41
"Kau pernah mendengar soal orang yang ditakdirkan? Orang pertama akan mengajarkan perihnya perpisahan dan orang kedua akan memberikan cinta abadi."
"Kau percaya?"
.
Mungkin aku harus mulai mengabsen orang-orang yang dapat melihat ini. Mengingat begitu banyak cerita, kisah, bahkan influencer yang mengatakan hal demikian.
Orang yang ditakdirkan.
Ketika sudah beranjak nanti, sebuah benang tipis akan terikat di kelingkingmu. Mengapung dan tidak terlihat sambungannya. Tapi jika menemukan ujungnya, maka itu orang yang ditakdirkan.
Bagaimana cara menyebutkannya? Kisah benang merah?
Apapun itu, aku dapat melihatnya. Entah kalian menganggap aku bermimpi, berkhayal, atau apapun. Tapi aku sudah melihatnya seumur hidupku. Pasangan dengan benang merah yang menyatu hingga pasangan dengan benang merah yang abu, aku melihatnya.
Benangku? Entahlah. Tuhan mungkin adil, membuatku tidak bisa melihat benangku sendiri. Definisi takdir tidak ada yang tahu, 'kan?
"Mikirin sesuatu?"
Pemuda di hadapanku bertanya. Aku sontak menggeleng dan tersenyum riang. "Hanya tugas. Lupakan saja, aku ingin jalan-jalan ke aquarium bersamamu dengan tenang~"
Pemuda itu terkekeh. "Baik, baik. Jika kesulitah dengan tugasmu, katakan saja. Aku akan membantu."
Aku berucap terima kasih dan memakan kentang goreng yang tersisa. Jika kalian bertanya, apa aku dapat mengetahui jika kekasihku merupakan orang yang ditakdirkan, jawabannya adalah tidak.
Aku bisa melihat benang merah di jari kelingkingnya, tapi ujungnya terlihat abu, transparan, dan melambai-lambai entah kemana. Mungkin memang denganku—karena aku tidak dapat melihat benangku sendiri—atau kemungkinan terburuk, ia milik orang lain.
Aku menghabiskan cola di gelas dan bersandar di kursi.
"Mau ke aquarium sekarang?"
Aku mengangguk dengan semangat. Baru beranjak bangun dan mengambil tas selempangku, satu pemandangan langka mulai tertangkap olehku. Aku menunduk, terdiam beberapa saat.
Untuk pertama kalinya dalam seumur hidupku, aku bisa melihat sesuatu di jari kelingkingku. Benang merah itu ada di sana!
Sedetik kemudian, ujungnya terlihat jelas. Seseorang melewatiku, begitu saja dan terkesan cepat. Tapi aku dapat melihatnya dengan jelas. Benang kami ... terhubung.
Aku menoleh untuk menyaksikan 'orang yang ditakdirkan' itu bercengkrama dengan gadis lain. Ah?
"Kau baik-baik saja?"
Kesadaranku kembali. Aku menatap kekasihku dan mengangguk. "Aku menyayangimu~" kataku seraya memeluk erat lengannya.
Ia hanya terkekeh dan membalas ucapanku. Ini agak kejam, ya?
Aku bahkan tidak ingin mengucapkan selamat tinggal.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro