44
Nafas kami menderu, mengingat sudah cukup jauh kami berlari. Aku masih berlari dengan tenang dan tempo yang sama. Hingga sebuah seruan membuatku menurunkan kecepatanku secara mendadak.
"Ah! Aku lelah!"
Rengekan di belakang membuatku menoleh. Gadis dengan potongan rambut pendek itu terlihat sempoyongan. Detik berikutnya, ia langsung menjatuhkan diri ke pinggir jalan, bersandar pada dinding beton sebuah rumah.
Sejujurnya tidak baik melakukan hal itu. Tapi mengingat betapa lenggang nya jalan ini, kenapa tidak? Aku melangkah mendekatinya yang kini berteduh di bawah rimbun pohon dan semak.
"Baru sebentar, loh," ujarku, sedaya mendudukkan diri di sampingnya.
Yang kudapat bukan hanya jawaban, tapi juga dengusan dan rengekan darinya. "Kau pikir aku atlet handal? Orang rumahan sepertiku disuruh lari pagi. Dasar!"
Aku hanya terkekeh dan meluruskan kakiku. Ia melakukan hal serupa. Setidaknya itu berguna untuk mengurangi rasa sakit di betis, 'kan?
Hening cukup lama. Hanya terdengar desir angin yang menyapu pepohonan dan helaan nafas lembut darinya. Aku menikmati suasana ini sebelum terpikirkan hal jahil.
Aku mulai menumpu tangan ke belakang. Seketika, kuangkat kedua kakiku, memerkannya pada gadis di sampingku. "Lihat, lihat. Aku bisa melakukannya. Kakiku kuat, 'kan?"
Mengingat sifat aslinya yang tidak ingin kalah, ia mencoba melalukan hal serupa. Langsung mengangkat kedua kakinya, membuat ia nyaris terjungkal.
Percobaan kedua, ia mengangkat perlahan-lahan dan berakhir gagal karena tidak kuat. Dan untuk percobaan terakhir, ia hanya mengangkat sebelah kakinya, mendapatkan tawa puas dariku.
Yah, setidaknya masa-masa itu cukup menyenangkan untuk diingat. Jalanan itu tak lagi sama. Dengan pohon yang menipis dan nuansa sejuk yang menghilang. Ah, jangan lupakan gadis itu yang sudah tak ada lagi.
Masa lalu tidak perlu diulang, kan?
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro