Chapter 16 | Semua untuk Trisha
NOW PLAYING | AVA MAX - SO AM I
SELAMAT MEMBACA CERITA INEFFABLE
[TICAGAM]
***
BAGIAN ENAM BELAS | SEMUA UNTUK TRISHA
Aku tak tau mana yang terbaik, maka aku belikan semuanya untukmu.
***
Entah mengapa melihat wajah Farhan berseri-seri hari ini membuat Aagam merasa kesal. Berulang kali Farhan bertanya dengan nada ramah kepadanya, namun Aagam selalu menjawabnya dengan ketus. Farhan tak bertanya kenapa, karena biasanya mood Aagam mudah sekali berubah.
Mungkin, untuk Farhan, Aagam terbiasa seperti ini apalagi ketika dirinya membahas cewek. Aagam menjadi sensitif, dia memang mengatakan tak akan berpacaran ataupun mengenal lebih dekat cewek manapun selama sekolah.
"Lo punya pacar baru ya, Han?" tanya Aagam
Farhan menaikkan satu alisnya ke arah Aagam, "Kenapa emangnya?"
"Lo keliatan seneng aja, gitu," jawab Aagam sambil memainkan ponselnya, berusaha tak peduli padahal dia benar-benar kepo setengah mati akan hubungan Farhan dengan Trisha.
Aagam tak percaya dengan ucapan Trisha yang mengatakan bahwa dia dan Farhan tidak punya hubungan apapun, dia harus mendengar dari sisi Farhan juga supaya bisa memastikan keduanya akan hubungannya.
"Lo deket sama Tica?" tanya Raynald yang ikut nimbrung dengan obrolan mereka, "Lo kan tau gue suka Tica, Han."
"Lo kan suka Tica dulu, lagian sekarang lo juga punya pacar, kan?" Farhan mebalas pertanyaan Raynlad dengan cuek, Raynlad memang bucinnya Trisha.
Dulu dia memang mengejar-ngejar Trisha, namun tak kunjung mendapatkan respons yang baik dari Trisha, sampai akhirnya Raynald beberapa kali berpacaran dan tidak mengejar Trisha lagi. Tetapi saat masuk kelas sebelas kemarin, tiba-tiba saja Trisha menjadi topik geng mereka lagi karena penampilan barunya yang cukup berubah dari kelas sepuluh kemarin.
"Jadi, lo sama Tica sekarang, Han?" tanya Tito
"Enggak, gue lagi berusaha," jawab Farhan disertai dengan senyumannya
"Berusaha? Dapetin Tica?" Tito kembali merespons, sementara Aagam masih diam.
Dalam hati Aagam berkata, "Terus Tit pancing terus supaya si brengsek ini ngomong hubungannya dengan Tica."
"Tau sendiri kan Tica itu susah dideketin, dia itu cewek yang benar-benar layak diperjuangkan. Bukan sok jual mahal, tapi dia itu enggak murahan. Gak harus berpenampilan cantik dengan mengepaskan sergamanya karena dia menarik dengan auranya sendiri." Farhan menjawabnya sambil mesem-mesem sendiri, layaknya orang yang tengah jatuh cinta.
Aagam jengah dengan ini semua. Farhan menjadi alay hanya karena seorang Trisha. Padahal Trisha tidak benar-benar seperti gambaran Farhan. Dimata Aagam, Trisha itu hanya pesuruh yang tidak tahu diri dan terkadang membuat Aagam kesal karena Trisha tak pernah membantahnya dan selalu mengiyakan permintaan Aagam.
Trisha itu, mau dijajah oleh Aagam.
"Tapi hari ini dia sakit, gara-gara semalem gue ajak pergi naik motor. Gue harus ganti mobil kayanya," ujar Farhan
Bukan karena naik motor, tapi Trisha itu sakit karena Aagam kunci pintu gerbangnya jadi dia tidak bisa masuk. Percaya diri banget sih bisa bikin Trisha sakit. Tidak ada yang boleh menyakiti Trisha, kecuali Aagam sendiri.
"Eh Gam, Tica satu komplek kan sama lo, lo gak kenal Tica gitu? Gak pernah ketemu sama dia?" Farhan menoleh ke arah Aagam.
"Gak tuh," jawab Aagam tak acuh.
"Jangan bohong lo!"
"Ya lo pikir komplek rumah gue segede apa? Rajin banget gue merhatiin tetangga satu-satu, lagian siapa Tica, ngapain gue harus merhatiin dia, gak guna amat," sinis Aagam
"Iya iya... tuan gak suka cewek," ucap Farhan yang sudah menyerupai cibiran
Obrolan mereka terhenti karena Marissa menghampiri meja mereka dan mengajak Aagam untuk menemaninya makan siang. Aagam langsung mengiyakan permintaan Marissa dengan bangkir dari kursinya dan mencari meja kosong untuknya dan juga Marissa. Marissa melingkarkan tangannya di lengan Aagam, dan Aagam biasa saja seperti tak terganggu sama sekali.
"Mau makan apa, Ris?"tanya Aagam ramah kepada Marissa
Marissa mengemperlihatkan kantong ramah lingkungannya ke depan Aagam dan mengeluarkan kotak makanannya. Aagam tersenyum melihat hal itu, dia tidak perlu mengantre untuk membelikan Marissa makanan, dia membawanya sendiri.
"Aku lagi gak makan berat Gam, lagi makan sehat," ujar Marissa
"Kamu udah kurus kan? Ngapain diet lagi sih? Gak sayang sama badan kamu sendiri, ya?"
"Kalau kamu sayang sama aku gak, Gam?" tanya Marissa
"Ya jelas sayanglah, kamu kan temen aku, gimana bisa aku gak sayang kamu?"
"Lebih dari teman?"
Mendengar pertanyaan Marissa barusan membuat Aagam berpikir sejenak, sebelum akhirnya Marissa menawari Aagam sandwichnya, dia mengalihkan topik pembahasan mereka berdua. Aagam terlalu polos sebagai seorang cowok, dia masih seperti bayi. Tampilannya aja yang keren tapi dia tidak mempunyai pengetahuan apa-apa.
"Mau aku suapin?" tawar Marissa
Aagam mengangguk, lalu Marissa mengambil sepotong sandwich dan menyuapkannya ke mulut Aagam. Aagam terlihat senang dengan matanya yang berbinar. Marissa bahagia melihatnya seperti itu. Meski dia meninggalkan Aagam selama satu semester kemarin, Aagamnya tidak pernah berubah sama sekali.
***
"Kenapa harus Aagam beliin Tica bubur sih, Mi?" Aagam mengomel dibalik telepon, sebelum akhirnya telepon itu terputus.
Maminya meminta Aagam membelikan Trisha bubur dan juga obat, sementara Aagam tak mengerti dia harus membeli bubur dimana dan obat apa. Maminya keburu menutup teleponnya dan saat Aagam mengirimi pesan pun tidak dibalas, katanya sedang ada meeting, kan menyebalkan.
Sejak kapan dia menjadi pesuruh Trisha? Menyusahkan sekali.
Aagam mencari pedagang bubur di applikasi go-foodnya untuk mencari alamatnya, dia menemukan beberapa pedagang bubur. Namun, dia tidak tahu harus membeli yang mana, karena yang enak atau yang Trisha suka dia tidak tahu. Biasanya, dia langsung makan bubur tanpa tahu membelinya dimana.
Mengirimkan pesan kepada Trisha juga tak kunjung dibalas, sudah berasa ratu dia sekarang. Menyebalkan.
Namun meskipun begitu, Aagam tetap melajukan mobilnya ke penjual bubur.
"Beli berapa porsi Dek?" tanya Abang penjualnya
"Pokoknya porsi untuk orang yang sakit," jawab Aagam
"Pake kecap?"
"Aduh mana saya tau Bang, dia suka kecap apa enggak," omel Aagam, dia mencoba menelpon Trisha namun tak ada jawaban, "Yaudah bang, bikin semua varian, ada yang pake kecap ada yang enggak, ada yang pake sayurnya ada yang enggak, serah lah pokoknya semuanya beda-beda, saya gak tau dia sukanya apa."
Penjual bubur itu mengangguk dan membuatkan beberapa porsi untuk Aagam, sementara Aagam masih memainkan ponselnya dan berbalasan pesan dengan Marissa. Marissa mengatakan bahwa dia ada tawaran menjadi model di salah satu majalan dan dia bertanya kepada Aagam, apa dia harus mengambilnya atau tidak.
Selepas dari penjual bubur, Aagam langsung pergi ke apotek terdekat dari komplek rumahnya. Sebelum turun, Aagam melihat jok belakang mobilnya yang ada delapan porsi bubur yang ia jejerkan.
"Mbak saya beli obat demam," pinta Aagam
"Apa namanya Mas, soalnya ada banyak obat demam?" tanya Mbak-mbak apoteker
"Ya mana saya tau, kan Mbak yang jualan saya hanya beli."
Mbak-mbak itu menggelengkan kepalanya, lalu menurunkan beberapa obat demam di depan Aagam.
"Sebanyak ini?" tanya Aagam
Mbak-mbaknya hanya menjawab.
"Yang paling jelek yang mana?"
Biasanya orang jika diberi pilihan akan bertanya yang paling bagus mana, sementara Aagam bertanya yang paling jelek. Mbak-mbak itu hanya menatap ke arah Aagam heran.
"Gak ada yang jelek Mas, semua obatnya bagus kok."
"Yang paling gak ampuh deh, yang mana?"
"Saya kurang tau Mas, karena kan beda-beda setiap orang."
"Yaudah saya beli semuanya aja deh," ujar Aagam, dia tidak mau repot dengan memilih yang paling buruk dan kurang ampuh.
Cukup bahagia terkadang tidak melihat Trisha di sekolah yang menyombongkan kepintarannya, biar saja dia di rumah membusuk dan turun dari peringkatnya. Itu yang membuat Aagam puas, melihat Trisha menderita.
***
TERIMA KASIH TELAH MEMBACA CERITA INEFFABLE
KOMENTAR 1500 AKU LANJUT BAB SELANJUTNYA :)
***
Jangan lupa follow instagram :
asriaci13
trishaadhiyaksa
aagamaffandra
***
With Love,
Aci istri sah dan satu-satunya Oh Sehun.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro