Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

40

Aku terus berlari, berseru, dan melompat sekali-kali. Menangkap bola, menggiring, mengoper. Dari ujung lapangan ke ujung lainnya. Denyit sepatu terdengar, walau tak senyaring lapangan dalam. Setidaknya suara pantulan bola dan seruan-seruan menjadi penambah backsound.

"Woy, Di!"

Aku menoleh dan menangkap lemparan bola dari rekan tim ku. Seketika, aku berlari, menggiring bola untuk mendekati area lawan. Lawanku tentu tidak diam saja. Seorang mengejarku, seorang lainnya mulai berjaga di sekitar ring.

Dengan posisi yang cukup rumit, aku mulai mengambil ancang-ancang mengoper. Denga sekuat tenaga, kulemparkan bola ke sisi lain lapangan, mengarahkannya pada rekan ku.

Sialnya lemparanku terlalu kuat. Bukannya mengarah pada temanku, bola itu justru meluncur dengan cepat ke luar lapangan dan memantul di pohon. Suara pekikkan berteriak 'aduh' terdengar, membuatku meringis.

Apa pohon bisa merasa sakit?

Aku berlari mendekat bersama yang lain. Berminat mengambil bola, sebelum kami kembali mendengar pohon itu berbicara.

"Siapa sih yang lempar-lempar bola?!"

Temanku yang berniat untuk mengambil bola, terjungkal ke belakang, terkejut dengan pendengarannya sendiri. Bola yang sudah diambil, kembali dilemparkan ke arah pohon, membuat suara rintihan kembali terdengar. Sosok gadis memunculkan dirinya dari balik dahan.

"Woi?!"

"SETAN!"

Sontak, beberapa di antara kami berlari, menjauhi pohon tersebut. Sementara aku dan sisanya hanya terdiam. Mereka tertawa, sementara aku hanya diam saja.

Gadis dengan surai panjang yang terlihat acak-acakkan terlihat menggerutu dari atas sana. "Ngapain di sana?" tanyaku.

Gadis itu hanya merapihkan rambutnya dan menunduk. "Kalian yang lempar bola, ya?"

Itu sama sekali tidak menjawab pertanyaanku. Aku hanya berjalan, mendekati bola yang tergeletak tak jauh dari si pohon. Mengabaikan kawan-kawan lain yang tertawa.

"Jangan baca di atas pohon. Nanti kena bola lagi, nangis." Aku mengingatkan sambil membawa bola kembali ke lapangan. Aku dapat membayangkan wajah gadis itu yang memerah karena kesal.

Kenapa juga dia diusir, itu kan tempatnya.

Mungkin begitu isi pikirannya. Bagaimana aku tahu? Pemuda mana yang tidak hafal dengan perangai gadis yang ia sukai, huh?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro