Chapter 13 | Hanya Ingin Tahu Bukan Cemburu
NOW PLAYING | DEVANO DANENDRA Ft. AISYAH AQILAH - TEMAN CINTAKU (OST. MELODYLAN)
LAGUNYA ENA BANGET, HEHE.
SELAMAT MEMBACA CERITA INEFFABLE
CHAPTER 13 | HANYA INGIN TAHU BUKAN CEMBURU
Jangan besar kepala, aku melakukan ini semua karena aku takut dimarahi oleh orang tuaku.
***
RASANYA sepi duduk di meja makan sendirian, tidak ada Trisha ataupun orang tuanya. Aagam merasa sendiri, lalu dia menghela napasnya perlahan sebelum dia menyudahi sarapan paginya. Kata Bi Noni Trisha semalam demam dan belum turun. Namun, tiba-tiba kursi di depannya ada yang menarik, Aagam menaikkan tatapannya, Trisha, dia kini duduk di depan Aagam lengkap dengan seragam sekolahnya.
Raut wajahnya masih pucat, dan kelihatannya dia tidak bertenaga sama sekali.
"Mau ngapain lo?" tanya Aagam ketus
"Sekolah," jawab Trisha
"Serius lo?!" nada suara Aagam meninggi, dia benar-benar tak habis pikir dengan jalan pikiran Trisha yang masih mengatakan seperti itu di saat seperti ini.
Aagam berdiri dari kursinya lalu menghampiri kursi Trisha dan menarik tangannya dengan paksa. Trisha yang tidak mempunyai tenaga untuk menolak dia hanya merintih dan memohon Aagam melepaskannya, Trisha menangis, air matanya menyentuh tangan Aagam, disitulah Aagam melepaskan cekalan tangannya dari lengan Trisha.
"Tica mau sekolah Gam...," ucap Trisha dengan suara lemah
"Kenapa? Kasih gue tiga alasan kenapa lo harus sekolah sekarang?"
"Ada ulangan harian."
Mendengar alasan Trisha barusan, membuat Aagam semakin tak mengizinkan Trisha untuk pergi sekolah. Aagam setengah menarik lengan Trisha ke tangga, bahkan Aagam tak mendengarkan Trisha yang memohon untuk mengizinkannya pergi sekolah.
"Nurut atau gendong?" ancam Aagam, barulah Trisha menuruti Aagam dengan berjalan pasrah menuju kamarnya.
Aagam menyuruh Trisha untuk mengganti bajunya dan istirahat di kasur saja, lalu tatapan mata Aagam jatuh ke jaket Farhan yang digantung dibelakang pintu kamar Trisha. Lalu dia menatap ke arah Trisha menyelidik.
"Lo pacaran sama Farhan?"
"Enggak," jawab Trisha
"Lalu? Kenapa jaket dia ada di kamar lo?"
"Jaket yang mana?"
"Itu." Aagam menunjuk jaket yang tadi dia temukan, masih setengah basah, mungkin Trisha lupa belum meminta Bi Noni mencucinya.
"Emangnya yang punya jaket itu cuma Farhan?" Trisha menatap ke arah Aagam dengan raut wajah polos, membuat Aagam kesal.
Kalau saja Trisha tidak sedang sakit pasti Aagam akan memarahinya. Trisha mengatakan kalimat-kalimat menyebalkan seperti ini, seolah Aagam tengah menuduh Trisha berpacaran dengan Farhan.
"Gue liat snapgram Farhan, lo jalan sama dia, lo pacaran?" tanya Aagam, tampangnya masih sok cool, padahal dia benar-benar penasaran dengan hubungan Trisha dan Farhan.
Aagam hanya ingin tahu, bukan cemburu apalagi yang lainnya. Bahkan Aagam peduli kepada Trisha sekarang karena dia mempunyai sifat kemanusiaan bukan dia khawatir kepada Trisha. Ya, hanya itu, dia tidak berpikiran yang lainnya.
"Tica sekolah aja ya, Gam?" pinta Trisha, dia mengalihkan pembicaraan tentang Farhan.
"Seberapa penting sih ulangan harian buat lo?!"
"Gam..., kalau nilai Tica turun gimana? Kalau beasiswa nanti gak Tica dapat, gimana?"
"Ck." Aagam berdecak sebal, benar-benar menyebalkan.
Jujur saja dia tidak mengerti, mengapa di dalam otak Trisha hanya ada pelajaran, nilai, menjadi nomor satu di sekolah. Trisha terlalu ambisius sehingga terkadang dia lupa memikirkan dirinya sendiri, padahal jika tidak ikut ulangan harian satu kali pun, tidak akan berpengaruh kepada otaknya yang terlalu pintar itu.
Banyak orang yang berpikir, kalau pertemanan Trisha dengan Kimi bukanlah sesuatu yang tulus, mereka terlihat saling mensupport satu sama lain dari luar, sementara dari dalam mereka berusaha mengalahkan satu sama lain hanya untuk menjadi nomor satu dibidang pelajaran.
"Kenapa kalau lo gak dapat beasiswa? Lo juga bukan orang miskin yang gak mampu biaya sendiri, kan?" bentak Aagam, nada suaranya benar-benar terdengar kesal dengan alasan-alasan Trisha yang takut nilai turun, tidak mendapat beasiswa dan yang lainnya.
"Kenapa Aagam jadi posesif kaya gini sih? Biasanya gak peduli sama Tica?"
"Kalau lo sakit terus gue biarin sekolah, yang ada gue diomelin sama Mami dan Papi. Lo emang suka ya gue berantem sama Mami, Papi? Lo seneng gitu, berasa dibelain terus berasa anak kandung?"
Ternyata, alasan Aagam hanya karena takut dimarahi. Sepertinya Trisha terlalu berharap dengan Aagam berubah dan perasaannya sedikit melunak. Padahal, malam tadi, Trisha tidak menyangka Aagam akan menggendongnya, dia pikir Aagam akan membiarkannya mati kedinginan diluar. Karena itu yang dia inginkan.
Atau alasan sebenarnya Aagam menolong Trisha, karena dia ingin memperalat Trisha lebih lama lagi. Aagam, tak pernah berubah dan dia tetap tidak berperasaan.
"Oh, gitu, ya?" Trisha berusaha tersenyum, "Yaudah, Aagam cepet pergi sekolah nanti kesiangan, Tica mau istirahat."
"Aagam bisa bolos kok, sekarang gak ada pelajaran yang penting," ucap Aagam
"Semua pelajaran itu penting tau."
"Menurut Tica, menurut Aagam biasa aja tuh. Tica belum jawab pertanyaan Aagam, punya hubungan apa sama Farhan?"
"Gak ada hubungan apa-apa."
Jawaban Trisha bukanlah jawaban yang Aagam inginkan. Tidak mungkin jika mereka tidak mempunyai hubungan, Farhan akan memberikan Trisha jaketnya. Farhan kan begitu sayang sama jaketnya, pasti keduanya mempunyai hubungan yang spesial.
Ttrisha sudah pandai berbohong sekarang. Ada sebagian dari dirinya yang tidak suka jika Trisha menemukan teman yang baru, apalagi dia adalah temannya Aagam.
"Masa?"
"Kok Aagam pengin tau?"
"Kan Aagam bilang juangan punya pacar kalau Aagam punya pacar, jangan main sama temen-temen Aagam, masa masih gak ngerti sih?"
"Tica gak pacaran dan temenan," jelas Trisha
"Terus?"
"Waktu itu Tica gak sengaja ketemu Farhan pas berangkat sekolah, dia nawarin Tica bareng ke sekolah karena udah mepet waktu jadinya Tica ikut. Karena Tica pake rok, Farhan pinjemin jaketnya buat nutupin rok Tica yang naik. Eh, kemarin pas Tica mau balikin jaketnya ke Farhan jaketnya ilang, terus Farhan malah ngajak Tica pergi sebagai permintaan maaf gitulah, yaudah gapapa, jadi Aagam gak perlu repot-repot nyiapin makan malam buat Tica."
Aagam dengan serius menyimak cerita Trisha, tak ada kebohongan karena Aagam sudah mengenal seperti apa sifat Trisha. Dia akan jujur kepada Aagam, namun entah mengapa perasaan Aagam mengatakan bahwa hubungan Trisha dengan Farhan akan terus berlanjut, mungkin karena Farhan mulai menyukai kepribadian Trisha, juga tidak menutup kemungkinan kalau Trisha pun akan menyukai Farhan karena dia lebih baik daripada teman-teman Aagam yang lain.
"Oh iya, kata Farhan jaket yang Tica ilangin itu jaket yang Agam kasih buat Farhan. Aagam yang ambil jaket itu?" tanya Trisha pelan-pelan, dia takut menyinggung perasaan Aagam, tapi dia sangat yakin pasti Aagam yang mengambilnya.
"Lo nuduh gue?!"
"Tica cuma tanya, kalau bukan sama Aagam berati hilang."
"Gue pikir itu jaket gue, abisnya sama."
"Oh iya gapapa, kalau ada di Aagam nanti aja Tica balikin ke Farhannya sekalian sama jaket yang baru."
"Lo mau ketemu Farhan lagi?"
"Ya terus gimana? Mau nitip sama Aagam?"
"Dih siapa elo nitip-nitip ke gue, emangnya gue pesuruh lo apa?"
Disaat mereka masih beradu argumen, ponsel Trisha berbunyi menandakan ada telepon yang masuk. Aagam ingin tahu, dilayarnya tertera nama Farhan, lalu Aagam mengambil secepat kilat ponsel Trisha sebelum Trisha mengambilnya.
"Ngapain dia nelpon lo pagi-pagi, gini? Biar gue yang angkat--"
Ibu jari Aagam berniat menslide tombol hijau, namun terhenti saat Trisha mengatakan kalimat, "Kalau Aagam yang angkat, nanti Farhan tau kalau Tica satu rumah sama Aagam atau punya hubungan dengan Aagam, Aagam mau?"
***
TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA CERITA INEFFABLE
JADI GIMANA?
#TIMFARHAN
#TIMAAGAM
MAS AIDAN MUNCUL DI CHAPTER SELANJUTNYA :D
1000 KOMEN AKU LANJUT CHAPTER SELANJUTNYA :P
***
Jangan lupa follow instagram :
asriaci13
trishaadhiyaksa
aagamaffandra
With Love,
Aci istri sah dan satu-satunya Oh Sehun
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro