Chapter 02 - More Than Just a Word
Matahari bersinar di langit biru. Menembus di antara gugusan awan putih, itu bersinar dengan cahayanya yang terang dan bermartabat. Setelah beberapa waktu berlalu, awal musim panas tahun ini akhirnya telah datang. Selama periode di waktu-waktu seperti ini, adalah merupakan saat yang paling sibuk bagi penduduk di benua utara.
Pada dasarnya, benua utara memiliki letak geografis yang hampir selalu dingin sepanjang tahun. Dan saat ketika matahari sedang bersinar paling terang, itu pasti akan menjadi momen yang paling ditunggu oleh mereka yang mendambakan kehangatannya. Setidaknya, bagi para penduduk di sana, musim panas juga akan memberikan berbagai manfaat yang hampir tiada habisnya.
Dan walaupun singkat, namun musim panas, tentu merupakan yang paling penting di antara musim-musim lainnya. Hal ini sudah tak dapat dipungkiri lagi. Ada banyak hal yang tak dapat dilakukan pada waktu lain, selain periode singkat di saat musim panas ini. Lagipula, tidak dapat disangkal bahwa keberadaannya diperlukan, itu seperti hukum alam, mereka berulang kali mengatur hidup dan mati dan membantu siklus dunia agar waktu teratur dengan baik.
Suasana yang ada di kota sungguh sangat berbeda; acara festival musim panas dan perayaan hasil panen tahunan mulai diadakan di berbagai tempat—perubahan suasana yang besar akan terlihat jelas dalam kehangatan itu. Tentu saja, hal ini juga telah menjadi daya tarik khusus tersendiri bagi warga dan kota mereka masing-masing. Pemandangan ini tidak dapat selalu dilihat sepanjang tahun, dan akan sangat sayang untuk dilewatkan begitu saja.
Selanjutnya, seakan tak ingin untuk melewatkan sensasi unik dari awal musim panas di bulan juni ini, suasana yang terlihat di sekitar Courtass Academy dalam beberapa hari belakangan, juga mengalami perubahan yang cukup signifikan.
Perubahan ini bukanlah tanpa alasan yang pasti, karena setiap pertengahan tahun seperti saat ini, adalah waktunya untuk kenaikan tingkat bagi para murid Courtass Academy ke jenjang yang lebih tinggi.
Dan dalam beberapa arti, hal ini juga sangatlah penting.
Setiap perbedaan tingkat adalah sebuah perbedaan yang cukup besar. Murid-murid yang berhasil menaikan tingkat mereka, tentu adalah yang telah berkembang cukup jauh dibanding para murid lainnya. Sementara Courtass Academy memiliki jumlah siswa yang bisa dikatakan cukup banyak (yaitu sekitar ratusan ribu), namun hampir tidak sampai setengahnya yang dapat naik ke tingkat yang lebih tinggi. Meski begitu, ini merupakan hal yang wajar. Tidak mungkin salah satu akademi sihir tertua dan paling bergengsi di benua utara itu akan memiliki standar yang tidak terlalu tinggi. Karenanya, mereka yang telah berhasil naik tingkat tahun ini, adalah yang terpilih diantara yang lainnya. Kemampuan mereka tentu tidak perlu untuk dipertanyakan lagi.
Ada tiga tingkatan calon penyihir di akademi: Awal, Menengah, dan Lanjutan. Kenaikan tingkat yang dari Awal-ke-Menengah, mungkin tidak terlalu sulit. Namun, untuk kenaikan dari tahap Menengah-ke-Lanjutan, tentu adalah dua hal yang sangat berbeda.
Salah satu perbedaan yang paling mendasar di antara keduanya adalah, murid-murid yang telah berhasil naik ke tingkat Lanjutan, akan memiliki kesempatan untuk mengikuti apa yang disebut dengan 'Upacara Pusaka Suci'.
Dan saat ini, sekitar hampir seperlima jumlah siswa akademi, terlihat sedang berkumpul di sebuah gedung khusus untuk Upacara Pusaka suci. Tentunya, mereka adalah siswa senior yang pada tahun ini, telah berhasil naik ke 'Tahap Lanjutan', dan tinggal selangkah lagi untuk menjadi penyihir resmi.
Di dalam gedung itu, adalah sebuah ruangan yang agak mirip aula luas. Lantainya bertatahkan batu marmer putih bersih yang mengkilap, dengan dindingnya yang berwarna kelabu pucat. Langit-langitnya berbentuk kubah, yang tepat pada bagian tengahnya, tergantung susunan batu lightstone yang bersinar dengan terang. Sejak beberapa jam yang lalu, tempat ini telah dipenuhi oleh sekitar seribu murid yang naik ke tingkat di Tahap Lanjutan. Ekspresi di wajah mereka cukup beragam; ada yang antusias, gugup, dan beberapa, acuh tak acuh. Namun di balik semua itu, pada dasarnya orang-orang ini merasa cukup bersemangat. Karena jika mereka berhasil mendapatkan 'Sacred Heirloom' mereka pada saat ini, maka itu juga akan menjadi salah satu aset yang paling penting bagi mereka, bahkan jika mereka telah menjadi penyihir resmi nantinya. Dengan berdasarkan fakta ini, bagaimana mungkin mereka tidak merasa bersemangat? Hanya karena memikirkan jenis Sacred Heirloom yang akan menjadi 'partner' mereka saja, kau akan dapat melihat dengan jelas api semangat di dalam sorot mata mereka masing-masing.
Berada tepat di depan mereka, adalah podium sederhana tempat berdirinya seorang pria paruh baya berjubah abu-abu. Sosoknya memiliki perawakan yang cukup pendek, dengan postur tubuh yang sedikit bungkuk. Wajahnya memiliki kerutan yang telah terlihat jelas, namun dari sorot matanya bersinar dengan aura seseorang yang berpengalaman, bagaikan sosok itu sendiri, seperti telah menjadi saksi yang telah melihat peristiwa dari kehidupan yang tak terhitung jumlahnya.
Orang ini, tak lain adalah Sang Ketua Tertinggi dari Courtass Academy; Karl Sendivogius, yang juga dikenal sebagai Pemimpin generasi ke-19 Courtass Academy, serta merupakan salah satu dari The Seven Great Sages. Faktanya, pria tua ramah yang berwajah sedikit lucu ini, adalah penyihir terbaik ke-5 di seluruh penjuru 'Negeri Utara'!
Dan untuk pria ini, peribahasa yang mengatakan "jangan menilai buku dari sampulnya", akan perlu untuk diterapkan dengan sangat baik. Walaupun terlihat polos dan menawan, orang ini sebenarnya adalah monster menakutkan yang mampu membelah gunung hanya dengan satu gerakan jari. Dalam daftar panjang nama orang-orang yang pernah meremehkannya, hampir semua dari mereka telah menyesalinya, seumur hidup mereka ...
Tentu, gelar di namanya bukan hanya sebuah hiasan belaka.
"Baiklah, untuk para murid yang telah berhasil naik ke tingkat di Tahap Lanjutan pada tahun ini, pertama dan terutama, akan kuucapkan selamat pada kalian semua..." Suaranya bergema hingga menjangkau ke sudut terjauh ruangan, ini kemudian membuat para siswa langsung mengalihkan perhatian mereka. Suasana di dalam gedung itu menjadi berangsur sunyi.
Namun, tak butuh waktu lama untuk diskusi kecil diadakan di tengah-tengah kerumunan. Ini disebabkan karena kebanyakan dari para murid yang baru saja melihat wajah dari Pemimpin Akademi mereka. Sang Pemimpin dari Courtass Academy memang sangat jarang terlihat di publik, walaupun, ketenarannya telah bersinar jauh hingga di seluruh pelosok negeri.
Hanya pada saat acara khusus seperti 'Upacara Pusaka Suci' ini, beliaulah yang secara langsung akan menghadirinya di setiap tahun, dan beliau juga yang akan memimpin para murid. Alasan utamanya adalah, dia juga yang akan menjelaskan tentang Sacred Heirloom (pusaka suci) secara lebih rinci, pada seluruh murid yang telah menjadi murid senior di Tahap Lanjutan.
Walau sebenarnya Sang Pemimpin tak harus melakukan semua itu, namun dia ternyata hanya cukup tertarik untuk melakukannya. Lagipula, Karl Sendivogius, juga terkenal karena sifatnya yang aneh dan sedikit esentrik.
"Saat ini, saya akan menjelaskan sedikit tentang Sacred Heirloom, atau apa yang biasanya dikatakan sebagai pusaka suci. Tentu, pasti ada beberapa dari kalian telah mengetahui, baik sedikit atau banyak tentang Sacred Heirloom ini. Namun hanya untuk sekedar sebagai pengingat, saya akan menjelaskan kembali tentang Sacred Heirloom ini..."
Untuk penjelasan sederhana, apa yang disebut dengan pusaka suci atau Sacred Heirloom ini, adalah benda-benda kuno yang memiliki sifat atau kekuatan magis.
Tidak seperti benda sihir biasa, Sacred Heirloom ini juga memiliki jiwa mereka - atau 'roh benda', sehingga dapat memilih tuan mereka sendiri. Dan untuk itu, akan diperlukan sebuah media kontrak yang bisa menjadi pengikat bagi pusaka tersebut dan calon penggunanya. Maka dari itu, 'Kontrak Sumpah', adalah yang akan selalu menjadi media utama, dan yang paling tepat untuk digunakan oleh mereka yang mencoba mendapatkan pusaka suci.
Pada umumnya, Sacred Heirloom tidak hanya dapat digunakan oleh para penyihir saja, orang biasa juga dapat menggunakannya. Sacred Heirloom sama sekali tidak membutuhkan 'energi mana' dari penggunanya sendiri, dan sebaliknya, memiliki kemampuan untuk menyerap mana di alam sekitarnya. Bisa dikatakan bahwa, pusaka suci ini juga sepenuhnya bersifat independen.
"... Dan seperti itulah. Hari ini, kalian akan diperbolehkan untuk mencoba mendapatkan paling banyak satu, dari seluruh pusaka suci yang telah kami kumpulkan dari berbagai tempat yang tak terhitung jumlahnya!" Setelah mengatakan kalimat tersebut, Karl Sendivogius melambaikan tangan kanannya. Sinar cahaya menyilaukan tiba-tiba muncul di atas langit-langit ruangan. Mengikutinya, berbagai benda dengan bermacam-macam bentuk dan ukuran, keluar dari cahaya itu. Tidak terlalu lama sebelum cahaya itu sepenuhnya padam, menyisakan berbagai benda aneh yang masih melayang di udara.
"Sekarang, biarkan Upacara Pusaka Suci tahun ini ... dimulai!" Sang Pemimpin berseru nyaring. Mendengarnya, berbagai sorakan intens pecah diantara kerumunan orang-orang.
Saat ini, Upacara Pusaka Suci, telah sepenuhnya dimulai!
"Ini akhirnya dimulai!"
"Yosh, akan kudapatkan Sacred Heirloom tingkat tertinggi, dan menjadi penyihir terhebat sepanjang masa!"
"Bodoh. Milikku pasti akan jauh lebih hebat darimu!"
Hampir semua orang sangat bersemangat untuk berpartisipasi dalam hal ini. Darah mereka mendidih karena kemungkinan keberuntungan di depan mereka. Para murid dengan segera mulai berkonsentrasi, dan dengan cara masing-masing mulai untuk melantunkan 'Sumpah Kontrak' mereka sendiri.
Jika ada yang terpilih, maka salah satu dari Sacred Heirloom itu akan memancarkan aura cahaya lembut, dan secara otomatis, akan segera berkedip, melayang ke hadapan orang yang telah dipilih. Proses selanjutnya akan sangat sederhana; cukup hanya dengan memberi setetes darah mereka ke pusaka suci itu, lalu kontrak akan sepenuhnya terbentuk, dan orang itu akan menjadi pemilik yang sah dari pusaka suci tersebut.
Namun jika tidak ada respon apapun yang terjadi, maka sudah dapat dipastikan bahwa Kontrak Sumpah mereka telah gagal, dan mereka tidak berhasil untuk mendapatkannya.
Saat ini, beberapa telah terlihat berhasil untuk mendapatkan Sacred Heirloom mereka, dan sisanya masih berjuang. Tidak sedikit pula yang terlihat gagal dalam upaya mereka untuk mendapatkan pusaka suci.
Namun apapun itu, yang pasti, Upacara Pusaka Suci ini ... masih akan terus berlanjut....
◊ ◊ ◊
Saat itu sedang tengah hari, disaat ketika bumi sedang bermandikan cahaya hangat matahari di musim panas .... Meskipun cahaya yang dipancarkannya cukup terik dan menyilaukan, namun sebenarnya, udaranya terasa sedikit sejuk. Angin yang berhembus pelan dari timur seolah membawa kesejukan musim semi yang masih cukup terasa hingga kini. Dicampurkan dengan pemandangan hamparan luas padang rumput dan gugusan awan putih yang bergerak di langit biru, semuanya terasa sangat damai dan tentram.
Di lokasi yang tidak terlalu jauh dari gedung Upacara Pusaka Suci sedang dilangsungkan, adalah sebuah taman kecil yang terlihat cukup sederhana ... namun, pada saat yang sama, juga terlihat sangat indah.
Taman itu dikelilingi oleh pepohonan yang tumbuh saling berdekatan satu sama lain, yang dari kejauhan, tampak seperti hutan kecil. Bayang-bayang yang terbentuk oleh cahaya lembut dan murni yang mengalir ke bumi dari celah di antara dedaunan, bagai membentuk pola abstrak yang indah. Itu bergoyang ringan, tertiup angin yang lembut. Di saat yang sama, angin itu membelai rambut dari sosok seorang gadis yang sedang duduk sendirian di sana.
Di bawah langit biru yang berhias awan tipis, terlindung di bawah bayang-bayang pepohonan maple yang rindang dan sejuk, dengan tenang, gadis itu duduk di sana. Di sekitar bangku kayu taman itu dikelilingi oleh banyak bunga yang berwarna-warni. Dan saat dilihat, itu benar-benar sangat cocok dengan gadis itu.
Dia ... tampak bagaikan seorang peri yang mempesona.
Sang 'peri' yang cantik jelita ini, merupakan seorang gadis remaja yang berusia sekitar 17 tahun. Dia memiliki rambut yang panjang berwarna keperakan, bagaikan seolah-olah terbentuk dari sinar tipis cahaya bulan yang lembut. Matanya indah berwarna biru; bersinar bagaikan lautan yang tenang dan dalam. Terbalut dalam gaun biru-prussia lengan panjang dan rok lipit putih salju yang berpita, adalah kulitnya yang putih bersih dan halus. Dilihat secara keseluruhan, gadis ini, memiliki sebuah kecantikan alami yang memukau.
Gadis 'peri' yang cantik ini, tidak lain, merupakan sang putri ke-5 kekaisaran - Audrey Victorica.
Saat ini, Audrey tampak sedang duduk sendirian di taman itu. Gadis itu termenung menatapi langit biru yang terbentang luas, jauh di cakrawala. Sosoknya yang tenang itu nampak seperti sebuah objek dari lukisan yang paling indah, memancarkan sebuah pesona kecantikan yang tidak disengaja.
Jika dilihat, gadis yang bernama Audrey Victorica ini, sebenarnya tidak jauh berbeda dengan gadis bangsawan pada umumnya. Dan bahkan, dia mungkin akan jauh lebih baik daripada para anggota bangsawan yang lain. Jika dinilai berdasarkan segi kecantikan dan kepribadian, dapat dikatakan bahwa tidak akan banyak dari para kaum aristokrat yang dapat menyamai ... atau bahkan melampaui dirinya.
Sama seperti penampilannya, gadis ini memiliki kepribadian lemah lembut yang menawan. Itu adalah sesuatu yang cukup jarang ditemui dari para keturunan bangsawan pada umumnya.
Jika ditambah dengan fakta bahwa Audrey memiliki status sebagai seorang anggota dari keluarga kekaisaran, hal ini juga akan semakin menambah sisi keanggunannya sebagai seorang gadis bangsawan yang terhormat. Dalam hal ini, kau akan melihat perbedaan yang besar antara dirinya jika dibandingkan dengan para bangsawan yang lain.
Salah satu hal yang paling membedakan dirinya adalah, Audrey tampak tidak memiliki kesombongan atau arogansi, yang kebanyakan dimiliki oleh para keturunan bangsawan lain pada umumnya...
Bagaikan bunga putih yang murni, dia tidak tersentuh oleh sifat buruk dan kesombongan.
Namun tentu saja, semua yang terjadi, juga memiliki alasan dan penyebabnya sendiri.
Bagi orang lain, terlahir sebagai anggota keluarga bangsawan, mungkin akan menjadi sebuah kebahagiaan serta kebanggaan yang besar bagi diri mereka. Akan tetapi, untuk Audrey Victorica, kehidupannya sungguh benar-benar jauh dari kenyataan tersebut.
Itu berawal dari bertahun-tahun yang lalu. Saat itu sekitar setahun sebelum kelahirannya, ibu dari Audrey, Sarah Victorica, secara tidak sengaja terkena sebuah kutukan misterius yang sangat sulit untuk dihilangkan. Kutukan ini begitu kuat, dan tidak begitu diketahui penyebabnya. Beberapa upaya terus dilakukan untuk menyingkirkan kutukan itu, namun sayangnya, semuanya berakhir dengan kegagalan. Pada akhirnya, kutukan itu masih tetap melekat dengannya ... sampai pada hari ketika ia melahirkan sang anak.
Setelah melahirkan, sayangnya sang ibu tidak bertahan lama, dan akhirnya, menghembuskan nafas terakhirnya .... Saat itu, adalah sebuah hari yang sangat tenang di musim semi. Ketika sang ibu meninggal, itu memberi duka yang sangat mendalam bagi keluarga mereka. Walaupun sedikit kebahagiaan kembali datang karena kelahiran sang putri, namun ironisnya, itu tidak dapat bertahan lama.
Kutukan dari sang ibu, ternyata diturunkan pada anaknya.
Kenyataan itu seakan-akan turun sebagai pukulan yang paling kejam dalam hidup bayi kecil itu. Takdir itu merenggut segalanya dari hidupnya. Bahkan statusnya yang seharusnya mendatangkan nasib baik dan kemuliaan yang bersinar terang, malah berbalik, dan pada akhirnya berubah menjadi rantai kesuraman yang membebani hidupnya.
Sebenarnya, kutukan ini tidaklah terlalu kejam seperti yang orang bayangkan. Namun, bagi para keturunan bangsawan, kutukan itu bisa dianggap sangat fatal.
Kutukan ini, membuat seseorang kehilangan kemampuannya untuk berbicara.
Untuk bangsawan, keutamaan mereka pada dasarnya adalah untuk dapat menjadi penyihir. Dan dalam hukum ilmu sihir, kalimat mantra adalah salah satu aspek yang paling penting untuk terlibat di dalamnya .... Tanpa itu, seseorang tidak akan dapat menguraikan hukum alam di sekitarnya dan membentuk apa yang disebut sebagai ilmu sihir. Berdasarkan ini, jika orang itu bahkan tidak dapat berbicara, bagaimana mungkin dia bisa melantunkan mantra? Tentu saja, hal ini bagai dengan sangat jelas mengatakan bahwa jalan Audrey untuk menjadi seorang penyihir, telah menjadi sirna. Mengingat bahwa keturunan bangsawan dilahirkan dengan tubuh yang tidak terlalu tangguh, maka tidak banyak pula yang dapat dilakukan oleh Audrey.
Seorang bangsawan yang tidak dapat menjadi penyihir, pada akhirnya, akan dianggap sebagai 'orang gagal'. Itulah kenyataan kejam yang tidak akan bisa diubah dengan mudah.
Dari fakta ini, terbentuklah julukannya yang dikenal sebagai seorang 'Putri Gagal'. Dan ketika berita tentangnya menyebar saat itu, Audrey seakan telah berubah menjadi bahan cemoohan bagi para bangsawan lainnya. Sebuah 'kegagalan' itu dianggap sangat memalukan bagi para kaum bangsawan. Dan semakin lama, orang-orang terasa semakin menjauh darinya. Bahkan hingga keluarganya, yang seharusnya menyayangi dan melindunginya dengan sepenuh hati, tidak bisa berbuat banyak. Pada akhirnya, mereka juga menjauhinya dan bahkan menjadi sumber rasa jijik serta aib yang besar bagi mereka.
Namun, beruntung bagi Audrey, hal ini juga seakan membentuk karakternya yang bersinar seperti sebuah permata sejati di antara bangsawan lainnya. Kata permata ini tentu tidaklah berlebihan ... dengan berbagai hal yang terjadi dalam kehidupannya itu, seakan telah semakin memolesnya, dan membuat pendiriannya menjadi tangguh. Di antara bangsawan lainnya, Audrey telah benar-benar berbeda berdasarkan sifat dan kepribadiannya .... Setelah itu, walau dia tak menunjukkannya dengan jelas, namun dia adalah wanita yang memiliki pendirian yang teguh ... dan dia, jauh lebih kuat dari yang orang lain bisa bayangkan.
Audrey sendiri mungkin tidak terlalu menyadari hal ini. Tetapi, di balik semua itu...
"Ah, Audrey...!"
Akan selalu ada seseorang, yang sangat mengetahui tentang dirinya.
"Maaf, apa kau sudah menunggu lama?"
Lebih dari orang lain. Lebih dari siapapun...
"Audrey?"
"...!" Tersadar dari lamunannya, Audrey pun berbalik pada orang yang memanggilnya.
Tepat ketika dia melihat sosok yang ada di depannya, Audrey seakan tidak bisa menahan senyum lembut untuk muncul di wajahnya.
Semua itu tentu saja, karena satu orang yang berada tepat di hadapannya ini.
"Ada apa?" Sambil memiringkan kepalanya, Marnie bertanya dengan bingung.
"...." Audrey hanya membalas dengan gelengan pelan.
Mereka kemudian hanya saling tersenyum. Marnie bahkan sedikit tertawa. Menurutnya, kelakuan Audrey barusan agak menarik ketika sedang melamun. Marnie menemukan bahwa dia merasa sedikit aneh tentang hal itu.
Audrey kemudian memandangi Marnie secara diam-diam.
Bagi Audrey, tidak ada orang lain, atau bahkan keluarga yang paling dekat dalam hidupnya, selain sahabatnya yang bernama Marnie Winston ini.
Pada awalnya, mereka berdua hanya sekedar kerabat jauh. Dengan beberapa kebetulan dan sedikit keberuntungan, mereka akhirnya dipertemukan oleh takdir ketika masih kecil. Seiring berjalannya waktu, kedua gadis ini pun telah tumbuh bersama. Dan setelah mereka melewati kesulitan bersama yang tidak terhitung jumlahnya, pada saat ini, mereka berdua seperti sudah nyaris tidak dapat dipisahkan lagi. Audrey menganggapnya sebagai orang yang paling berharga dalam hidupnya, dan Marnie, sepertinya memiliki pikiran yang sama pula.
Seperti itulah mereka ... jika ada orang lain yang salah menilai, maka mereka akan terlihat seperti saudara kandung.
"Oh iya, Audrey, apa kau tahu? Orang-orang di depan sana itu terlalu banyak! Aku tadi bahkan sampai benar-benar terhambat karena itu..." Kata Marnie dengan tak berdaya, sambil menunjuk ke arah gedung tempat Upacara Pusaka Suci sedang berlangsung.
Memang benar, tempat itu pada saat ini dipenuhi terlalu banyak orang. Walaupun gedung khusus tersebut difungsikan sebagai tempat untuk Upacara Pusaka Suci dilangsungkan, namun kebanyakan orang yang berada di sana sama sekali tidak terkait dengan hal itu. Mereka sebagian besar hanyalah para murid yang sedikit penasaran untuk melihat seperti apa Upacara Pusaka Suci itu ketika sedang dilangsungkan. Karena itu, keramaian di sana membuat tempat itu menjadi sangat penuh dan sesak.
Sejak tadi, Marnie sedang ada urusan di ruang fraksi guru akademi, tepat di samping gedung pelaksanaan Upacara Pusaka Suci. Namun, karena ada terlalu banyak orang yang menutupi area di sekitarnya, langkahnya pun mengalami sedikit hambatan.
"Dari yang kuingat, tahun lalu mereka tidak sebanyak itu." Kata Marnie sambil menghela nafas.
Tahun sebelumnya, Marnie telah mengikuti Upacara Pusaka Suci ketika dia berhasil naik menjadi murid Tingkat Lanjutan. Saat itulah entah bagaimana, Marnie berhasil mendapatkan sebuah buku kitab sihir kuno (grimoire), sebagai Sacred Heirloom-nya. Hingga kini, benda itu telah menjadi salah satu kebanggaan terbesarnya. Bahkan ia selalu membawanya kemana saja, dan grimoire tersebut pun selalu ada tepat di sabuk pinggang sebelah kanannya. Ketika upacara tahun lalu, memang tidak terlalu banyak murid yang hadir, dan kebetulan saja, tahun ini cukup banyak murid baru di akademi itu.
Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, jumlah murid yang mendaftar di tahun ini memang sedikit mengalami kenaikan jumlah yang signifikan.
Menatap kerumunan orang yang memenuhi tempat itu, Marnie hanya bisa mendesah pelan.
Ketika melihat pemandangan itu dari kejauhan, Marnie tidak bisa untuk tidak mengingat kembali ketika ia berhasil mendapatkan Sacred Heirloom kesayangannya, setahun yang lalu.
"Yah, sayang sekali kami hanya bisa mendapatkan satu Sacred Heirloom saja. Tapi ... tidak masalah. Kurasa aku sudah cukup puas dengan satu grimoire tua ini ...." Marnie bergumam pelan dengan suara yang hanya bisa didengar olehnya.
Saat memikirkan itu, tanpa sadar jari tangannya yang ramping dan halus menyentuh grimoire kuno yang dia simpan di pinggang sebelah kanannya. Dan entah mengapa, hal ini makin membuat senyum tipis perlahan tumbuh di wajah cantiknya. Buku tua itu, pada dasarnya, tidak terlalu hebat dan tidak benar-benar istimewa. Sebagai pusaka suci, itu bahkan tidak dapat dianggap sebagai pusaka tingkat tinggi. Grimoire itu hanya terlihat seperti buku tua kuno yang tidak terlalu tebal, bersampul kulit berwarna coklat muda yang cukup elegan dengan berbagai tulisan rune kuno ajaib yang pudar sisi-sisinya. Dinilai secara keseluruhan, benda ini tidak nampak mengesankan.
Namun pada saat itu, grimoire kuno yang 'biasa' ini ... juga telah memilih dan mengakuinya sebagai tuannya....
Karena itu, tidak peduli jika benda ini tidak berguna, atau tidak mengesankan seperti milik orang lain, Marnie pasti akan selalu menganggapnya sebagai benda yang paling berharga yang dimiliki olehnya.
Itu satu-satunya Sacred Heirloom miliknya, dan dia bangga karena memilikinya!
Hal itu mungkin tidak akan berubah. Sejak dari awal dia mendapatkan Sacred Heirloom tersebut, dia telah memutuskan hal itu. Dia adalah orang yang sederhana, dan dia tidak dapat mengubah hal itu, tidak akan ada yang bisa.
Untuk sejenak, Marnie melakukan suatu hal yang cukup jarang untuk dirinya lakukan - tenggelam dalam pikirannya. Tidak mungkin untuk mengetahui dengan pasti apa yang dipikirkan olehnya, tapi senyum samar di wajahnya, sedikit menjelaskan segalanya.
Angin berhembus, menyibakkan rambut merahnya yang berkilau. Dalam nuansa yang nyaman ini, Marnie pun mulai memejamkan matanya, dan untuk sejenak, dia tampak menikmati ketenangan bersama sahabatnya.
Akan tetapi ... bahkan ketika waktu penting di saat Marnie sedang tenggelam dalam dunia indahnya, beberapa kalimat seseorang yang entah-datang-dari-mana, sontak membuat seluruh pikirannya terganggu:
"Setiap orang bisa mempunyai sampai 3 pusaka suci, tapi para murid yang kulihat selama ini hanya punya satu ... sebelumnya aku sedikit bingung, rupanya ada peraturan yang seperti itu..."
"Ya, memang benar— Uwaah!" Seperti yang telah diduga, Marnie benar-benar terkejut. Gadis polos ini bahkan nyaris melompat ke samping jika tak menahan diri sebelumnya.
"Hah.. jadi itu ternyata kamu?" Marnie tampaknya mengenali sosok itu. "Tunggu, sejak kapan kau ada di sini?!"
"Sekitar dua puluh detik yang lalu." Pemuda itu lalu menjawab dengan santai.
"...." Melihatnya menjawab seperti itu membuat Marnie kehabisan kata-kata. Dia bahkan yakin bahwa pada saat ini, ekspresi wajahnya akan terlihat aneh.
Sejujurnya, bukan Marnie saja yang bereaksi seperti itu; bahkan Audrey telah benar-benar dibuat terkejut. Kedatangan pemuda itu sangat tiba-tiba dan seolah tak dapat terdeteksi .... Tentu, hal ini juga yang berhasil mengagetkan kedua gadis itu.
Dan untuk pemuda itu, dia adalah seorang remaja berusia sekitar 18 tahun. Rambutnya terlihat pendek berwarna biru gelap, dan agak sedikit acak-acakan. Matanya kuning-keemasan, sekilas mirip dengan warna tembaga. Baju dan topi yang dia kenakan memiliki warna ungu gelap yang tampak mengesankan, ditambah dengan baju kaos dalamnya yang cukup kontras berwarna hijau-kebiruan, penampilannya yang agak unik itu membuatnya nyaris terlihat seperti seorang penyihir.
Tentu saja, saat itu baik Audrey maupun Marnie, telah langsung mengenali siapa pemuda itu.
Setelah tak menghiraukan ekspresi aneh kedua gadis itu, pemuda bertopi tersebut kembali bertanya: "Jadi, apakah memang benar bahwa para murid hanya bisa mendapatkan salah satu Sacred Heirloom dari Upacara Pusaka Suci ini?"
"Jangan bercanda! Kau tinggal di sini selama bertahun-tahun, dan kau bahkan tidak mengetahui hal semacam itu?" Marnie menjawab dengan nada yang sedikit tidak senang.
Namun, pemuda itu kemudian membalasnya, "Jangan bercanda, memang aku tinggal di sini, tapi aku bukan murid akademi ini. Semua peraturan itu tidak penting untukku, dan aku tidak harus mengetahuinya." Dengan nada bicara yang acuh-tak-acuh.
Dia menambahkan: "Bukankah itu juga sama untuk sahabatmu?" Lalu, dia melirik ke arah Audrey dan bertanya, "Tentunya aku benar bukan, tuan putri?"
Audrey sempat bingung untuk menjawab itu. Namun, ekspresi wajahnya tidak berubah, dan dengan senyum tipis, dia pun menjawab dengan anggukan pelan.
"Hmph! Dasar orang aneh."
Sepertinya tak mempedulikan hal itu, Marnie tetap tetap tidak merubah sikap bermusuhannya.
"Maaf untuk itu, nona Winston. Setiap orang mempunyai sifat dan kepribadiannya masing-masing. Kau tidak bisa menyalahkan aku karena hal itu." Pemuda itu menjawab dan mencoba menjelaskan.
Sayangnya, perkataan itu hanya semakin menambah bahan bakar ke dalam api.
"Sudah kubilang sebelumnya, jangan panggil aku seperti itu! Bukankah pernah kukatakan padamu untuk memanggilku dengan namaku, bukan dengan sebutan formal 'nona Winston'!?"
"Eh? Lalu, apakah aku salah, nona Winston?"
"Marnie! Panggil aku Marnie!"
"Itu sama sekali tidak menjawab pertanyaanku..."
Sesi perdebatan harian mereka pun telah dimulai.
"...." Saat Audrey melihat kedua orang itu berdebat, gadis itu hanya bisa menahan tawa pelan dengan kedua tangannya.
Entah mengapa, hanya melihat hal itu saja telah membuatnya merasa bahagia...
Audrey sangat mengetahui sifat dan kepribadian sahabatnya itu. Walaupun dia terlihat tidak akur dengan pemuda itu, namun dia juga tahu bahwa Marnie tidak membencinya. Hanya saja, karena pertemuan pertama mereka yang agak sedikit tidak mulus, itu telah menyebabkan hal ini terjadi. Dan sepertinya, Marnie pun telah menjadi terbiasa untuk semua hal itu.
Sedangkan bagi Audrey Victorica sendiri, pemuda yang ada di depannya itu, dapat dikatakan sebagai seseorang yang telah meninggalkan kesan yang sangat mendalam bagi dirinya.
Tentu saja, Audrey tidak akan bisa melupakan peristiwa yang terjadi sebelumnya.
Ketika itu, situasi yang dialaminya telah membuatnya mendapatkan banyak masalah, dan dia tidak tahu apa yang harus dirinya lakukan .... Namun di saat itu pula, walaupun hanya sekali saja, namun pemuda itulah yang telah menyelamatkannya dari situasi buruk itu....
Kedua tangan Audrey mengepal erat di depan dadanya saat dia menatap pemuda itu diam-diam.
Saat ini, adegan tak terlupakan di mana pemuda bertopi itu terluka di saat menyelamatkan dirinya, diputar kembali dalam benak Audrey berulang kali. Ketika melihat sosoknya yang berdiri di depannya untuk melindunginya, sebuah perasaan hangat yang tak terlukiskan telah tumbuh di dalam hati gadis itu. Dia seakan merasa sangat aman untuk berada di dekatnya, dan entah bahaya apapun yang terjadi, dia yakin bahwa dia tidak akan merasa takut karenanya.
Ini mungkin bukanlah romansa, tapi perasaan itu tidak mungkin cukup untuk digambarkan dengan kata-kata.
Ketika pertama kali bertemu, Audrey seakan telah menaruh kepercayaan pada pemuda itu. Walaupun Audrey tidak terlalu mudah untuk dapat mempercayai seseorang, tapi entah mengapa, rasanya dia bisa sangat percaya padanya.
Semua hal inilah yang semakin membuat Audrey yakin bahwa, pertemuan mereka dengan pemuda bertopi misterius yang bernama Seth ini, mungkin saja merupakan suatu hal yang baik.
Kembali lagi pada beberapa hari yang lalu...
Setelah pertemuan pertama mereka di perpustakaan waktu itu, Marnie dan Audrey merasa ingin untuk berteman dengannya. Karena menurut mereka, Seth adalah orang yang cukup baik dan bisa diandalkan. Seth tadinya menolak karena sepertinya punya alasannya sendiri, namun karena dibujuk (atau dipaksa) oleh kedua gadis itu, Seth pun pada akhirnya berhasil dibuat setuju.
Selanjutnya, saat ini, mereka akhirnya telah menjadi 'teman'.
Atau, semacam itu...
"Aah! Sudahlah, aku sudah tidak ingin membicarakan hal konyol macam ini lagi!" Sepertinya, Marnie telah menyerah untuk topik pembicaraan mereka.
Saat ini, Marnie hanya bisa mengesah pelan. Dia memang tahu sifat orang itu yang 'cukup aneh' .... Tapi tetap saja, Marnie masih belum dapat terbiasa untuk menghadapinya.
Sebaliknya, untuk Audrey sendiri, sepertinya gadis itu tidak terlalu ingin mempermasalahkannya. Lagipula, dia memang tipe orang seperti itu.
"Ngomong-ngomong, sebaiknya kau melakukan sesuatu dengan hawa keberadaanmu yang tidak masuk akal itu!" Kata Marnie. "Yah, coba kuingat, kau pernah mengatakan bahwa baju dan topi 'aneh' yang kau kenakan itu ... adalah Sacred Heirloom bekas pemberian dari gurumu, kan? Jangan bilang kalau itu punya semacam kemampuan—"
"Tidak, kurasa apa yang kau maksud itu adalah bakat alamiahku."
"B-bakat? Apa maksudmu?"
"Entahlah, setidaknya aku yakin bahwa baju dan topi ini tidak memiliki kemampuan yang kau maksud..."
"Baik, baiklah, sudah cukup. Sebaiknya kita lupakan saja hal ini." Marnie merasakan sakit di kepalanya.
Kemudian di saat itu, perhatian Marnie tiba-tiba terfokus pada suatu benda. "Oh, iya ... sejak tadi hal ini membuatku penasaran, tapi ... benda yang kau bawa itu, apa isinya?" Marnie menunjuk ke benda yang dibawa oleh Seth.
Karena Audrey juga ingin tahu apa yang dimaksud oleh Marnie, dia mengalihkan pandangannya ke arah benda yang disebut. Itu adalah sebuah karung; karung itu terbuat dari bahan yang cukup tebal dan berwarna kelabu. Dan saat ini, karung berwarna kelabu itu terlihat dipenuhi oleh sesuatu di dalamnya.
"Ah, maksudmu ini?"
Seth lalu menurunkan dan membuka karung itu. Benda misterius yang memenuhi karung itu pun akhirnya dapat terlihat dengan jelas.
"I-ini..."
Isi karung itu, tampaknya dipenuhi oleh berbagai jenis bebatuan mineral yang terlihat unik. Itu beragam dari segi warna dan ukuran. Akan tetapi, ketika diperhatikan lebih baik lagi, kau akan menemukan bahwa semua itu adalah sejenis kristal yang sedikit aneh.
"Tunggu! Ini kan, Monster Core!?" Marnie terperangah. "Benda ini hanya bisa didapatkan dengan membunuh monster, kan? Dan juga, ada banyak sekali .... Seth, dari mana kau mendapatkan semua ini?"
Marnie dan Audrey menatap Seth, ekspresi mereka itu menuntut jawaban darinya.
"Itu hanya hasil dari latihanku kemarin," Seth menjawab dengan ringan. "Sayangnya, aku tidak bisa mendapat lebih banyak lagi, jadi itu lebih sedikit dari yang biasa kudapatkan .... Lagipula, sepertinya monster di hutan itu sudah mulai agak berkurang."
Jawaban itu membuat Marnie tersentak.
"H-hutan? Maksudmu...."
"Ah, hutan yang ada di belakang akademi itu..."
"Jadi maksudmu, i-itu ... hutan di belakang ... jangan bilang kalau itu... Hutan Terlarang!?" Walau sepertinya terdengar mustahil, namun tetap saja, akan sangat mengejutkan bagi Marnie—dan bahkan Audrey—jika hal ini memang sampai benar.
Namun, Marnie dengan segera menertawakan pemikiran konyolnya itu.
Tetap saja itu tidak mungkin. Lagipula, tempat itu terlalu berbahaya bagi manusia...
Tepat ketika mereka berpikir seperti itu, jawaban dari Seth seakan menghancurkan logika mereka. "Ah, benar juga. Hutan itu juga disebut seperti itu..."
"...." Jawaban santai dari Seth sepertinya telah membuat pikiran kedua gadis itu terguncang. Hal itu seperti mereka mengetahui sebuah lelucon buruk, tapi entah bagaimana, itu kemudian malah berkembang menjadi kenyataan.
"Tapi, Seth, untuk apa kau memutuhkan Monster Core sebanyak itu?" Marnie bertanya setelah menyingkirkan perasaan linglungnya beberapa lama.
Seth menutup karung itu lalu menjawab: "Untuk dapat kutukar dengan jatah makanku beberapa bulan ke depan." Dia mengesah beberapa saat lalu melanjutkan, "Lagipula, tidak mungkin untuk mendapatkan makanan dengan gratis. Karena itu, aku pun harus sedikit berusaha." Nada suaranya, tanpa diduga, terdengar sedikit santai—cukup kontras dengan kalimat yang diucapkannya.
"Begitu..." Namun, Marnie sepertinya tidak ingin bertanya lebih lanjut.
Sebenarnya, alasan Marnie sangat terkejut dengan jawaban Seth sebelumnya, adalah karena dia tahu betapa menakutkannya tempat berbahaya yang disebut dengan 'Hutan Terlarang' itu.
Hutan Terlarang telah ditakuti oleh orang-orang sejak dulu. Tempat itu sangat berbahaya, bahkan bagi seorang penyihir atau petualang yang cukup berpengalaman sekalipun.
Karena itu, mengetahui bahwa temannya harus masuk ke dalam hutan itu dan bahkan bertarung dengan monster-monster di sana hanya karena untuk bisa makan, membuat Marnie merasa sedikit khawatir. Namun, dibalik itu, dia juga kagum karena keberanian dan kemampuan bertarungnya yang hebat. Pada kenyataannya, tidak sembarang orang yang dapat membunuh monster yang berada di hutan terlarang, dan keluar dari tempat itu dengan keadaan yang baik-baik saja.
Ketika itu, Seth tiba-tiba bertanya pada mereka: "Jadi, sejak tadi apa yang kalian lakukan di sini?"
Pertanyaan itu membuat Marnie mengingat apa yang ingin dia lakukan sejak tadi, "Ah, benar juga .... Sebenarnya, tadi aku sedang mengambil surat izin untuk keluar akademi di ruang fraksi guru ... dan karena itu, Audrey kemudian menungguku di tempat ini."
"Surat izin keluar?"
"Ya. Kami akan pergi ke Kota Nörph, sepertinya akan ada festival sore ini jadi kami ingin berkunjung untuk melihatnya." Jawab Marnie. "Itu benar kan, Audrey?" Dia lalu menoleh ke arah Audrey—yang kemudian mengangguk pelan dengan gerakan yang anggun.
"Begitu kah, festival ya..."
"Bagaimana kalau kau ikut? Itu mungkin akan cukup menarik, kau tahu..." Marnie menawarkan. Sayangnya, Seth menolak dengan mengatakan, "Tidak, aku masih harus menukarkan Monster Core ini di Koperasi Akademi. Jadi, sebaiknya nikmati saja waktu kalian dengan baik. Lagipula, acara festival ini tidak diadakan sepanjang tahun. Sayangnya aku masih memiliki beberapa urusan yang lain, jadi sepertinya, aku tidak bisa pergi."
"Begitu, kah ... sayang sekali."
Dengan itu, mereka pun akhirnya berpisah. Audrey dan Marnie berjalan bersama menuju ke pintu gerbang. Sementara Seth, dia menuju ke gedung koperasi akademi untuk menukarkan hasil latihannya—atau buruannya—dengan makanan di sana.
Namun, dari awal sampai akhir, tidak ada satupun dari mereka yang menyadari tatapan dari tiga orang yang berasal di kejauhan, yang mengarah ke tempat mereka berada sebelumnya. Dari tatapan ketiganya, terpancar rasa jijik dan merendahkan dalam sorot mata mereka.
Ketiga orang itu memakai pakaian yang terlihat bagus. Jelas bahwa ketiganya adalah anggota bangsawan yang kaya.
"Heh! Pada akhirnya sampah hanya akan bertemu dengan sampah lainnya."
"Benar, sepertinya para pecundang itu berteman satu sama lain .... Pecundang tetaplah pecundang, karena itulah mereka tidak akan bisa dibandingkan dengan kita."
"Jadi, haruskah kita melakukan sesuatu pada mereka? Orang yang tak berguna harus belajar dimana posisinya dibanding orang-orang seperti kami, bukan? Bagaimana menurutmu, Arthbold. Kalau aku tidak salah, kau masih memiliki masalah dengan pria bertopi ungu itu, kan? Ya, aku masih mengingatnya. Sebaiknya kau tidak membiarkan masalah ini berlalu begitu saja...."
Orang dengan rambut pirang yang terlihat acak-acakan itu menoleh pada temannya yang bertanya. Tetapi, dengan dingin dan tanpa ekspresi, dia hanya menghiraukannya.
Arthbold tampaknya sedang tenggelam dalam pikirannya. Dia bergumam: "Karena aku sudah mandapatkan Sacred Heirloom-ku ini, mungkin sebaiknya aku harus mencobanya dulu ...."
Menyipitkan matanya, Arthbold pun mengalihkan perhatiannya pada benda di tangannya.
Benda yang dipegangnya adalah sebuah tongkat sihir hitam. Itu terbuat dari bahan kayu yang misterius, namun tampak sangat kokoh dan mengesankan. Pola di batangnya meliuk-liuk seperti akar dengan ornamen emas, dan di ujungnya adalah ukiran cakar naga yang menggenggam bola kristal berwarna merah.
Menutup matanya, dia kemudian menggenggamnya dengan erat.
Dengan sebuah pikiran yang terlintas di benaknya, wajah tanpa ekspresi Arthbold mulai digantikan dengan senyum dingin.
Dia terkekeh pelan:
"Sepertinya, aku mendapatkan ide bagus yang cukup pantas untuk dicoba...."
"Hm? Apa kau mengatakan sesuatu?"
Tanpa menghiraukan pertanyaan dari temannya itu, Arthbold hanya terus memejamkan matanya.
Semakin lama, ekspresi di wajah tampan pemuda itu hanya terlihat semakin bengkok.
"Ya ... ini akan sangat menarik!"
Pada saat ketika Arthbold kembali membuka matanya, sebuah kilau kekejaman mulai muncul di tatapannya.
◊ ◊ ◊
Hari berlalu dalam sekejap mata. Setelah melewati malam yang sunyi dan tenang, bumi kembali mendapatkan kecerahannya saat gunung dan daun pepohonan di hutan sedang bermandikan sinar cahaya mentari pagi yang indah.
Langit cerah kembali menghiasi hari di musim panas pada waktu itu .... Bunyi serangga terdengar sangat berirama di balik bayang-bayang pohon hutan yang sejuk, menciptakan suasana khas yang dapat dinikmati semua orang tanpa terkecuali.
Hanya butuh beberapa saat sebelum matahari semakin tinggi di langit biru, menerangi lorong sekitar koridor akademi dengan sinar cahaya temaramnya yang lembut. Berada di dalam bayang-bayang tipis yang dibentuk oleh pepohonan di luar, adalah sosok dua orang gadis yang berjalan bersama di koridor yang sunyi. Dalam bunyi langkah mereka yang terdengar berirama, salah satu dari mereka berbicara:
"Yah, festival kemarin sungguh luar biasa. Aku ingin melihatnya lagi jika bisa .... Sayang sekali kita hanya bisa menyaksikan itu sekali dalam setahun, seandainya festival itu berlangsung setiap hari, mungkin aku bahkan tidak akan merasa bosan." Si gadis berambut merah itu berkata sembil tersenyum. "Pastinya kau akan setuju dengan pendapatku 'kan, Audrey?" Dia lalu menoleh pada orang di sampingnya.
Gadis berambut merah pendek ini, merupakan seorang gadis yang mengenakan kacamata hitam kecil. Rambut merahnya itu tampak berkilau, yang di setiap ujungnya tampak melengkung dengan indah. Walau pakaiannya tampak sederhana, namun itu tetap tidak mampu untuk dapat menyembunyikan pesonanya, serta postur tubuhnya yang indah dan ramping. Gadis ini mungkin terlihat cukup dewasa dengan kesederhanaannya itu, namun, kedua mata zamrudnya yang cerah, yang juga bersinar dengan tanda kecerdasan, tanpa diduga memberinya wajah cantik yang juga tampak sedikit imut.
Berjalan tepat di sampingnya, adalah seorang gadis berambut perak yang memiliki tempramen yang halus dan anggun. Ketika dia menanggapi pertanyaan itu, dia memberikan anggukan pelan sebagai tanda persetujuannya.
Kedua gadis ini, tidak lain, adalah Audrey Victorica dan sahabatnya, Marnie Winston.
Setelah menyaksikan festival di Kota Nörph kemarin, kedua gadis ini, sepertinya telah benar-benar dibuat terpukau. Acara itu sangat spektakuler, dan faktanya, festival tahun ini jauh lebih meriah dari tahun sebelumnya. Tidak ada yang dapat meramalkan bahwa acara hari itu sebenarnya akan menjadi sangat meriah seperti itu. Bahkan Marnie dan Audrey yang tidak terlalu berharap akan hal itu, menjadi tak bisa berhenti untuk terus membicarakannya.
Kedua gadis ini bahkan menjadi merasa sedikit menyayangkan, mengingat bahwa Seth pada hari itu tidak dapat pergi untuk menyaksikannya.
Di saat ketika kedua gadis ini sedang melanjutkan topik diskusi mereka, tanpa disadari keduanya telah mencapai ujung koridor akademi.
Lorong-lorong koridor yang mereka lewati itu sepenuhnya terbuat dari batu, yang hampir sepenuhnya dihiasi oleh ukiran-ukiran unik yang dibuat dengan cukup elegan. Dan pada ujung koridor, yang tepat mengarah ke luar, dihiasi oleh beragam jenis tanaman hias serta pohon-pohon bunga. Tempat itu memberikan suasana yang terasa sejuk dan menenangkan hati bagi setiap orang yang melewatinya.
Secara keseluruhan, Courtass Academy memang bisa dikatakan sebagai sebuah tempat cukup mewah bagi orang-orang pada umumnya. Faktanya, seluruh bangunan dan luas tanah yang ditempati akademi ini mencakup area yang paling luas di seluruh Kota Nörph, bahkan mengalahkan luas keseluruhan dari bangunan kastil bangsawan utama yang berada di kota itu, dan bahkan, Courtass Academy memiliki lima kali ukuran penuhnya. Ditambah dengan kesan bersejarahnya sebagai bangunan tua, tidak akan mengherankan apabila ada orang yang akan salah mengira bahwa mereka sedang berjalan di dalam kastil milik kerajaan jika mereka masuk ke dalamnya.
Courtass Academy memiliki banyak koridor, yang berfungsi sebagai penghubung dari beberapa bangunan utama dan bangunan-bangunan lainnya yang lebih kecil. Dan dalam aspek ini, dengan luasnya antara setiap bangunan, lorong-lorong itu praktis telah menjadi sebuah labirin yang cukup rumit untuk dipelajari.
Selain memiliki ratusan dari persimpangan dan penghubung, lorong-lorong itu memiliki tiga puluh lima titik sebagai tempat untuk keluar dan masuknya. Dan untuk tempat dimana Audrey dan Marnie berada saat ini, adalah satu-satunya titik keluar yang berada di sebelah timur. Maka dari itu, tempat itu bisa dikatakan cukup istimewa, yang juga karena dikenal sebagai salah satu tempat yang paling indah di akademi yang sangat luas ini.
Saat mereka berjalan keluar dari koridor dan melewati beberapa barisan pepohonan, Marnie yang sebelumnya masih bersemangat, tiba-tiba sedikit menghentikan pembicaraannya. "Eh? Ada apa di sana?"
Marnie tiba-tiba memandang pada suatu tempat di kejauhan.
Karena ingin mengetahui apa yang dilihat oleh sahabatnya, Audrey pun ikut mengalihkan arah pandangannya juga.
Dari kejauhan, tampak banyak dari para murid yang memenuhi sebuah bangunan besar. Karena itu adalah satu-satunya bangunan yang tak terhubung oleh koridor, itu menjadi tempat yang sangat mencolok untuk dilihat.
Tempat itu adalah arena latihan, bangunan yang khususnya dibuat untuk arena tanding dan uji coba dari latihan sihir. Tempat itu biasanya tidak terlalu banyak dikunjungi oleh para murid, terlebih lagi pada waktu-waktu seperti ini, yang bahkan belum sampai tengah hari.
Lagipula, pada saat ini sedang merupakan awal dari peralihan tahun pembelajaran yang baru. Selama satu minggu ini, tidak akan banyak yang bisa dilakukan di tempat itu, karena para murid belum mendapatkan materi untuk pembelajaran baru. Karena ini pula, tempat yang dikhususkan untuk uji coba itu tidak akan terlalu dibutuhkan.
Karena itu, melihat betapa banyaknya orang yang memenuhi bahkan sampai di area luarnya, telah menjadikan pemandangan itu cukup aneh untuk dilihat.
Lagipula, tidak mungkin jika hal-hal yang tidak menarik dapat menyebabkan pemandangan seperti itu terjadi.
Jelas bahwa ada sesuatu yang menarik yang membuat orang-orang berkumpul di tempat itu. Misalnya, sebuah pertandingan uji coba...
"Ayo pergi untuk melihatnya. Sepertinya, sesuatu yang menarik sedang terjadi di sekitar arena latihan." Kata Marnie.
Karena Audrey juga setuju, mereka berdua pun kemudian langsung berjalan menuju ke tempat yang dimaksud.
Setelah sampai di arena latihan, semakin jelas terlihat betapa banyaknya orang di tempat itu. Cukup sesak untuk berada di sana walau hanya sebentar. Meskipun, itu memang wajar, mengingat banyaknya orang yang memenuhi tempat itu.
Setelah beberapa lama tak mengetahui apa yang terjadi, Marnie pun bertanya pada salah seorang murid yang sejak tadi telah berada di sana:
"Hei, apa kau tahu apa yang terjadi di sini?"
"Sepertinya Arthbold sedang menantang seseorang untuk berduel melawannya."
"Ah, jadi orang sombong itu ya..." Marnie tersenyum pahit, dia segera kehilangan minatnya.
Orang yang bernama Arthbold van Weissman ini, adalah seorang murid yang cukup terkenal di Courtass Academy. Dia dikenal sebagai salah satu jenius muda yang telah menguasai kontrol sihir yang mengagumkan, khususnya untuk elemen tanah. Sayangnya dia juga terkenal karena sifatnya yang sangat arogan, dan dia sangat suka bertindak seenaknya.
Sejauh ini, Marnie memiliki kesan yang sangat buruk terhadap pemuda itu, terlebih setelah melihat perlakuannya terhadap dia dan sahabatnya.
Dari sekian banyak orang, Arthbold telah menjadi salah satu dari sedikit orang yang sangat dibenci oleh Marnie.
Karena itu, setelah mendengar bahwa orang itulah yang telah menyebabkan keributan ini, dia tak ingin untuk berlama-lama lagi, dan segera berbalik untuk pergi dari tempat itu.
Namun, sebelum dia bisa melangkah lebih jauh, murid itu kembali berbicara: "Oh iya, aku juga tadi sempat melihat bahwa orang yang ditantang Arthbold itu sepertinya bukan murid dari akademi ini."
Seketika, Marnie menghentikan langkahnya. "Dia bukan murid dari akademi ini?" Gadis itu mengerutkan keningnya, lalu kembali berbalik dan bertanya. "Seperti apa orang itu?"
"Entahlah, aku juga tidak terlalu memperhatikannya. Tapi kurasa, orang itu mengenakan sebuah topi berwarna ungu. Aku belum pernah melihat dia sebelumnya, dan orang itu tidak memiliki lambang akademi, jadi sepertinya dia memang bukan murid di sini. Aku bertanya-tanya, apa yang orang itu telah lakukan sehingga membuat orang macam Arthbold untuk pergi menantangnya..."
Marnie terdiam mendengarnya. Sebuah pikiran melintas di benaknya.
--Orang bertopi ungu? Jangan-jangan...
Saat Marnie sedang tenggelam dalam pikirannya, dia tiba-tiba tersentak karena seseorang telah menepuk bahunya.
Saat berbalik, dia bisa melihat Audrey, yang saat ini sedang diliputi kecemasan. Sepertinya sahabatnya itu telah mendengar percakapannya dengan si murid sebelumnya.
"Tenanglah, tidak ada gunanya jika terus mengkhawatirkan hal ini. Sebaiknya kita coba melihat dulu apa yang terjadi. Setelah itulah, kita bisa mengetahui apakah itu memang benar."
Setelah mendengar itu, Audrey pun mengangguk. Kata-kata Marnie sepertinya berhasil membuat Audrey menjadi lebih tenang. Ketika melihat bahwa Audrey telah menghilangkan kekhawatirannya, Marnie pun tersenyum.
Tetapi, bertentangan dengan apa yang ditunjukkannya, Marnie sebenarnya malah merasa bahwa kecemasannya tumbuh semakin besar seiring berjalannya waktu. Namun, karena dia tidak ingin untuk terlalu memikirkannya, Marnie pun menggelengkan kepalanya, dan berusaha untuk menyingkirkan hal itu dari benaknya.
Tanpa membuang waktu lagi, mereka pun segera bergegas masuk ke dalam arena yang sangat sesak itu, yang dipenuhi oleh orang-orang yang sedang menonton duel, untuk dapat melihat hal apa yang terjadi. Ketika mereka masuk semakin dalam, suara pertarungan dari tengah arena menjadi terdengar lebih nyaring. Jelas, pertarungan telah lama dimulai sejak tadi.
Setelah beberapa menit berlalu, Marnie dan Audrey akhirnya berhasil mencapai barisan yang terdepan. Akan tetapi, ketika melihat pemandangan yang ada di depan mereka, itu sontak membuat tubuh dan pikiran mereka membeku.
Berada tepat di tengah-tengah arena pertempuran, adalah sebuah pertarungan satu sisi yang sangat tidak seimbang.
Salah satu dari mereka terus melancarkan serangan sihir tanpa henti, orang itu adalah Arthbold. Sedangkan untuk yang lainnya, jangankan menyerang, bahkan untuk menghindar merupakan sesuatu yang hampir tidak bisa dilakukannya. Dan yang paling penting, orang itu, adalah seorang pemuda yang diketahui baik oleh Marnie maupun Audrey.
"Seth!" Kedua gadis itu menjadi sangat terkejut ketika mendapati apa yang sedang terjadi.
Marnie menatap tak berdaya atas apa yang dilihatnya. "Apa yang terjadi? Mengapa mereka malah bertarung .... Apakah, mereka yang telah memaksanya? Karena, tidak mungkin Seth yang akan melakukan hal semacam ini!" Tatapannya melayang ke arah komplotan Arthbold, yang saat ini sedang menonton pertarungan sambil tersenyum sinis. "Jangan-jangan, ini karena waktu itu?"
Mereka tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di sini, dan karena itulah, baik Marnie dan Audrey, sama-sama merasakan sedikit kemarahan dalam ketidakberdayaan mereka.
"Bukankah ini sudah sangat keterlaluan!?" Menghentakkan kakinya dengan marah, Marnie pun berteriak dengan cemas.
Namun, meskipun Marnie terlihat sangat cemas, Audrey lah telah benar-benar jatuh dalam rasa bersalah yang paling besar.
Jika bukan karena dirinya, Seth mungkin tidak akan mendapat masalah seperti itu...
Dan yang membuatnya semakin parah adalah, masalah bahwa duel ini ... ternyata bukanlah duel pertarungan yang resmi!
Setiap duel, yang dilakukan di arena latihan, harusnya dengan diawasi dan dibimbing oleh para guru. Hal ini dimaksudkan agar mencegah hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Jika tidak, maka konsenkuensinya juga akan cukup menakutkan.
Untuk menghindari adanya kemungkinan cedera parah maupun masalah lainnya yang mungkin berkaitan dengan itu, pengawasan dari seorang guru pembimbing akan sangat diperlukan.
Mengingat bahwa tidak ada bahkan seorang pun guru di tempat ini, cukup mudah untuk mengetahui apa yang mungkin akan terjadi nantinya. Arthbold pasti tidak akan melepaskan masalah ini dengan mudah, terlebih lagi, jika mengingat kepribadiannya yang seperti itu.
Memikirkan hal itu saat ini saja telah membuat kedua gadis itu merasakan kegelisahan serta kecemasan yang besar.
Kembali ke arena pertarungan, Seth saat ini masih terlihat terus menghindari serangan yang datang ke arahnya. Dengan cukup bersusah payah, Seth memang dapat menghindari serangan itu. Namun, saat ini sangat jelas bahwa situasinya sedang tidak menguntungkannya.
Saat melihat bahwa serangannya terus berhasil dihindari, Arthbold pun mendengus kesal. Lagipula, dia sebenarnya sangat ingin mengakhiri semua ini dengan cepat, namun ... Arthbold tidak pernah menyangka bahwa akan sesulit ini untuk mengalahkan seseorang yang dianggapnya sebagai sampah.
Dalam kemarahannya, Arthbold kembali mengayunkan tongkat sihirnya dengan gerakan cepat. Kali ini, serangannya menjadi dua kali lipat dari sebelumnya. Serangan yang sangat intens itu membuat Marnie dan Audrey, yang sedang menyaksikannya, ikut merasa frustasi terhadap situasi saat ini.
Tentu saja, Seth mulai terpojok atas serangan yang datang tanpa henti ke arahnya.
Kiri, kanan, atas, samping ... itu terus datang dari berbagai arah. Semakin lama serangan itu akan semakin sulit untuk dihindari. Kemudian, salah satu serangan dari Arthbold nyaris mengenai wajahnya. Dengan refleks cepat, Seth pun berhasil mengelak, dan akhirnya itu hanya menyebabkan luka kecil di pipi kirinya.
Namun, hanya hal kecil itu saja sudah cukup untuk menghentikan laju pergerakan Seth walau hanya sementara.
Dalam kilas momentum itu, perhatian Seth sempat teralihkan ke arah sudut arena. Di sana, dia melihat dua orang gadis yang dikenalnya, yaitu Audrey dan Marnie, yang saat ini sedang menatapnya dengan ekspresi khawatir.
'Mengapa mereka berdua ada di tempat ini?' Seth merasa sedikit terkejut dalam hatinya.
Akan tetapi, ketika perhatiannya sedang terbagi menjadi dua, dia terlambat untuk menghindari beberapa serangan lain yang sedang menuju ke arahnya. Ketika serangan dari beberapa bongkahan batu tajam itu telah berada beberapa jarak darinya, Seth hanya bisa mengandalkan gerakan refleks cepatnya untuk memblokirnya dengan kedua tangannya. Namun, walaupun begitu, dampaknya juga masih membuatnya terlempar beberapa puluh yard, hingga akhirnya, membentur dinding pembatas arena pertempuran dengan suara yang cukup keras.
Keadaan yang mengejutkan itu membuat para penonton yang berada di sekitarnya bersorak riuh. Namun, hanya Marnie dan Audrey yang merasa sangat panik ketika melihat pemandangan itu.
"Seth!!" Bahkan Marnie, tidak dapat menahan diri untuk tidak berteriak ketika melihatnya.
Saat itu Arthbold, yang sedang merasa sangat puas melihat hasil serangannya, segera mengalihkan perhatiannya ketika mendengar teriakan Marnie sebelumnya. Ekspresinya pun berubah penuh penghinaan dan cibiran saat melihat kedua gadis itu. "Oh, ya? Kupikir siapa, ternyata ada si putri gagal yang bersama dengan teman bodohnya disini .... Maaf, aku tidak sempat memperhatikan kalian sebelumnya, karena kalian terlalu tidak penting untuk dilihat mataku. Jadi, bagaimana? Apa kalian juga menikmati melihat proses bagaimana aku mencoba Sacred heirloom-ku? Ya, memang harus kuakui bahwa ini sangat menyenangkan! Jika kau ingin mencobanya juga, maka silahkan...."
"Arthbold!" Marnie menggeram. Dia benar-benar marah kali ini. Meskipun dia, entah bagaimana, selalu merasa kesal ketika sedang bersama dengannya, namun Seth, tetaplah merupakan seseorang yang pernah menyelamatkan sahabatnya walau hanya sekali. Karena itu pula, dia pun telah menganggap pemuda itu sebagai salah satu temannya, walaupun dia sendiri tidak terlalu banyak memilikinya. Kemudian saat ini, temannya itu, sekali lagi terluka tanpa alasan karena mereka. Bahkan orang yang melukainya juga orang yang sama, dan itu bahkan hanya karena masalah yang sama sekali tak berkaitan dengan pemuda itu. Memikirkan semua hal itu sampai disini, bagaimana mungkin Marnie saat ini hanya sedikit merasakan amarah saja?
Andaikan dia mampu, dia sangat ingin untuk memberikan pemuda sombong itu beberapa pelajaran.
"Kau benar-benar pengecut, Arthbold! Seharusnya kau tahu bahwa Seth bukanlah seorang penyihir, namun kau tetap saja melawannya. Aku tahu bahwa kalianlah yang telah memaksanya untuk melakukan ini, bukan? Apa kau masih punya harga diri saat melawan rakyat jelata yang lemah, terlebih lagi pada orang yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan masalah kalian!? Apa kalian tidak merasa malu?!" Marnie menatap tajam Arthbold, sama sekali tidak menyembunyikan kebencian dalam sorot matanya.
Menanggapi perkataan itu, Arthbold hanya terkekeh pelan. "Harga diri? Malu? Mengapa aku harus merasakan itu! Kau yang seharusnya tahu, bajingan yang tidak berguna ini adalah sampah yang telah dibesarkan oleh Sir. Charless, bertahun-tahun yang lalu! Guru sehebat itu sama sekali tidak memiliki murid selama berada di akademi ini, namun dia malah membesarkan sampah yang tidak berguna ini. Bukankah itu tidak adil? Harusnya, orang berbakat seperti akulah yang pantas berada dalam bimbingannya!
"Dan hari ini, aku hanya sekedar menantangnya untuk melihat apakah dia memang orang yang pantas untuk mendapatkan perhatian Sir. Charless itu .... Namun, lihatlah hasilnya, ini sangatlah mengecewakan!"
"I-itu ..."
Marnie dibuat terdiam ketika mendengarkan itu. Dia tak pernah menyangka bahwa Seth, adalah seseorang yang dibesarkan oleh sosok yang hebat seperti Charless Hugh, sang penyihir legendaris yang mendapat gelar kehormatan 'Sage Termuda dari Negeri Utara' yang sangat terkenal itu. Bahkan orang-orang di sana, yang sedang menonton pertarungan, dibuat terkejut ketika mendengarnya.
Namun, Marnie saat itu tiba-tiba tersentak ketika sebuah ingatan melintas di benaknya.
"A-Apa? Ini tidak mungkin ... Seth benar-benar..." Marnie baru saja teringat bahwa Seth memang pernah mengatakan bahwa dia telah besarkan di akademi ini, dan yang menjadi walinya adalah Sir. Charless Hugh. Namun, pada saat itu, dia menganggapnya itu sangat tidak mungkin dan malah mengatakan bahwa Seth sedang mengada-ada. Tidak pernah sekalipun walau dalam pikiran terliarnya, dia akan berharap bahwa itu benar-benar adalah kenyataan.
Seharusnya, tindakan menyerang rakyat jelata merupakan suatu hal yang tabu bagi para bangsawan. Namun ... dengan identitas Seth sebagai seorang murid langsung Charless Hugh, itu juga membuat segalanya menjadi rumit. Karena jika memang seperti itu, maka status Seth saat ini, adalah setara dengan status murid akademi biasa. Dan di dalam akademi, setiap kedudukan dari semua murid adalah sama!
Yang artinya, pertarungan antara Arthbold dan Seth, mungkin saja tidak melanggar peraturan sama sekali.
Sebelumnya, Marnie tidak bisa mengerti mengapa Arthbold menantang Seth hari ini. Namun, setelah mendengar kata-katanya, dia pun sadar bahwa mereka telah menemukan alasan yang tepat untuk melakukannya.
Melihat wajah terkejut dan pucat dari kedua gadis itu, Arthbold tidak lagi menahan ekspresi penghinaannya. "Hah! Apakah kalian sekarang sudah sadar? Orang ini benar-benar seseorang yang tidak berguna, dia adalah sampah! Orang lemah yang tak bisa berbuat apa-apa!"
Anggota komplotan Arthbold yang lainnya juga ikut tertawa saat mendengar itu. Arthbold lalu melanjutkan sambil tersenyum sinis, "Itu sama seperti kalian berdua ... orang tidak berguna yang mengganggu pemandangan. Kalian tidak lebih dari sampah; seorang putri gagal yang tak bisa menjadi penyihir, dan sahabatnya yang bodoh .... Sungguh, ini sangat konyol sehingga bisa membuatku tertawa! Apa kalian hanya hidup untuk bercanda? Kalau begitu—"
Namun, sebelum Arthbold bisa melanjutkan kalimatnya, sebuah suara lain terdengar: "Sebaiknya kau tarik kembali kata-katamu dan meminta maaf. Aku sudah tidak bisa menjamin bahwa aku akan dapat menahan diri lagi."
Suara yang tenang namun dingin itu tidak terlalu keras, namun itu sudah cukup untuk didengar oleh semua orang di sana. Sontak para murid di tempat tersebut menoleh ke arah suara - yaitu Seth, yang sebelumnya sempat dihiraukan, dan saat ini ternyata sedang terduduk di tempatnya dengan sikap yang tenang.
Penampilannya dengan ekspresi yang tidak bisa ditebak itu telah membuat suasana di sekitarnya menjadi dingin, seolah-olah udara berat mencekik setiap orang yang memandangnya.
Dan mungkin karena terlalu sibuk oleh kesombongannya, hanya Arthbold sendiri yang tak dapat menyadari hal itu. Pemuda itu masih tetap mempertahankan sikapnya yang congkak. "Heh! Lalu apa? Kau akan datang untuk menghajarku?"
Seth diam dan tidak menanggapi pertanyaan itu, wajahnya masih tetap dingin tanpa ekspresi.
"Apa? Mungkinkah, kau marah?" Arthbold tertawa memprovokasi, kemudian mengangkat kepalanya dengan angkuh dan berkata, "Apa yang kukatakan sebelumnya itu adalah kebenaran. Apa ada yang salah dengan itu? Kenyataannya bahwa mereka memang tidak berguna, mereka itu hanyalah SAMPAH! Memangnya apa yang bisa—"
Namun, sebelum Arthbold dapat melanjutkan kalimatnya lebih jauh, Seth mulai berdiri. "Kau tahu apa yang paling kubenci?" Dia bertanya dengan suara datar.
"Apa-" Kali ini, bahkan sebelum Arthbold dapat berbicara, dia merasakan hembusan angin datang menghampirinya. Sebuah suara hantaman yang keras lalu terdengar oleh semua orang, bergema hingga ke seluruh sudut arena. Sebelum ada yang dapat menyadari apa yang terjadi, tubuh pemuda itu telah melayang di udara, berputar sekitar 1080 derajat lebih sebelum akhirnya berhenti dan mulai jatuh ke tanah.
"...!!"
Semua orang dikejutkan dengan apa yang baru saja terjadi. Semua itu terjadi dengan sangat cepat, bahkan terlalu cepat untuk dapat dilihat oleh kedua mata mereka!
Namun, seakan masih kurang, ketika Arthbold bahkan belum dapat mengambil nafas, seberkas bayangan dengan sangat cepat terlihat melesat kearahnya. Saat diperhatikan, sosok itu ternyata adalah Seth, yang sebelumnya masih berada beberapa puluh meter jauhnya dari jarak antara dia dan Arthbold. Kecepatannya itu tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata! Di saat momentum yang singkat itu, suara hantaman keras kembali terdengar, mengguncang hati dan pikiran setiap orang di sana.
Seluruh proses tindakan ini, mengambil waktu hanya sekitar kurang dari satu detik. Namun, setelah melihat pemandangan hasil dari semua itu, setiap orang dibuat tak dapat berbicara. Untuk pertama kalinya dalam hidup mereka, orang-orang di sana meragukan apakah ada yang salah dengan pengelihatan mereka.
Namun, setelah mengalihkan kembali pandangan mereka ke bawah, mereka pun akhirnya menyadari bahwa ini memang nyata ....
Arthbold, yang sebelumnya bersikap sangat sombong, saat ini berada dalam kondisi yang sangat menyedihkan. Tubuh orang itu, sekarang telah terkapar di tanah, dalam posisi bersujud tepat ke arah Marnie dan Audrey!
Semua orang secara kolektif menarik nafas dingin ke dalam paru-paru mereka. Sampai saat ini, semuanya baru menyadari bahwa sejak tadi mereka telah lupa untuk bernafas.
Seth berjalan dengan tenang ke arah Arthbold, tanpa sedikitpun menghiraukan tatapan orang-orang padanya. Dia kemudian melanjutkan kalimatnya, yang sejak tadi belum sempat dirinya katakan: "Aku paling benci orang bodoh yang arogan, terlebih lagi orang-orang yang hanya bisa memandang rendah orang lain. Ya, itu seperti kau, orang bodoh yang takkan dapat menyadari betapa rendahnya dirimu sendiri, kecuali dibuat tersujud di depan kesalahanmu untuk menyadari perbuatan busukmu selama ini."
Tubuh Arthbold bergetar hebat. Dia lalu terhuyung ke samping, dan terus memegangi perutnya karena rasa sakit yang luar biasa. Wajah tampannya yang angkuh itu kini tampak menyedihkan karena dipenuhi luka memar. Dia meraung, "Sialan! Keparat! Kau akan menyesali ini! Kau pasti akan menyesali—"
Teriakan kutukannya berhenti ketika Seth menatap ke arahnya. Walaupun itu hanya tatapan biasa, Arthbold seakan-akan merasakan dingin merayap ke tulang belakangnya. Tatapan itu seperti memiliki sedikit aura berbahaya. Bagi anak keturunan bangsawan yang tidak terbiasa dengan mimpi buruk seperti itu, bagaimana mungkin dia tidak merasakan takut?
Tubuh Arthbold yang meringkuk mulai berusaha untuk mencoba menjauh dari Seth. Dia kemudian mulai mundur, hingga akhirnya menempel ke dinding pembatas arena. Di saat melihat bahwa dia tidak memiliki cara lain untuk melarikan diri, sementara Seth masih terus melangkahkan kakinya, Arthbold mulai merasa putus asa. Untuk pertama kalinya, dia mulai menyesali tindakannya karena memprovokasi orang lain.
Seth semakin mendekati Arthbold di setiap langkahnya. Namun ... bagi Arthbold, itu bagaikan satu langkah dari bayangan kematian yang terus mendekat, menuju ke arah dirinya ...
"Tidak! Jangan dekati aku!" Arthbold menjerit ketakutan. Pemuda itu kemudian dengan gelisah mencari bantuan di sekitarnya, lalu menoleh ke arah teman-temannya, "Hei! Apa yang kalian tunggu!? Cepatlah dan bantu aku singkirkan bedebah ini! Hei ... ayolah!" Namun, masing-masing dari temannya bahkan tidak ingin menatapnya. Pada akhirnya, mereka menyerah untuk ikut campur masalah ini karena merasa takut jika tidak sengaja terlibat di dalamnya.
Kenyataan itu hanya semakin membuat hati Arthbold merasa putus asa.
Ketika itu, Seth pun akhirnya berhenti di jarak sekitar sepuluh langkah dari Arthbold, menatap pemuda menyedihkan itu dengan tenang. Arthbold, yang biasanya selalu memandang rendah orang lain, kini akhirnya merasakan bagaimana ketika situasinya terbalik. Perasaan malu dan kemarahan menguasai dirinya. Namun, apa yang dapat dia lakukan hanyalah menundukan kepalanya, tidak berani menatap Seth secara langsung.
Seth lalu berkata: "Aku bukanlah tipe orang sederhana yang akan melakukan sesuatu tanpa alasan yang jelas. Harusnya seperti itu, sampai akhirnya kau seenaknya melibatkan mereka berdua ... itu adalah garis bawah yang tidak dapat kutoleransi."
Seth mengalihkan tatapannya pada Marnie dan Audrey, lalu berkata: "Mereka mungkin hanya memaksaku untuk berteman pada waktu itu. Tapi ... aku benci melakukan suatu hal dengan setengah-setengah; itu bukan bagaimana caraku melakukan sesuatu." Tatapannya kembali pada Arthbold, nada suaranya mulai menjadi semakin dingin ketika berbicara:
"Jadi, biar kuberitahu kau satu hal: mereka yang telah kupanggil dengan sebutan 'teman' ... akan kupastikan bahwa semua itu bukanlah hanya karena sebatas kata-kata belaka .... Bahkan jangan pernah berpikir bahwa kau akan bisa menghina mereka seenaknya!"
"...."
"...."
Segera, keheningan mutlak mencengkram kerumunan orang. Bahkan suara nafas yang paling pelan akan terdengar dengan jelas pada saat itu. Namun, entah siapa orang yang memulainya lebih dulu, para murid disana akhirnya berangsur mulai tersadar:
"T-Tunggu dulu, bukankah Arthbold ... dikalahkan!?"
"I-Itu benar..."
"Semudah itu?! Siapa dia?"
"Kalau tidak salah dia bukan penyihir, kan? Tapi, jika memang begitu, maka seberapa kuat dia?"
"Bahkan aku sendiri tidak yakin bisa mengalahkan Arthbold..."
"Arthbold sudah terlalu lama sombong, dia pantas untuk mendapatkannya kali ini!"
"Tapi, orang bertopi itu memang hebat..."
"Benar, itu terlalu hebat!"
"Haha! Ini luar biasa!!"
Seakan dimulai dengan percikan kecil, berbagai sorakan bergema memenuhi sekitar arena tanding. Dalam jangka waktu beberapa detik, keadaan mulai menjadi gegap gempita.
Tidak akan ada yang pernah menyangka, seorang jenius muda akademi itu ternyata dikalahkan sedemikian rupa oleh seseorang, yang bahkan identitasnya bukan bangsawan atau penyihir!
Kabar itu mulai menyebar bagaikan api. Sebelumnya, jika ada yang mengatakan bahwa hal itu memang terjadi, mereka akan dianggap sebagai orang bodoh yang sedang membual. Tapi, dengan banyaknya saksi mata atas peristiwa mengejutkan ini, tidak akan lama sebelum itu akan menjadi topik pembicaraan bagi semua orang.
Saat ini, dalam kerumunan yang sangat ribut itu, hanya ada dua orang yang terdiam. Kedua orang itu adalah Marnie dan Audrey. Mereka terdiam karena tidak tahu harus berkata apa, hanya dapat terdiam melihat apa yang terjadi. Namun, sejak awal sampai akhir, pandangan mata mereka tidak pernah berubah. Keduanya hanya terus menatap lurus pada orang yang telah menjadi penyebab keributan saat ini.
"Seth..."
Dalam ketidakberdayaan di hati mereka, adalah kebingungan atas rasa terima kasih mereka. Seolah warna dunia di sekitar mereka memudar, kedua gadis itu tidak lagi memperhatikan apa yang terjadi di sekitar mereka.
Hanya, di dalam sorot mata keduanya, apa yang tercermin darinya ... adalah satu sosok dari pemuda itu.
《--To be continued--》
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro