Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 6 | Orang Baru

NOW PLAYING | Halsey - Without Me

SELAMAT MEMBACA CERITA INEFFABLE

CHAPTER 6 | Orang Baru

Ternyata dibalik semua sifat sempurna kamu, kamu punya satu kekurangan. Selera humor kamu buruk.

***

SEPERTI yang sudah dijanjikan oleh Nikolas dia menemani Trisha ke kafe yang dekat dengan sekolah mereka. Sebelumnya dia juga sudah mengabari Aagam kalau mereka tidak pulang bersama. Jangankan dibalas pesannya dibaca saja tidak, padahal jika Trisha melakukan hal yang sama seperti Aagam, cowok itu pasti sudah mencak-mencak seperti ibu tiri. Aagam akan membahas kebaikan-kebaikan yang pernah keluarga dia berikan kepada Trisha, termasuk kasih sayang orang tuanya.

Jujur saja, Trisha merasa kesal dan bosan dengan semua ucapan Aagam, tapi lama-lama menjadi terbiasa dan menganggap semua itu hanya angin lalu.

Entah mengapa semenjak Aagam tahu Trisha akan bekerja, dia menjadi sering menyindir Trisha, bahkan Aagam terang-terangan mengganggu Trisha. Saluran listrik ke kamar Trisha di cabut, atau wifi di rumahnya dia ganti password atau yang lebih parahnya baju Trisha dijadikan kain pel. Saat Trisha tegur, Aagam cuma mengatakan, "Oh itu baju lo, mirip kain pel sih." Setelah mentakan itu dengan wajah tanpa dosanya, dia berlalu pergi.

"Ca, kenapa?" tegur Nikolas saat dia mendapati Trisha yang tengah melamun saat berjalan disampingnya.

"Hah?" respons Trisha dengan wajah yang cukup kaget dengan teguran Nikolas, "Gue gapapa kak."

"Gue berantem lagi sama Dian," curhat Nikolas

"Bentar lagi juga kalian balikan," ujar Trisha santai. Pasalnya mereka memang seperti itu, sering sekali bertengkar karena masalah sepele, namun tak lama dari itu Dian akan meminta maaf. Kalau dipikir-pikir memang Dian-lah yang menyebabkan permasalahan di antara dia dan Nikolas.

"Ca, kayanya gue mau putus aja deh sama Dian."

Mata Trisha melotot menatap ke arah Nikolas meminta penjelasan lebih. Tatapannya seolah bertanya apa dia ikut terlibat di masalah percintaan mereka.

Nikolas langsung menggeleng, "Bukan karena elo kok, guenya aja yang cape ngadepin sikap dia."

"Kalau cape kenapa pacaran?"

Nikolas menaikkan bahunya. Pertanyaan Trisha tidak terjawab, karena sekarang mereka sudah sampai di dalam kafe. Nikolas langsung berbicara dengan seorang karyawan, setelah itu karyawan tersebut mengantarkan Nikolas dan Trisha ke sebuah ruangan.

"Mas Aidan sudah nunggu di dalam."

"Kok dia manggil Bos-nya mas sih bukan pak?" bisik Trisha

"Aidan masih muda Ca, dia gak mau disebut Bapak, maunya di panggil Mas. Nanti lo juga manggil dia mas kok."

"Berasa manggil suami aja," cibir Trisha

"Aidan jomlo kok Ca."

Trisha mengabaikan perkataan Nikolas barusan. Nikolas menarik kenop pintu dan mendorongnya. Raut wajah Trisha terlihat terkejut, namun beberapa detik kemudian dia berhasil menetralkan raut wajahnya menjadi biasa saja.

Sebenarnya saat Nikolas mengatakan bahwa Aidan masih muda, Trisha tidak berekspetasi benar-benar muda, dia mengira bahwa Aidan adalah cowok berumur 25 tahun ke atas, namun nyatanya dia benar-benar seumuran mereka. Ini antara wajah dia yang menipu atau memang Aidan benar-benar muda.

"Jadi ini yang mau kerja di Coffeetime?"

"Iya, namanya Trisha," jawab Nikolas, lalu Aidan menyuruh keduanya untuk duduk.

Kesan pertama bertemu Aidan, gaya berpakaian dia hampir sama dengan Aagam. Trisha hanya berharap bahwa sifat mereka berbeda.

"Mana surat lamaran kamu?" pinta Aidan kepada Trisha

"eh..." Trisha menatap Aidan bingung, dia tidak menyiapkan surat lamaran apapun. Dia hanya datang setelah Nikolas memintanya datang. Trisha pikir, tidak membutuhkan surat lamaran karena dia punya relasi untuk kerja disini.

"Mau ngelamar kerja kan?" Raut wajah Aidan serius menatap Trisha, "atau mau saya lamar?" Aidan tersenyum, menampilkan lesung pipinya yang manis.

Tetapi bercandaan Aidan barusan hanya ditanggapi dengan wajah datar milik Trisha.

"Gak lucu Mas," sarkas Trisha

"Belum kerja aja udah manggil Mas."

"Apa mau dipanggil Om?"

"Selera humor kamu buruk ya..." Lalu Aidan kembali menatap ke arah Nikolas dan mengobrol, terlihat mereka begitu akrab dan Trisha diabaikan seolah dia benar-benar tak berguna.

Cukup lama Trisha diam, lalu dia menginterupsi Aidan dan Nikolas.

"Jadi diterima gak, nih?" tanya Trisha

Aidan mengangguk, "Iya, makanya kan saya panggil kamu kesini." Aidan menghela napasnya terlebih dahulu, "Sebelumnya saya udah nanya-nanya juga tentang kamu sama Nikolas, tapi Nikolas mengatakan yang bagus-bagus semuanya. Saya jadi ingin tahu kamu punya kekurangan enggak?"

Ditanya pertanyaan tak biasa itu Trisha malah terdiam, cukup lama, sampai akhirnya Aidan tersenyum ke arah Trisha.

"Padahal saya yang baru pertama ketemu sama kamu hari ini aja, saya udah tau kekurangan kamu apa," terang Aidan

Trisha mengerutkan dahinya, karena selama ini semua orang selalu memujinya. Namun, sebagian dari mereka juga tak menyukai Trisha karena dia terlalu berambisi, namun Trisha hanya beranggapan bahwa orang-orang itu iri terhadapnya dan ingin menjadi sepertinya.

"Kekurangan kamu itu selera humor kamu buruk, terlalu serius." Aidan tersenyum ke arah Trisha, "Gapapa, lama-lama sifat kamu yang seperti itu hilang setelah mengenal orang-orang di kafe ini, semoga betah ya. Kamu bisa mulai kerja sekarang." Aidan menglurkan tangannya untuk berjabat tangannya dengan Trisha, Trisha menerima uluran tangan Aidan dan bersalaman. Tangannya yang cukup besar membungkus tangan mungil Trisha.

Aidan, Nikolas dan Trisha keluar dari ruangan Aidan, lalu Aidan memanggil salah satu staffnya untuk mengambilkan apron buat Trisha. Trisha juga mendengarkan aturan-aturan dasar dari Aidan. Trisha sempat bertanya, Aidan punya banyak karyawan mengapa dia susah-susah melakukan ini kepada karyawan baru, namun Aidan mengatakan bahwa kafe ini adalah hidupnya, dia ingin dekat dengan semua karyawannya agar karyawannya merasa nyaman dan kerja ikhlas.

Kalau dipikir-pikir kafe ini tidak terlalu luas, namun tidak pernah sepi pengunjung. Mungkin itu pengaruh dari sifat baik atasannya sendiri.

"Kenalin Mam, ini Trisha, karyawan baru..." Aidan mengenalkan Trisha kepada lelaki yang mengambilkan apronnya.

"Trisha."

Imam mengangguk, "Imam."

"Jadi Trisha ini bakalan kerja part time, kalau kamu butuh apa-apa atau ada yang kurang ngerti selagi saya gak ada di kafe, kamu bisa tanya Imam, soalnya dia yang paling lama ikut sama saya."

Setelah mengobrol sedikit, kemudian Aidan pamit karena dia masih ada kelas di kuliahnya. Entah mengapa melihat Aidan begitu memperhatikan pendidikannya membuat Trisha tersenyum sekilas. Namun, lamunan Trisha tidak lama karena Imam menginterupsinya dan meminta Trisha untuk melayani tamu yang baru saja datang dan duduk di sofa pojok.

Trisha mengangguk dan mengambil buku menu, setelah itu dia menghampiri meja pojok. Tetapi, disaat jaraknya tinggal beberapa langkah lagi menuju meja tersebut, Trisha terdiam, itu Aagam bersama teman-temannya. Entah mengapa, Trisha cukup yakin bahwa semua ini adalah ulah Aagam, cowok itu benar-benar tak membuatnya tenang sedikitpun, padahal dari dulu mereka tak pernah berinteraksi selama di sekolah dan itu menenangkan untuk Trisha. Tapi, akhir-akhir ini sifat menyebalkan Aagam bertambah berkali-kali lipat.

"Selamat sore..." Trisha tersenyum kepada semuanya, karena perintah Aidan adalah memperlakukan pelanggan sebaik mungkin, meskipun suasana hati tidak baik.

Orang yang pertama kali menoleh adalah Farhan, disusul Tito dan Rayhan, sementara Aagam masih fokus menatap ponselnya.

"Lho Tica? Sejak kapan kerja disini?" tanya Raynald cukup terkejut dengan kehadiran Trisha di depannya.

Trisha tersenyum ramah, "Dari hari ini, kalian mau pesan apa?"

"Kalau gue pesan banyak makanan, gue bakalan dapet nomer handphone lo gak, Ca?" Tito mengedipkan sebelah matanya menggoda Trisha.

Trisha melirik sekilas ke arah Aagam, namun cowok itu benar-benar tak melihat ke arah Trisha sedikitpun.

"Ca gimana? Lo jadi pacar gue aja gak perlu kerja di kafe gini kalau perlu duit, gue kasih deh tiap hari." Perkataan Tito barusan berhasil membuat Aagam menurunkan ponselnya, dan menyela godaan Tito ke arah Trisha.

"Udah... udah... sekarang mau pesan apa kalian?" ketus Aagam, Tito langsung protes, sementara Farhan dan Raynald tertawa.

"Gue mau cappucino, banyakin ya esnya Ca, terus sama Big crunch chicken cheese burger."

Trisha mencatat pesanan yang diucapkan oleh Raynald.

"Peppy chicken roll sama cappucino dikit esnya," ucap Tito dan Trisha masih menulisnya dengan telaten.

"Gue mau Americano aja Ca," ucap Farhan, Trisha mengangguk.

Lalu Trisha melihat ke arah Aagam, "Kalau kamu?"

"Gue beli kafenya, bisa?"

***

TERIMA KASIH TELAH MEMBACA INEFFABLE

SEMOGA KALIAN SUKA.

MUNCUL TOKOH BARU, KIRA-KIRA BAKALAN JADI SAINGAN AAGAM GAK YA?

#AAGAM

#NIKOLAS

#AIDAN

[salam kenal dari Raynald yang pernah naksir Trisha]

Dari ketiga cowok itu, kira-kira siapa yang bakalan dapetin hati Trisha pertama kali?

***

Follow instagram :

asriaci13

aagamaffandra

trishaadhiyaksa

With Love,

Aci istri sah dan satu-satunya Oh Sehun

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro