Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 01 : Moon Killer


Korea Selatan, 2021.

Hari itu akan menjadi hari bersejarah bagi rakyat di semenanjung Korea. Pagi itu pemimpin dari kedua negara yang telah berseteru dalam waktu yang cukup lama pada akhirnya bertemu untuk menandatangani perjanjian damai yang telah disetujui oleh kedua pihak.

Disiarkan secara langsung. Hari itu perusahaan-perusahaan besar meliburkan para karyawan mereka. Sebagian besar penduduk memadati jalanan untuk menyaksikan secara langsung penandatanganan pakta damai yang ditayangkan di layar LED raksasa yang menempel pada beberapa bangunan yang tersebar di kota.

Sementara itu suasana canggung tampak menyelimuti tempat terjadinya pertemuan. Kedua pemimpin sempat memberikan beberapa kata. Dan sebagai akhir dari pertemuan kedua pemimpin itu, keduanya menandatangani pakta damai untuk menyatakan bahwa kedua negara akan menjalin hubungan yang lebih baik di masa depan.

Namun suara tembakan tiba-tiba terdengar di ruang pertemuan. Satu orang di samping Presiden Park tumbang dan hal itu lantas memicu keributan. Bukan hanya di tempat itu, namun dua negara yang tengah menyaksikan kejadian itu.

Beberapa pria berjas memasuki ruangan dan menembaki orang-orang yang hadir di sana secara acak. Dan para petugas keamanan pun balik menyerang dan terjadilah baku tembak di tengah orang-orang yang berhamburan mencari perlindungan.

"Bawa Presiden keluar dari sini!" lantang seorang pria.

Seorang pria menarik lengan Presiden Park di saat Presiden Kim telah lebih dulu meninggalkan tempat itu.

"Lewat sini, Presiden."

Pria itu lantas mengamankan jalan Park. Meninggalkan keributan di belakangnya, Park berjalan dengan langkah yang terburu-buru menuju sudut lain dari bangunan itu.

"Presiden," seorang pria yang bekerja di Cheong Wa Dae berlari menghampiri Park.

"Presiden baik-baik saja?"

"Di mana Presiden Kim?" tanya Park. Alih-alih mengkhawatirkan dirinya sendiri, dia justru mengkhawatirkan orang lain.

"Sebaiknya kita masuk terlebih dahulu."

Pria itu membukakan pintu dan keduanya memasuki ruangan itu. Meninggalkan seorang pria berdiri di depan pintu.

Noh Jung Hyuk, identitas dari pria yang sebelumnya membawa Park meninggalkan kekacauan dan kini tengah berdiri di depan pintu. Pria itu menatap khawatir ke arah ia datang sebelumnya, namun ia tidak bisa meninggalkan tempat itu untuk memastikan keadaan rekan-rekannya.

"Apa yang sebenarnya terjadi di sini?" gumam Jung Hyuk.

Saat itu ponsel Jung Hyuk bergetar. Pria itu mengambil ponselnya dan melihat kalimat 'My Precious Sun' di layar ponselnya yang menunjukkan identitas dari sang pemanggil.

Jung Hyuk kemudian menerima panggilan itu dan langsung berbicara dengan terburu-buru. "Sun Woo ... ayah baik-baik saja, ayah sedang bekerja jadi ayah akan menghubungimu nanti. Kau mengerti? Ayah baik-baik saja jadi kita bicara nanti."

"Ayah harus segera pulang, tidak ada yang memasak di rumah," sahut seorang pemuda di seberang telepon. Terdengar tenang namun penuh kekhawatiran.

"Ayah mengerti, tunggu saja di rumah. Ayah pergi sekarang."

Jung Hyuk menutup panggilan dan kembali mengantongi ponselnya.

Hari itu benar-benar menjadi sejarah bagi kedua pihak, namun sayangnya sejarah yang akan dikenang sangat jauh dari apa yang mereka harapkan. Beberapa orang meregang nyawa dan puluhan mengalami luka serius.

Jung Hyuk kembali ke tempat pertemuan ketika Park telah meninggalkan gedung itu. Baku tembak tak berlangsung lama, dan tak ada yang selamat dari kelompok misterius yang melakukan serangan. Namun karena terlalu panik, tak ada yang menyadari bahwa siaran masih berlangsung. Hal itu membuat seluruh rakyat menyaksikan insiden brutal tersebut.

Jung Hyuk menghentikan langkahnya ketika pandangannya tak sengaja melihat ke arah kamera. Jung Hyuk kemudian melihat seorang juru kamera yang tampak terluka dan mendapatkan pertolongan.

Jung Hyuk menahan lengan pria itu. "Kalian belum mematikan siarannya?"

Pria itu menjawab dengan susah payah. "Belum, tidak ada orang yang memikirkan tentang penyiaran."

Jung Hyuk segera berlari ke ruang penyiaran untuk mematikan siaran langsung. Namun usaha yang terlambat itu tak memberikan pengaruh apapun. Pakta damai yang direncakan batal ditandatangani, dan hubungan kedua negara kembali memburuk setelah insiden itu. Presiden Kim meninggalkan Korea Selatan dengan sangat marah.

\\ INDEPENDENT NORTH //

Satu bulan setelah insiden.

Direktur NIS, Kang Soon Ho datang ke Cheong Wa Dae bersama Ketua Divisi Agen Luar Negeri, Noh Jung Hyuk untuk membicarakan masalah yang terjadi karena insiden satu bulan yang lalu bersama Park.

Saat itu Park yang baru saja memasuki ruang kerjanya di Cheong Wa Dae dihampiri oleh sekretaris pribadinya.

Wanita itu berujar, "Presiden, Direktur NIS sudah sampai di Cheong Wa Dae."

"Kumpulkan semua orang di ruang rapat."

"Baik."

Wanita itu pergi dan hanya berselang beberapa detik Park pun turut meninggalkan ruangan itu. Beralih ke ruang rapat, semua orang berdiri ketika Park memasuki ruangan itu.

"Kalian bisa duduk," ucap Park.

Semua orang duduk memutari meja. Dua orang perwakilan NIS dan beberapa menteri hadir dalam pertemuan kali itu.

Park langsung pada topik utama dalam pertemuan mereka kali ini. "Bagaimana? Kalian sudah menemukan solusi?"

Menteri Pertahanan menjadi orang pertama yang bersuara. "Kita harus mengambil tindakan yang tegas secepatnya. Pihak Korea Utara terus menyudutkan kita dalam masalah ini."

Menteri lainnya menyahut, "meski itu terjadi di wilayah Korea Selatan, bukan berarti bahwa kelompok pemberontak itu berasal dari Korea Selatan. Kenapa hanya kita yang menanggung semuanya?"

Direktur Kang dari NIS menengahi. "Entah mereka dari Korea Utara atau Korea Selatan, Korea Selatan yang akan menanggung semuanya karena insiden itu terjadi di wilayah kita. Alih-alih menyangkal bahwa mereka bukan orang kita, aku berpikir akan lebih baik jika kita melakukan negosiasi sekali lagi."

Menteri yang sebelumnya melayangkan protes menyahuti ucapan Direktur Kang dengan ketus. "Mau berapa kali lagi kita akan bernegosiasi? Apakah mereka berusaha mendengarkan kita? Mereka hanya kehilangan segelintir orang, tapi kita kehilangan puluhan orang dalam insiden itu?"

Park menghela napas dan mengarahkan pandangannya pada Direktur Kang. "Direktur Kang, apakah kau memiliki solusi lain?"

"Jika Presiden tidak keberatan, Ketua Divisi Agen Rahasia Luar Negeri, Noh Jung Hyuk yang akan menjelaskannya."

"Kalau begitu katakanlah."

Direktur Kang memberikan anggukan singkat sebagai isyarat untuk Jung Hyuk dan setelahnya pria itu pun mulai mengungkapkan pendapatnya.

"Hubungan kedua negara semakin canggung karena insiden itu. Setelah insiden itu, kedua pihak saling melemparkan tuduhan dan mencurigai satu sama lain. Hal ini tentunya yang diharapkan oleh kelompok pemberontak."

Menteri Pertahanan menyahut, "kau ingin mengatakan bahwa kelompok pemberontak memiliki lebih banyak anggota yang masih berkeliaran."

"Bukankah itu masuk akal?"

Tak ada yang menyangkal. Park kemudian menyahut, "kalau begitu apa rencanamu?"

"Kenapa negosiasi yang kita tawarkan selalu ditolak? Bukankah itu terjadi karena apa yang kita tawarkan tidak memberikan dampak apapun bagi pihak Korea Utara."

"Jangan berbelit-belit dan katakan secara langsung," tegur si menteri yang terlihat tidak bersahabat sejak awal.

Jung Hyuk kemudian menyahut. "Untuk mengakhiri aksi saling menuduh, kenapa kita tidak membuat sebuah divisi gabungan?"

Semua orang kecuali Direktur Kang saling bertukar pandang, cukup terkejut dengan apa yang diucapkan oleh Jung Hyuk.

Park kemudian memastikan. "Maksudmu, divisi gabungan adalah divisi yang melibatkan kedua pihak."

"Benar, Presiden. Untuk meredakan kemarahan dari kedua pihak, akan lebih baik jika kita membuat divisi gabungan. Divisi khusus ini beranggotakan orang-orang dari Korea Selatan dan Korea Utara, mereka akan ditugaskan untuk menyelidiki insiden penyerangan dalam pertemuan penandatanganan pakta damai. Dengan begitu kedua pihak akan sama-sama menerima apapun hasilnya nanti."

Direktur Kang menimpali, "setelah aku pikirkan berulang kali. Ucapan Ketua Noh Jung Hyuk adalah keputusan yang terbaik, Presiden. Kita tidak akan bisa menangani masalah ini sendirian. Untuk menenangkan Korea Utara, kita harus kembali mendapatkan kepercayaan mereka."

"Kau ingin kita mengemis pada Korea Utara?" si menteri dengan tempramen buruk itu kembali menyahut.

Menteri Park menyela. "Sekalipun kita menyetujuinya, bagaimana dengan pihak Korea Utara? Bagaimana cara kita membujuk mereka? Aku rasa mereka hanya akan menganggap hal ini sebagai sebuah lelucon, Presiden."

Direktur Kang turut menyela. "Itulah sebabnya kita harus membujuk mereka. Tidak ada waktu lagi, waktu kita sudah terbuang sia-sia. Semakin kita mengulur waktu, akan lebih banyak masalah yang terjadi ke depannya."

Jung Hyuk menimpali, "kita harus berusaha ... pihak Korea Utara sangat tegas pada prinsip mereka. Meski tidak akan mudah, tapi kita harus tetap mengusahakan yang terbaik."

Si menteri dengan temperamen yang buruk kembali menyahut. "Lalu kau pikir siapa yang akan melakukan negosiasi itu kali ini? Apakah kau yang akan datang ke sana? Dengarkan baik-baik, aku memahami apa yang kau pikirkan. Pada usia ini kau memiliki semangat yang tinggi. Tapi apa untungnya? Kita harus berpikir ratusan kali untuk bisa mengambil langkah yang tepat dalam masalah ini."

Direktur Kang memandang Presiden, tak ingin terlibat perdebatan dengan sang menteri. "Jika Presiden memberikan persetujuan, Ketua Noh Jung Hyuk akan berangkat ke Korea Utara untuk melakukan negosiasi."

Park terlihat ragu. Beberapa kali mengajukan negosiasi dan mendapatkan penolakan dari pihak Korea Utara telah membuat sang Presiden pesimis. Pria itu kemudian memandang Menteri Pertahan guna meminta saran.

Sang menteri memberikan anggukan ringan dan Park kembali memandang kedua orang dari NIS itu. Park bertanya dengan serius, "Ketua Noh Jung Hyuk."

"Ya, Presiden?"

"Bisakah kau menanggung semuanya?"

Jung Hyuk tak langsung menjawab. Dia hanya diberikan waktu beberapa detik untuk mengambil keputusan.

Park kembali bertanya, "bisakah aku menitipkan masa depan negara ini padamu?"

"Aku akan melakukan tugasku dengan rasa tanggung jawab, Presiden," jawab Jung Hyuk kemudian.

Setelah dapat berakhir, Direktur Kang dan Jung Hyuk berjalan beriringan meninggalkan Cheong Wa Dae. Dalam perjalanan itu Direktur Kang memulai pembicaraan dengan Jung Hyuk.

"Kau mendapatkan apa yang kau inginkan. Mulai dari sini, kau harus melakukan semuanya sendiri."

"Jika seandainya aku tidak kembali, tolong lihat keadaan putra-putraku paling tidak satu minggu sekali."

Direktur Kang sekilas memandang dan tersenyum tak percaya. "Jangan mengatakan hal-hal buruk sebelum pergi. Pastikan kau kembali, aku tidak ingin terlibat masalah dengan putramu."

Jung Hyuk tersenyum tipis. "Aku akan kembali, aku akan pastikan itu."

\\ INDEPENDENT NORTH //










Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro