46
Aku tertawa kecil, tapi sedetik kemudian terbatuk dengan keras. Orang di ujung telepon langsung berseru khawatir.
"Katanya baik-baik aja. Suara kamu tambah serek, batuk-batuk lagi."
"Baik-baik aja, kok. Demamku udah turun, sisa batuk aja." Aku berdusta. Dengan telpon yang kuapit di telinga dan pundak, aku meletakkan kain kembali di baskom air hangat dan memerasnya, mengompres diriku sendiri dan kembali berbaring.
"Aku ke sana ya."
"Baru pulang sekolah. Sensei pasti kasih banyak tugas. Langsung pulang aja, terus kerjain. Aku tidur juga nanti sembuh." Berbicara panjang lebar membuatku nyaris terbatuk. Aku menjauhkan ponselku dan membenamkan wajahku dengan bantal lain sebelum terbatuk.
" . . Ya sudah, deh. Minum obat dan langsung tidur, ya."
Aku mengangguk dan berujar iya. Tidak ada fungsinya aku mengangguk, sih. Toh dia tidak akan melihat juga.
Telepon dimatikan, aku meletakkan ponsel begitu saja di nakas. Teringat akan perintahnya yang menyuruhku meminum obat, membuatku bergerak ke posisi duduk.
" . . . Aku lupa membawa obatnya—"
Cukup ceroboh. Mengingat tidak lagi kuat untuk berjalan, aku memutuskan untuk berbaring saja. Mari tidur, itu obat terbaik.
Baru akan terlelap, ponselku kembali bergetar. Aku berbalik, mengambil ponselku dan melihat telepon yang masuk. Aih, anak ini.
"Kenap—"
"Buka jendela jangan lupa. Biar angin masuk."
. . . Orang aneh mana yang malah nyuruh orang sakit bangun dan buka jendela? Justru aku tidak ingin ada angin.
"Aku nanti kena angin, tambah dingin."
"Buka aja. Hangat kok."
"Iya, deh. Ada lagi?"
"Buka sekarang jendelanya."
Aku mengernyit dan mulai kembali berdusta. "Udah aku buka, kok."
"Bohong, ah. Buka sekarang, masih ketutup itu."
"Aku udah bu—" Aku terdiam, mencoba mencerna apa yang baru saja ia katakan. Dengan tergesa-gesa dan nyaris terjatuh, aku langsung mendekati jendela dan membukanya.
Sosok tak asing dengan ponsel di genggamannya dan kantung kertas di tangan lainnya terlihat. "Mau bubur? Aku habis beli dua!"
Anak ini. Sepertinya aku makin demam? Rasanya wajahku makin memanas.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro