit mencibir tanpa menatap Lili yang sekarang berada di bawahnya.
"Punggung gue sakit ngab!" Lili hampir saja memekik kalau tidak ingat jika keduanya berada di mana.
"Iya-iya bawal lo." Akhirnya Langit mengalah, ia lalu memindahkan tangannya yang sedari tadi bertumpu pada punggung Lili ke rak buku di sebelahnya.
Lili dan Langit sekarang bersembunyi di balik salah satu rak perpustakaan, dengan Lili yang berjongkok di bawah dan Langit yang membungkuk di atasnya. Keduanya sedang menguntit Melodi dan Gerhana yang sedang fokus membaca novel sekarang.
"Mereka ngapain, sih?" tanya Langit sambil mendesis pelan.
"Nyari ikan cupang! Jelas-jelas mereka lagi baca buku, minta dioperasi mata lo?" sembur Lili yang membuat Langit berdecak sebal.
"Tahu lah gue ngab, maksud gue kenapa mereka senyum-senyum gitu." Langit benar, sontak hal itu membuat Lili menatap murung ke arah mereka berdua.
"Berarti mereka lagi bahagia sekarang," gumam Lili yang membuat Langit langsung menjitak dahi gadis itu kesal.
"Sakit pe'a!" keluh Lili sambil mengusap dahinya sendiri.
"Jangan pesimis lah, kalau lo pesimis jangan di depan gue!" Mendengarnya, Lili sontak melirik mengejek ke arah Langit.
"Takut ikut pesimis juga?" tanya Lili.
"Takut ketularan ketololan lo!" balas Langit sengit.
"Namanya kalau cinta ya diperjuangin, nggak kayak lo. Dikit-dikit ngeluh, dikit-dikit nyalahin takdir, dikit-dikit mau pindah planet. Lama-lama nggak jelas lo," lanjut Langit semakin sengit.
Atensi keduanya sekarang berpindah, yang awalnya memantau Melodi dan Gerhana, sekarang malah saling pandang satu sama lain.
"Lo cinta banget ya sama Melodi? Jujur gue ngrasa aneh sih, lo kayak tiba-tiba banget gitu sukanya." Lili akhirnya menanyakan rasa penasarannya dari kemarin.
Karena jujur aneh saja, jika ia dan Langit tidak mengalami insiden di ruang ganti kemarin, keduanya mungkin tidak sedekat ini sekarang.
Dan apalagi Langit dengan tiba-tiba meminta dirinya untuk membantunya mendekati Melodi? Kenapa tidak laki-laki itu sendiri saja yang melakukannya?
Langit terlihat bergerak resah, "Melodi ... Melodi itu mantan gue."
Hampir saja Lili tersedak salivanya sendiri.
"A-apa?" Lili menatap langit dari atas sampai bawah. "Kok bisa Melodi punya mantan modelan kayak lo?" tanya Lili dengan wajah tak percaya.
"Emang kenapa, ha?" delik Langit tak suka.
"Nggak papa sih, jadi ceritanya lo itu gagal move on gitu?" tanya Lili dengan wajah menyebalkan.
Ah, Lili jadi ingat kejadian kemarin, di mana ia bertanya soal 'Langit' pada Melodi. Pantesan gadis itu langsung terlihat aneh dan memilih menelungkupkan wajahnya di atas meja setelah Lili tanyai.
Jadi mereka mantan.
"Gausah ngejek," dengus Langit kesal.
"Kapan kalian pernah pacaran?" tanya Lili semakin dibuat penasaran.
"Kepo lo," cibir Langit.
"Dih, dasar kang galmov!" cibir Lili balik.
"Daripada lo, kang friendzone!" balas Langit yang membuat Lili mendelik sebal.
"Udah-udah, kita kan niatnya di sini mau pantau mereka!" Akhirnya Lili maupun Langit serempak kembali dengan tujuan awal yaitu memantau Melodi dan Gerhana. Tetapi sayang, ternyata sosok Gerhana dan Melodi sudah tidak ada lagi di sana.
"Ini semua gara-gara lo!" pekik keduanya secara serempak.
"TOLONG JANGAN BERISIK!"
***
Lili mengetuk pintu kamar Awan berulang kali, tetapi sayang, sepertinya kakaknya itu masih marah padanya soal kemarin, karena ia dengan tega telah membuang adudu dan boboboy di got depan rumah.
"Bang, padahal Lili punya niat baik sama mereka. Mereka pengen berangkat haji, bang." Lili mengelus-ngelus pintu kamar Awan dengan wajah dramatisnya.
"Bang Awan!" panggil Lili sekali lagi karena sedari tadi tidak mendapat sahutan.
"Do you wanna build a snowman?
Come on lets go and play
I never see you anymore
Come out the door
It's like you've gone away-
We used to be best buddies
And now we're not
I wish you would tell me why!-
Do you wanna build a snowman?
It doesn't have to be a snowman."
Lili bernyanyi sambil berputar-putar tidak jelas di depan pintu kamar Awan.
"Go away, Lili!" sahut Awan dari dalam.
"Ngehokey," jawab Lili pasrah.
Akhirnya ia memilih pergi ke kamarnya yang bersebelahan dengan kamar milik Awan, ia menghembuskan napasnya sejenak kemudian menghempaskan tubuhnya ke atas kasurnya.
Tiba-tiba ponselnya bergetar pertanda sebuah pesan masuk, buru-buru ia ambil ponselnya dan segera mengecek pesan tersebut dari siapa.
Ternyata banyak pesan masuk dari orang yang berbeda-beda.
Gala
Li, gue ada gosip hot bange.... [3]
Melodiku
Li gue gajadi ke rumah lu ka....[1]
Gara
Ok [1]
Kak Angkasa
Jangan lupa tanyain ke awa....[2]
Kak Langit
Mana gue lihat? [8]
Lili memilih membuka chat dari kontak bernama 'Kak Langit' itu.
Kak Langit
Online
|P
|Woy
|Malah off
|Mana?
|Lu kemana aja sih?
|Liliput!
|Cepet Pap?
|Mana gue lihat?
*Send picture
|Pap wajah melodi ngab, bukan wajah lu!
Dia gajadi ke rumah gue ngab|
|Dasar penipu lu!
Gue gak nipu anjim|
Emang si melodi gajadi ke rumah gue😒|
|Nyesel gue nunggu chat lu!
*Send stickers
*Send stickers
Lili tak lagi membalas chat dari Langit, ia langsung melempar asal ponselnya di atas kasur. Rasanya ia lelah, karena seharian ini sudah berusaha bersikap baik-baik saja padahal sejujurnya dalam hatinya, ia berantakan.
Kira-kira Melodi suka gue nggak ya?
Ah, rasanya Lili mau berteriak pada Gerhana waktu itu. Coba deh lihat di samping lo, ada cewek yang suka sama lo tanpa peduli lo balas cinta dia.
Siapa? Ya Lili lah.
Lili kemudian memejamkan matanya sejenak, berusaha mengusir rasa sesak yang menyelusup di dadanya. Nyatanya mencintai sendirian memang sesakit ini, apalagi ia menyukai Gerhana sudah dari kecil.
Ponselnya bergetar kembali, kali ini pertanda ada panggilan masuk, nama 'Gala' sekarang terpampang di layar ponselnya.
Lili langsung meraih ponselnya kembali dan mengangkat panggilan tersebut.
"Ada apa?" tanya Lili.
"Li, kok lo nggak baca chat gue sih." Suara Galaksi terdengar kesal di sebrang sana.
"Ya maap, ada apa lo nelfon gue?" tanya Lili.
"Gue ke rumah lo ya, ayo kita nonton film bareng. Gue habis selesai download tadi." Lili tersenyum sejenak. Di saat kembarannya menyakiti hatinya, Galaksi selalu ada untuk menyembuhkan rasa sakit itu, meskipun hanya sementara.
"Yok, gue tunggu. Buruan ke sini, lo bawa flashdick aja. Entar nontonnya pake laptop gue," ucap Lili dengan antusias.
"Okey, gue otw." Setelah itu panggilan keduanya terputus.
Lili kemudian beranjak dari tidurnya, buru-buru ia keluar kamarnya untuk pergi ke dapur yang berada di lantai bawah.
"Li, mau kamu bawa ke mana snack sebanyak itu?" tanya Mentari heran. Bahkan Chandra yang sedang duduk di samping istrinya juga ikut menatap heran putrinya itu.
"Lili mau nonton film bareng Gala, Ma." Lili menjawabnya sambil berjalan pelan menaiki tangga, tangannya penuh banyak snack sekarang.
"Jangan sampai bergadang ya," pinta Mentari yang diangguki Lili dengan cepat.
Tak berlangsung lama, Galaksi tiba-tiba menyembul masuk dari pintu utama. Membuat Mentari maupun Chandra langsung menatap laki-laki itu.
"Hallo Om, Bunda!" sapa Galaksi pada mereka.
"Jangan bergadang ya sayang," pinta Mentari yang membuat Chandra berdecak kesal ke arah Galaksi.
"Udah sana pergi ke atas, dasar tukang nikung!" cibir Chandra yang membuat Galaksi mengelus dadanya bersabar.
Ini tidak sekali dua kali terjadi, memang dasar Chandra nya saja yang terlalu posesif. Bahkan Awan yang anak kandungnya sendiri, selalu kena semprot ucapan pedas Chandra kalau mau peluk-peluk atau manja-manja ke Mentari.
"Apaan sih Sinchan," delik Mentari sebal, suaminya ini posesifnya kebangetan.
"Gal, ambilin coca-cola di kulkas ya!" pinta Lili dari lantai atas yang langsung diangguki cepat oleh Galaksi.
Mentari tersenyum geli melihat tingkah keduanya, "Kamu ngapain senyum-senyum sendiri?" tanya Chandra heran.
"Kayaknya yang kembar itu bukan Galaksi Gerhana deh, tapi Galaksi sama Lili. Sifat mereka itu sama banget soalnya," ucap Mentari sambil terkekeh geli.
"Iya juga ya," jawab Chandra ikut terkekeh geli.
***
Lili dan Galaksi sekarang memposisikan diri di depan laptop. Keduanya akan menonton film horor malam ini, uh ini sangat menantang apalagi Lili sebenarnya takut menonton film yang bergenre horor.
"Li, sebelum filmnya mulai lo tanya pak Ladushing sana. Besok kita jadi nggak tes basket? Anak-anak di grub kelas pada tanya nih," ucap Galaksi sambil menggulirkan layar ponselnya untuk membaca grub kelas yang ramai.
"Selalu aja gue," dumel Lili kesal.
Galaksi terkekeh sejenak, "Lo tahu kan alasannya."
Lili akhirnya mengalah, ia langsung meraih ponselnya dan segera mencari kontak pak Ladushing.
Pak Ladushing
Online
Assalamualaikum pak|
Pak Ladu, besok kita jadi tes basket apa pak?|
|J4D1
B41K P4K 73R1M4 K451H|
|54M4-54M4
JANGAN LUPA VOTE, KOMEN DAN SHARE CERITA INI YA!
Terima kasih sudah menyempatkan waktunya untuk membaca Infinite Feelings ❤
Kalau ada typo, kasih tahu ya.
Sampai jumpa dipart selanjutnya
Salam cinta dari author ❤
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro