Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

19. PENGAKUAN GALAKSI

JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, DAN SHARE CERITA INI KE TEMAN-TEMAN KALIAN.

Galaksi merapatkan bibirnya, ia tidak bisa membalas tatapan Gemintang yang sekarang menatap nanar ke arahnya. Galaksi tahu, gadis itu pasti kecewa padanya. Galaksi sadar diri, jika gadis itu setelah ini pasti akan membencinya.

"Kenapa kamu bohong, Gal?" tanya Gemintang lirih.


"Kamu tahu, nggak? Seberapa hancur hati aku!" tanya Gemintang lagi. Suaranya parau, rasa marah dan kecewa bercampur menjadi satu sekarang.

"Ini ada apa, sih?" Kini giliran Lili yang membuka suara.

Ia dibuat heran di situasi saat ini. Gemintang tiba-tiba memintanya untuk mengikutinya tadi saat ia dan Langit berjalan di koridor menuju ke kelasnya dan kini ia malah dihadapkan dengan pertengkaran Galaksi dan Gemintang.

"Kenapa lo diam aja, Gal?" Kini gantian Gemintang yang membuka suara, gadis itu mengusap air matanya yang baru saja keluar dari sudut matanya.

"Bilang dong ke Lili, kalau kamu cinta sama dia." Ucapan Gemintang barusan, sukses membuat kedua mata Lili melotot dibuatnya.

"A–apa?" Lili membeku dibuatnya, apa maksud dari Gemintang barusan?

"Bilang sama Lili, kalau dalam hubungan kita ini, aku dari dulu sampai sekarang yang mencintai sendirian." Galaksi semakin merapatkan bibirnya, suara isakan dari Gemintang membuat dadanya terasa ngilu mendengarnya.

"Bilang sama Lili, kalau dari dulu aku yang berjuang sendirian." Tubuh Gemintang meluruh, sekarang ia sudah berada di titik lelahnya.

"Bilang juga sama Lili, kalau aku yang selama ini rela mau mengalah. Di saat kamu lebih memilih memprioritaskan dia daripada aku," lirih Gemintang dengan suara paraunya.

Galaksi berjongkok, kedua tangannya terulur menyentuh bahu gadis itu.

"Kamu bilang ... kamu bakal berusaha balas cinta aku. Tapi apa? Kamu malah diam-diam mau dapetin Lili dengan cara kotor!" Setelah itu, Gemintang langsung menepis tangan Galaksi dari bahunya.

Gemintang kemarin tidak sengaja mendengar obrolan Galaksi dengan Gerhana, gadis itu awalnya hanya iseng berkunjung ke rumah Galaksi. Tapi tak terduga, ia malah mendapatkan sebuah kebenaran yang ditutupi Galaksi selama ini. Laki-laki itu tahu perasaan Lili dan Gerhana sama, tetapi memilih untuk menyembunyikannya dan malah bersandiwara.

Apa karena Galaksi tidak pernah berusaha melupakan perasaannya selama ini pada Lili?

"Udah, Gal. Aku udah capek, aku juga punya titik lelah. Jangan lagi, ya. Jangan buat aku selalu maafin semua kesalahan kamu, karena aku pasti akan maafin kamu."

"Gem ...." lirih Galaksi dengan pelan, kenapa Gemintang mengatakan itu. Hati Galaksi sakit mendengarnya, ia tidak suka melihat gadis itu menyerah seperti ini.

Kini pandangan Galaksi mengarah ke arah Lili yang berdiri kaku menatap ke arah dirinya dan Gemintang, tubuh gadis itu terlihat bergetar sekarang.

"Li—"

"Gal, bagaimana bisa lo sejahat ini?" potong Lili dengan wajah sendunya.

"Gue bisa jelasin, Li."

"Gue percaya sama lo, Gal. Apapun masalah gue, selalu gue ceritain ke lo. Tapi apa yang gue dapat? Lo malah bohongin gue," lirih Lili dengan nada kecewa.

Galaksi telah mematahkan dua hati sekaligus sekarang.

Dada Lili dibuat sesak mendengarnya, bahkan ia hampir susah bernapas karena mendengar kebenaran yang Gemintang baru saja utarakan padanya.

"Apa lagi yang lo tutupin dari gue, Gal?" tanya Lili sedikit meninggikan suaranya.

Galaksi mengusap wajahnya sejenak, ini sepertinya waktu yang tepat dirinya mengatakan semuanya. Galaksi tidak bisa menyembunyikannya lagi, apalagi Gemintang juga tahu semuanya.

"Kalau ... kalau sebenarnya, kalau sebenarnya Gara juga suka sama lo." Tubuh Lili hampir saja kehilangan keseimbangan, untungnya tangannya lebih dulu menyangga ke arah dinding yang berada di sampingnya.

"A–apa? Gara juga suka sama gue?" tanya Lili, napasnya dibuat tercekat di tenggorokannya.

"Maaf, Li. Gue nutupin hal ini dari lo, gue sadar gue emang egois."

"Lo emang egois, Gal!" sentak Lili mulai dibuat naik pitam.

"Lo sembunyiin kebenaran ini dari gue? Tega ya lo?! Seharusnya dari awal gue nggak usah mempercayakan semua hal ke lo!" Lili langsung menangis, ia kecewa dengan Galaksi sekarang. Bagaimana bisa Galaksi berbuat sejahat ini padanya?

Lili setiap hari harus rela menahan rasa sakit hati gara-gara melihat kedekatan Melodi dan Gerhana, Lili bahkan sempat menjauhi keduanya ketika Gerhana mencoba membawa lebih jauh hubungan dia dengan Melodi.

"Apa Gara tahu kalau gue suka dia?" tanya Lili sesenggukan.

Galaksi memejamkan kedua matanya sejenak, "Dia nggak tahu dan gue minta dia buat nggak ngungkapin perasaannya ke lo."

"Dan ... gue juga yang minta dia buat deketin Melodi selama ini."

Lili semakin tidak habis pikir dengan pemikiran Galaksi, laki-laki itu benar-benar gila. Buru-buru ia mengusap jejak air mata di pipinya, kini pandangannya menatap serius ke arah Galaksi.

"Gue bakal nemuin Gara."

Mata Galaksi mendelik mendengarnya, "Tunggu, Li!" cegah Galaksi. "Melodi ...." lirihnya .

Lili seketika memejamkan kedua matanya lama, saat mendengar nama gadis itu.

Lili lupa, perasaan gadis itu juga terlibat di sini. Bagaimana jika Melodi memiliki perasaan pada Gerhana? Mengingat gadis itu sangat dekat dengan Gerhana.

Lili tidak ada pilihan lain, selain memendamnya untuk sementara ini.

"Lo kenapa, Li?" Lili seketika tersentak dari lamunannya. Ia langsung menoleh ke arah Melodi yang kini menatapnya dengan pandangan penuh tanya.

"Lo nggak bener-bener mau pindah sekolah, kan?" tuding Melodi.

"N—nggak, kan gue udah bilang tadi cuma bercanda."

Lili tersenyum pahit, kejadian sebelum bel masuk berbunyi tadi sungguh sangat menyiksanya.

Tak lama kemudian, bu Mithi memasuki kelas dengan wajah garang seperti biasanya. Wanita muda itu membagikan gulungan kertas kecil ke setiap anak kelas 11 IPS 3. Hal itu membuat pandangan satu kelas menatap bu Mithi penuh tanya.

"Buat apa nih, Bu?" tanya Dodit penasaran.

"Buat pembagian tugas kelompok," balas Bu Mithi.

"Jangan dibuka dulu!" tegur Bu Mithi ketika melihat Dodit ingin membuka gulungan kertas tersebut.

Setelah semua gulungan kertas dibagikan, Bu Mithi lalu berdiri di depan kelas.

"Baiklah, setelah ini kita akan mempelajari macam-macam jaringan pada tumbuhan. Kalian buka gulungan tersebut, bagi yang nomornya sama, berarti kalian satu kelompok." Seluruh murid IPS 3 mengangguk paham.

"Satu kelompok ada berapa orang, Bu?" tanya Melodi.

"Satu kelompok dua orang, silahkan dibuka gulungannya dan cari kelompok kalian masing-masing." Sontak mereka semua membuka gulungan kertas tersebut.

"Woy nomor delapan!"

"Lima woy lima!"

"Gue lima."

"Kagak ada yang sepuluh?"

"Jangan berisik astaga, empat belas siapa, nih?"

"Gue nomor dua belas, siapa nih yang nomor dua belas. Pinter, nggak?"

"Nomor tiga kalau bego, skip!"

Lili ikut membuka kertas gulungannya, kemudian ia mengedarkan pandangannya ke arah sekitar.

"Nomor em—"

"Nomor empat siapa, nih?" Lili sontak menoleh ke asal suara tersebut, terlihat Gerhana mengedarkan pandangannya mencari nomor yang cocok dengan nomornya.

Sial, kenapa harus dirinya.

"Lah, nggak ada yang nomor empat?" tanya Gerhana lagi. Lili yang mendengarnya, meremas gulungan kertas tersebut dalam genggamannya.

"Gal, lo nomor berapa?" tanya Gerhana pada Galaksi.

"Gue nomor delapan, satu kelompok sama Dodit gue." Galaksi menjawabnya tanpa menoleh ke arah Gerhana sedikit pun.

Keringat dingin membasahi dahi Lili sekarang, apalagi yang diinginkan takdir padanya?

"Li, lo nomor berapa?" Kini Melodi yang bertanya, Lili meneguk salivanya susah payah sekarang.

"L–lo nomor berapa, Mel?" tanya Lili balik.

"Gue nomor sebelas," balas Melodi.

"Tukeran nomor yuk, Mel." Lili menatap memohon pada Melodi.

"Lah, emang kenapa?" tanya Melodi heran. Kini tangannya jatuh ke arah genggaman Lili yang terlihat bergetar, ada apa dengan gadis itu?

"Gue ... em, lo kan deket nih sama Gara. Kebetulan nomor gue sama dengan nomor Gara—"

"Terus kenapa?" potong Melodi.

Diam-diam Melodi tersenyum senang, ini adalah salah satu cara membuat Lili tertekan dan akhirnya bisa mengungkapkan perasaannya pada Gerhana. Melodi yakin, Lili sebenarnya cemburu melihat kedekatannya dengan Gerhana.

"Yah ... kalau lo satu kelompok sama Gara, nanti tugas kalian cepet selesai." Lili terkekeh sendiri setelahnya.

Melodi menggeleng tegas, "Ogah, entar kalau gue satu kelompok sama Gara, dia bakal godain gue mulu. Mending gue satu kelompok sama orang lain," balas Melodi.

Raut wajah Lili terlihat risau, Melodi yakin setelah ini Lili bersedia satu kelompok dengan Gerhana, karena rasa cemburu.

"Tapi, Mel. Lo ka—"

"Masa gue nggak dapat kelompok," ucap Gerhana yang tiba-tiba datang ke bangku mereka.

"Gue udah teriak-teriak kayak orang gila, nggak ada yang nomornya sama kayak gue." Gerhana mendumel kesal.

"Tuh, Lili sama nomornya kayak lo." Melodi menyahut, membuat Lili menggigit bibir bawahnya gugup.

Sebuah jitakan seketika meluncur ke dahi Lili, membuat gadis itu seketika mengeluh kesakitan.

"Gue nggak mau satu kelompok sama lo," jawab Lili sewot.

"Sombong banget lo, Liliput!" delik Gerhana mulai sebal. Tenggorokannya tadi hampir mau kering gara-gara mencari teman satu kelompoknya, tetapi Lili malah diam tak merasa bersalah sedikit pun.

"Mel, tukar nomor dong. Gue nggak mau satu kelompok sama Gara," pinta Lili sedikit merengek memohon.

"Nggak papa kali, Li. Biasanya lo kan ngebet banget satu kelompok sama Gara biar nggak mikir, kenapa sekarang lo tolak?" tanya Melodi tepat sasaran.

Masalahnya ini perasaan nggak baik-baik aja, pikir Lili.

"Sudah tahu kelompoknya semua?" tanya Bu Mithi yang diangguki mereka semua. Sedangkan, Lili hanya bisa mengangguk pasrah sekarang.

"Kak Langit ...." Entah kenapa nama itu yang ia sebut di dalam hatinya saat ini.

Menurut kalian,

Kalau kalian jadi Lili, apa yang ingin kamu ungkapin ke Galaksi?

Kalau kalian jadi Gemintang, apa yang ingin kamu ungkapin ke Galaksi?

Awas kalau kagak ada yang jawab, canda wkwk.

Sampai jumpa dipart selanjutnya
Salam cinta dari author ❤

ozzaleta

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro