Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

27. GERHANA VS LANGIT



Langit saat ini berjalan di koridor sekolah, pikirannya kembali mengingat amarah Chandra kemarin. Saat pulang dari rumah temannya, Chandra langsung memarahi mereka semua, ketika melihat Galaksi dan Gerhana bertengkar. Apalagi melihat wajah Galaksi yang babak belur serta mendengar tangisan putri kesayangannya.

Chandra langsung mengusir semua orang keluar dari rumahnya.

Ia juga tiba-tiba kepikiran Lili, apa gadis itu baik-baik saja saat ini? Kira-kira Chandra marah dengannya atau tidak? Ia lalu buru-buru mencari kontak Awan dan segera mengirim pesan pada sahabatnya itu.

Awan
Online

Gue takut, Wan|

|Takut kenapa?

Gimana kalau Papa lo minta Lili buat|
jauhin gue?|

|Gak mungkin Lili mau

Gimana kalau diiming-iming jauhin gue|
nanti dia dapet duit 100 juta|

|Ya pasti lo tau lah

Apa?|

|Dia gak bakal milih lo, Lili kan mata duitan.

Langit berdecak kesal membaca balasan dari Awan, ia lalu memasukkan ponselnya ke dalam saku celana. Kakinya masih melangkah menuju ke arah kelas, tetapi saat ia berbelok, ia melihat Lili sedang mengobrol dengan Gerhana di sudut ruangan.

Tumben Lili berangkat pagi, apa yang kira-kira keduanya bicarakan? Langit buru-buru bersembunyi untuk menguping pembicaraan keduanya.

"Gue minta maaf, Gar. Meskipun udah tau semuanya, gue malah sembunyiin ini dari lo." Lili menatap bersalah pada Gerhana.

Gerhana menatap dingin Lili, bersamaan dengan itu, ia menghela napasnya kasar. "Gue akan maafin lo, tapi dengan satu syarat," ucapnya.

"A—apa?"

"Lo kasih gue kesempatan buat perjuangin cinta lo!" tegasnya dengan enteng.

Hal itu, sukses membuat Lili maupun Langit yang kini sedang menguping, dibuat terkejut. Lili menatap Gerhana lamat-lamat, laki-laki itu terlihat berbeda. Apa rasa sakitnya begitu besar, hingga membuat Gerhana berubah seperti ini.

"T—tapi, gue kan udah sama Kak Langit."

Gerhana menunjukkan senyum miringnya, "Udah gue duga, lo nggak akan ngelakuin itu. Meskipun masih ada gue di hati lo," sindir Gerhana.

Tangan Langit terkepal erat mendengarnya, ia tiba-tiba keluar dari persembunyiannya dan menghampiri  keduanya. Hal itu, berhasil mengejutkan Lili maupun Gerhana yang melihat kemunculan Langit.

"K—kak Lang—"

"Gue pastiin, perasaan Lili hanya untuk gue!" sentak Langit tak suka.

Gerhana tertawa mengejek, "Kenapa lo begitu yakin?" tanyanya.

"Karena memang itu kenyataannya," balas Langit.

Gerhana maju ke depan, mengikis jarak antara dirinya dan Langit. "Lo setuju, gue perjuangin cinta Lili?"

Tanpa adanya keraguan dan persetujuan dari Lili, Langit langsung memutuskan hal yang membuat Lili kesal bukan main.

"Deal!"

***

Galaksi memberikan semangkuk mie ayam pada Lili, napas laki-laki itu terlihat ngos-ngosan saat ini. Lili yang sedari tadi menunggu di depan kedai, merasa heran ketika laki-laki itu hanya membawa satu porsi saja.

"Lah, punya lo mana?" tanya Lili sambil menerima semangkuk mie ayam itu.

Galaksi melirik antrean yang sangat panjang, lebih tepatnya menatap ke arah laki-laki berpostur gempal yang berada di antrean depan. "Gue disruduk sama si Dodit, tuh. Mentang-mentang badannya gede, gue sampai dibuat keluar dari antrian tadi. Lo duluan nyari meja sana," titah Galaksi sambil mendengus kesal.

Lili terkekeh geli mendengarnya, kemudian Galaksi berbalik dan menatap sepenuhnya ke arah Dodit. "Eh, Dodit! Minggir lo, itu tempat gue tadi!" Galaksi berusaha mendorong Dodit, tetapi Dodit dengan gaya gemulainya menampol wajah Galaksi tanpa rasa bersalah.

"Lo itu harusnya ngalah sama cewek dong, Gal!"

"Cewek pala lo, lo cowok bego! Mundur nggak lo!"

Lili geleng-geleng dibuatnya, jika kedua laki-laki itu terus berdebat, kasihan murid-murid yang sudah lama antre harus menunggu lama lagi karena pertengkaran keduanya. "Udah lah, Gal. Ngalah aja," pintanya.

Galaksi menghela napas pasrah, "Yaudah, sana lo duduk dulu!" Lili akhirnya mengangguk patuh, kemudian ia mulai melangkahkan kakinya menuju deretan meja yang sudah hampir terisi penuh.

Pandangannya seketika jatuh ke arah dua kursi yang masih kosong, tetapi sayangnya salah satu orang yang duduk di sekitar sana adalah orang yang membuatnya kesal tadi pagi.

Langit!

Langit seketika menoleh tak suka, ketika Lili tiba-tiba duduk di sampingnya dengan membawa semangkuk mie ayam yang baru dipesannya.

Keduanya benar-benar bermusuhan sekarang.

"Lo ngapain di sini?" Langit langsung menyemprot Lili dengan ketus, tetapi sayangnya itu tak berpengaruh bagi Lili. Gadis itu mengabaikannya dan memilih menuangkan saos dan kecap ke dalam mangkuk mienya.

"Pindah sana!" Langit kembali bersuara. Hal itu membuat Lili menoleh ke arah laki-laki itu dengan wajah dongkolnya.

"Lo nggak lihat semua meja penuh?" sungut Lili tak mau kalah.

"Terus ngapain lo pesan menu yang sama kayak gue?" Lili menghela napas sejenak, sepertinya Langit ingin memancing pertengkaran di antara mereka.

"Kita lagi di kedai mie ayam, nggak mungkin dong gue pesan kayu sama batu." Setelah mendapat jawaban dari Lili, Langit kembali fokus pada mangkuk mienya dengan raut dongkol.

Sedangkan Lili sekarang meraih botol sambal di depannya, lalu ia pencet botol itu agar isi sambalnya keluar dari lubang kecil di tutup botol tersebut. Tetapi naasnya, ternyata tutup botol itu tidak tertutup rapat, alhasil membuat tutup itu terbuka hingga membuat hampir setengah isi sambalnya jatuh ke dalam mangkuk Lili.

Lili terdiam sejenak, karena merasa syok dengan kejadian barusan. Hingga tawa Langit yang pecah, membuat Lili seketika menoleh ke arah laki-laki itu dengan raut kesal.

"Pasti ini rencana lo, kan?" tuduh Lili sambil mengacungkan garpunya pada Langit. Langit yang tidak terima di tuduh, sontak berhenti tertawa, kemudian mendelik kesal ke arah Lili.

"Kurang kerjaan banget gue." Langit akhirnya kembali fokus pada mienya, sedangkan Lili dengan wajah cemberut mengaduk-ngaduk mie tersebut dengan terpaksa. Sayang kalau tidak dimakan, kalau Papanya tahu bisa dimarahi habis-habisan Lili karena menyia-nyiakan makanan.

Tetapi saat ingin menyuapkan suapan pertama, tangan Langit lebih dulu mencegahnya dan tanpa permisi, laki-laki itu menukar mangkuk miliknya dengan milik Lili.

"Makan itu aja." Setelah mengatakan itu, Langit langsung melahap mie milik Lili tanpa beban apapun. Suapan pertama, tenggorokan Langit rasanya seperti terbakar.

"Kak—"

"Makan. Jangan banyak protes, deh." Jantung Lili seketika berdetak hebat, perasaan marahnya pada laki-laki itu seketika berangsur-angsur menghilang.

"Nanti perut lo sakit," gumam Lili. Ia merasa bersalah, apalagi melihat wajah Langit sudah dibanjiri keringat.

"Gue lagi pengen makan pedas."

Bohong! Lili tahu itu.

Sampai jumpa dipart selanjutnya
Salam cinta dari author ❤

..

ozzaleta

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro