Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

4. SALAH KIRIM

JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, DAN SHARE CERITA INI KE TEMAN-TEMAN KALIAN.

Galaksi meringis risih, karena sedari tadi Lili menarik-narik kaosnya, apalagi sesekali gadis itu juga menggigit lengannya tanpa ampun. Sekarang keduanya berada di kamar milik Galaksi, seperti biasa, gadis itu selalu mengganggu dirinya untuk main game.

"Sakit, Li!" keluh Galaksi berusaha fokus dengan gamenya yang belum selesai.

"Gue malu, Gal!" Sekarang Lili malah bahunya, gadis itu menyembunyikan wajahnya di belakang punggung Galaksi.

"Bisa diam nggak lo? Mau gue buang?" ancam Galaksi mulai sebal.

"Gal, gue besok nggak mau sekolah! Ish, Gal! Dengerin gue dong!"

Galaksi membuang napas jengah, "Malu kenapa, sih? Nggak jelas lo!" Akhirnya Galaksi menyerah, ia letakkan ponselnya itu di atas nakas. Tangannya mencekal pergelangan tangan Lili agar menghentikan pukulannya, kemudian ia duduk berhadapan dengan gadis itu.

Lili menghembuskan napasnya sejenak, akhirnya ia menceritakan semuanya pada Galaksi apa yang ia alami saat di ruang ganti anak futsal tadi. Wajah Galaksi terlihat berubah-ubah, awalnya mengerut heran dan sekarang menjadi terbahak-bahak mendengarnya.

"Kok lo malah ketawa, sih?" tanya Lili mulai sebal.

"Yah gimana nggak ketawa, lo bego!" ejek Galaksi sambil mencubit kedua pipi Lili karena gemas.

"Gue malu, kalau bukan karena tiket konser Blackpink itu, gue kagak mau, sumpah!" Lili tiba-tiba menyandarkan dahinya ke bahu Galaksi, ia ingin mengubur diri rasanya saat ini.

"Tapi Li, kenapa sih lo nyusahin diri sendiri? Kenapa lo nggak tanya abang lo aja?" tanya Galaksi heran.

"Udah, tapi katanya Abang dia nggak tahu!" Lili mengerucutkan bibirnya sebal.

Galaksi tersentak sejenak, "Masa, sih? Beneran Bang Awan nggak tahu?" tanya Galaksi lagi.

"Iya, katanya Bang Awan malah Langit itu sombong, ngeselin terus malah kabar-kabarnya nih dia kan orang kaya, terus kekayaannya itu hasil pesugihan." Lili bercerita dengan wajah dramatisnya.

"Bang Awan bilang gitu?" Lili mengangguk mantap menjawabnya.

"Padahal Langit itu temennya sendiri loh." Lili mengangguk sejenak, tetapi sedetik kemudian kedua matanya melotot mendengarnya.

"A–apa? Teman? Langit temannya bang Awan?" tanya Lili kaget.

"Iya, lo nggak tahu? Langit itu murid pindahan Li, dia baru pindah pas awal kelas dua belas kemarin, kebetulan satu kelas sama bang Awan, terus sering kemana-mana bareng juga kok."

Lili terdiam sejenak, kurang ajar memang abangnya, berani sekali dia mempermainkannya.

"Kok lo nggak ngasih tahu gue, sih?" tanya Lili mulai kesal.

"Lo nggak nanya," jawab Galaksi.

"Lo mau ke mana?" tanya Galaksi ketika melihat Lili beranjak dari duduknya.

"Gue mau buang kesayangan bang Awan sekarang juga!" delik Lili dengan kesal.

"Ha? Lo mau buang kak Jingga?" tanya Galaksi tak percaya.

"Bukan! Gila ya lo!"

"Terus?"

***

Bibir Galaksi menganga tak percaya, Lili benar-benar membuang kesayangan abangnya itu. Gadis itu bahkan tidak menunjukkan wajah bersalah sedikit pun ketika melakukannya, tatapan Lili seperti seorang psikopat sekarang.

"Li, lo—"

"Diam lo!" potong Lili.

Galaksi meringis melihatnya, dua ikan kecil itu sudah berenang menjauh ke saluran air di depan rumah Lili.

"Kasihan Adudu sama Boboboy Li, kalau dia nggak dapat keluarga baik gimana?" tanya Galaksi sambil berjongkok di depan saluran air tersebut yang diikuti Lili setelahnya.

"Pasti dapat, malah lebih kasihan kalau abang gue yang rawat mereka," cibir Lili.

"Kalau bang Awan tahu ini, lo pasti dimarahin habis-habisnya Li!" ucap Galaksi memperingati.

"Emang gue takut? Salah sendiri nipu gue," cibir Lili dongkol.

Pandangan keduanya tiba-tiba teralihkan ketika melihat sebuah mobil baru saja berhenti di depan rumah Galaksi.

Seorang Pria muda tiba-tiba turun dari mobil tersebut, hal itu membuat Lili dan Galaksi langsung berlari ke arah Pria muda itu, bahkan Lili sampai memeluknya dengan erat.

"Om Rahwana!" pekik Lili sambil menggoyang-goyangkan tubuh Pria muda itu.

"Sore, Om Rama. Habis dari kantor, Om?" tanya Galaksi.

"Lili lepasin, nanti kalau ada yang lihat, kamu dikira istri lain Om, loh." Celetuk Rama yang membuat Lili terbahak-bahak dibuatnya.

"Nggak papa dong om, kapan lagi om Rahwana dapat bini muda cantik, sekseh, berbudi luhur seperti Lili?" balas Lili yang membuat Rama terbahak-bahak mendengarnya, sedangkan Galaksi geleng-geleng dibuatnya.

Lili akhirnya melepas pelukannya, kini gantian Galaksi memeluk Rama sekilas.

"Papamu ada di rumah?" tanya Rama pada Galaksi.

"Belum pulang Om, malam pulangnya." Rama terlihat menghela napas sejenak.

"Emak lo ada di rumah nggak, Li?" Kini Rama beralih menatap Lili.

"Ada Om, Om Rahwana mau ke rumah Lili?" tanya Lili yang langsung diangguki langsung oleh Rama.

"Yaudah ayo." Lili berjalan semangat memasuki mobil milik Rama, tetapi sebelum itu, ucapan Galaksi berhasil menghentikan niatnya.

"Ngapain naik mobil jaenab? Rumah kita sebelahan! Tinggal jalan doang."

***

Lili maupun Galaksi meringis kasihan melihat Rama yang sekarang dimaki habis-habisnya oleh Mentari. Sedangkan Rama hanya bisa diam dan pasrah menerimanya.

"Gue masih dendam ya sama lo kambing, bisa-bisanya lo keluarin ratu dari grub WA!" Mentari mengacungkan spatula miliknya ke arah Rama sekarang.

"Yaudah lah Ri, mending lo masak aja deh. Jangan marah-marah mulu, gue khilaf waktu itu!"

"Gue—"

"Ri, dilihat anak-anak lo." Rama memotong omelan Mentari sambil melirik ke arah Lili dan Galaksi yang saling memandang heran.

Mentari merapikan beberapa anak rambutnya, kemudian tersenyum kecil. "Gala, kamu udah makan? Bunda lagi masak ayam geprek loh!" ucap Mentari dengan girang.

"Kok Lili nggak ditawarin?" tanya Lili tak terima.

"Ngapain nawarin kamu? Emang kamu ratu?" tanya Mentari balik yang membuat Lili berdecak sebal.

"LILI!!" Keempat orang itu sontak terperanjat kaget mendengar suara teriakan Awan.

"Apa sih, Bang?" tanya Lili ketika melihat Awan yang berdiri di atas tangga sekarang.

Bukan abangnya saja yang bediri di sana, tetapi juga ada Langit dan satu teman abangnya yang sering ke sini, namanya Angkasa. Lili tak sempat percaya ada Langit di sini, karena Ini untuk pertama kalinya Langit datang ke rumahnya.

Tetapi itu sekarang tidak penting, ia kembali fokus menatap Awan yang sekarang menatap murka ke arahnya.

"Mana Adudu sama Boboboy?" tanya Awan tajam. Hal itu membuat Lili tersenyum lebar menampilkan deretan giginya yang rapi.

Mampus lo Li!

Lili kemudian berdiri dari duduknya, ia juga sempat menatap Galaksi yang sekarang menahan tawa mati-matian di sofa.

"Bukan salah Lili bang," jawab Lili.

"Maksud lo?" tanya Awan tak paham.

"Tadi Lili cuma bantuin mereka hijrah, jadi Lili lepasin di got depan." Lili menyengir tak bersalah setelah mengatakan hal itu.

Awan terlihat memejamkan matanya sejenak, "LILI!" teriak Awan sangat panjang, sampai-sampai membuat telinga Lili berdengung dibuatnya.

***

Lili menganga tak percaya mendapat sebuah pesan dari Clara, kakak kelasnya yang meminta bantuan dirinya kemarin untuk mencari info tentang Langit.

Claranjir😠
Online

|Li, sorry ya kesepakatan kita batal
|Gue udah punya pacar sekarang
|Gue gak kepo lagi soal langit

Lili tidak membalas pesan itu, sialan memang si Clara. Tahu gitu ngapain dia sampai malu-maluin diri sendiri tadi, minta dibasoka memang Clara itu. Karena kesal, ia langsung mengubah nama kontak Clara yang awalnya kak Clara menjadi Claranjir.

Pupus sudah harapan ia untuk mendapatkan tiket gratis piala dunia tahun depan.

Jam dinding sudah menunjukkan pukul delapan malam sekarang. Lili memilih berjalan ke arah dapur untuk minum, ia merasa tenggorokannya sudah kering sedari tadi. Tetapi sialnya, ia malah bertemu dengan Langit di sini.

Saat ia ingin berbalik, panggilan Langit membuat dirinya terpaksa menghentikan langkahnya. Langit terlihat mendekat ke arahnya sekarang, hal itu membuat Lili celingukan ke kiri ke kanan untuk mencoba mencari bantuan.

"Nggak ada orang, kan bokap nyokap lo lagi pergi, terus abang lo ada di kamar sekarang." Lili tersenyum kecil menanggapinya, benar sekali, kenapa ia lupa.

Jika kalian bertanya kenapa Langit ada di rumahnya malam-malam begini? Karena laki-laki itu bersama dengan Angkasa berniat menginap di rumahnya malam ini.

"Lo ngapain manggil gue?" tanya Lili.

"Lo nggak sopan banget sih, gue kakak kelas lo loh."

Bodoamat!

"Gila hormat?" sinis Lili yang membuat kecanggungan antara dirinya dan Langit seketika hilang.

"Terserah deh, lo manggil gue apa." Langit memilih tidak berdebat.

"Yaudah lah, mau ngapain manggil-manggil?" tanya Lili kembali ke topik awal.

"Gue sebenarnya masih kepo tujuan lo siang tadi ke ruang ganti anak futsal, tapi yaudah lah ada yang lebih penting buat gue tanyain ke lo." Lili meneguk salivanya sejenak.

"Melodi itu temen lo kan?" tanya Langit yang membuat Lili mengerutkan dahinya heran.

"Iya, emang kenapa?" tanya Lili.

"Boleh minta nomor WA nya?" Kedua mata Lili seketika melotot, buset, perasaannya sudah tidak enak sekarang.

Apa jangan-jangan Langit suka Melodi?

"Woy!" Langit menjitak dahinya yang membuat Lili meringis kesakitan.

"Ngajak gelut lo?!" delik Lili mulai kesal.

"Gue minta nomor WA Melodi bukan ngajak gelut lo," ucap Langit dengan wajah santainya.

"Buat apaan?" tanya Lili.

"Kepo lo," jawab Langit.

"Kalau alasannya nggak jelas, gue nggak bakal ngasih." Jawaban Lili barusan sukses membuat Langit tersenyum sinis.

"Padahal lo bisa untung loh, kalau gue deketin Melodi lo bisa deketin Gerhana." Kedua mata Lili sontak terkejut mendengar ucapan Langit barusan.

"Kok lo tahu?" Lili berbisik dengan wajah dramatisnya.

"Tahu lah, gue perhatiin lo, Melodi, Gerhana bahkan Galaksi beberapa hari ini. Gue nggak nyangka kalau ada cinta di antara persahabatan kalian." Langit menjeda ucapannya sejenak, ia dapat melihat wajah murung Lili sekarang.

"Gue tahu Li, ketara banget itu. Emang dasarnya Gerhana yang nggak peka," cibir Langit yang sukses membuat Lili terdiam lama.

"Gimana kalau lo bantuin gue deketin Melodi? Gue bakal bantuin lo deketin Gerhana?" tawar Langit.

Lili terdiam sejenak, apa maksud Langit jika laki-laki itu mengajaknya untuk berusaha memisahkan Melodi dan Gerhana? Tidak-tidak, jika kalau keduanya benar-benar saling mencintai, Lili akan menjadi orang yang paling jahat jika menerima tawaran ini.

"Enggak, mereka sahabat gue. Kalau pun nanti Gerhana sama Melodi saling suka, gue nggak bakal memaksakan perasaan gue!" delik Lili sambil berjalan keluar dari dapur.

"Gue yakin, lo pasti nanti nerima penawaran gue."

Lili mendumel kesal ketika masih mendengar ucapan Langit, ia tidak peduli lagi soal laki-laki itu. Lili akhirnya memilih mengecek aplikasi what's app nya dan tak sengaja ia membuka story WA milik Gerhana yang baru saja laki-laki itu upload.

Di story itu terlihat Gerhana dan Melodi berfoto saling menggenggam tangan di sebuah kafe. Ish, kan jadinya Lili menyesal membuka WA tadi, bikin panas aja. Buru-buru ia mencari kontak Galaksi untuk ia tanyai soal story tadi, rasanya ia tidak tenang jika tidak bertanya pada laki-laki itu.

Gara
Online

Gala😭|
Ish, kok cuma diread?|
Gara jadian ya sama Melodi?|

|Gak

Kok story wa nya mesra²an gitu?|

|Emang kenapa?

Yah gue cemburu lah bego, pake nanya lagi|
Kan gue suka sama Gara😠|

|Li?

Apaan?|

|Lu sekarang chat sama siapa?

Anda telah memblokir kontak ini


Hallo readers
Gimana menurut kalian part ini?
Oh iya, kalau manggil Gerhana itu Gara ya

Terima kasih sudah menyempatkan waktunya untuk membaca Infinite Feelings❤

Jangan lupa vote dan komen

Sampai jumpa dipart selanjutnya
Salam cinta dari author ❤


ozzaleta

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro