1. In The Night
PROMPT: AKU DILEMPAR DARI ATAS KAPAL
.
.
.
Udara malam hari terasa dingin seperti biasanya, menusuk tulang dengan semilir angin yang berhembus kencang. Para awak kapal yang mendapat shift malam bekerja dalam diam. Hans, dia bebas dari tugas malam ini, seharusnya dia tidur di kabin sempit miliknya--- alih-alih dia berjalan sendirian di buritan kapal dengan cerutu menyala.
Hans menguap lebar, matanya sedikit sayu tapi rasanya dia malas untuk bergerak masuk ke dalam kabinnya. Kakinya melangkah malas dari sekitaran buritan dan sembarangan menuju geladak.
Saat itu, matanya menangkap adanya sosok wanita bergaun merah dengan rambut panjang lurus sebahu berada di ujung haluan. Mungkin Hans bisa saja salah lihat, tapi dia bersumpah demi apapun, dia melihat wanita itu hendak memanjat pembatas haluan. Insting pertama yang langsung Hans langsung lakukan tentu saja berseru keras, "Nona, apa yang sedang kau lakukan?!" Suara Hans naik beberapa oktaf. Dia pun membuang cerutunya, menginjaknya dengan tapak sepatu lalu bergegas mendekat pada haluan.
Wanita itu berbalik. Wajahnya cantik nan manis, tapi jejak air mata berurai membuat wajahnya memerah dan tampak sangat pilu. Hans meringis, wanita itu pasti salah satu penumpang kapal: para orang-orang kaya yang suka menghamburkan uang untuk perjalanan mewah ini. Tapi terlepas dari dari itu semua, kenapa si wanita bisa berakhir di haluan? Apa tidak ada orang yang melihat dari anjungan?
Hans mendongak, dia menyipitkan matanya melihat apakah ada orang di balik kaca anjungan. Hasilnya nihil, tidak ada satupun orang di sana. Kapal berjalan secara autopilot, mungkin itu sebabnya tidak ada yang mau repot-repot berjaga di anjungan walaupun itu kapten dari kapal ini sendiri.
"Nona, tidak baik malam-malam seperti ini hanya seorang diri di haluan. Anda bisa jatuh," kata Hans, menjelaskan. "Mari saya antar Anda ke kabin Anda." Tangan Hans perlahan terulur, berusaha menggapai wanita itu. Tapi wanita itu malah menampis uluran tangan Hans.
Selanjutnya, adalah bagian terburuk.
Mendadak ada rombongan para pria muda kaya--- Hans perkirakan ada lima dari mereka semua, berjalan dengan marah menuju haluan. Salah satu dari mereka menunjuk-nunjuk Hans dengan kasar. "Sialan! Kau apakan Nona ini, Hah?!" kurang lebih, begitulah yang mereka serukan pada Hans.
Alaram berbahaya di otak Hans berdering keras. Ini bukan situasi yang bagus.
"T-tuan-tuan sekalian..." Hans hendak menjelaskan.
Tapi mereka tidak mau mendengar. "Pria kurang ajar sepertimu bagusnya kita apakan?"
"Kita hajar dia!"
"Lempar dia dari kapal ini!"
A-apa? Lempar dari kapal?!
Mata Hans melotot. "T-tuan-tuan---," tapi kalimatnya terpotong sebab semua pria itu telah mengotong tubuhnya.
Hans merasa ringan. Pikirannya kalut dan tangannya berusaha mengapai sesuatu untuk mencegahnya terjun bebas ke lautan, tapi hasilnya nihil. Nona malang yang hendak memanjat pembatas haluan pun tidak bisa berguna banyak, wanita itu hanya melihat bingung, terlalu sulit hanya untuk sekedar menyuarakan bahwa semua ini adalah salah paham.
Lalu detik selanjutnya, Hans dilempar. Secara harfiah, dia benar-benar dilempar dari atas kapal.
Wajah Hans terlebih dahulu menghantam permukaan air. Sakit, tubuhnya berat. Dia panik dan dengan cepat tenggelam. Dalam hatinya, Hans menyesal tidak pernah mengikuti nasihat ayahnya untuk mengikuti kelas renang--- jika Hans ikut kelas renang, setidaknya dalam kondisi seperti ini dia bisa menyelamatkan diri dengan berenang. Tapi nyatanya, air telah masuk ke dalam paru-paru Hans. Gelembung udara keluar sia-sia dari mulutnya. Perlahan, kesadarannya terenggut paksa, semuanya menjadi gelap.
Sementara itu di atas kapal, masih di haluan, wanita itu berguman pelan. "B-bukan dia..."
Seorang pria dari rombongan pelempar Hans mendengarnya. "Ada apa, Nona?"
Wanita itu kambali menangis. Air matanya kini melangir deras. "Dia tidak bersalah. Ini hanya salah paham." Pembunuhan yang tidak disegaja, bisakah hal itu disebutkan sedemikian halnya?
"Astaga..."
Kemudian pria yang lain pun berkata. "Tenangkan diri kalian, jangan khawatir. Aku punya kenalan yang bisa mengatasi semua hal ini. Aku hanya ingin kalian diam, jangan ada yang mengeluarkan kesaksian apapun, sangkal semuanya, dan sekarang kembali ke dalam kabin kalian masing-masing."
Semua orang yang ada di sana mengangguk setuju. Mereka pun bubar, sepakat berpura-pura bahwa mereka tidak sengaja telah membunuh orang yang salah. []
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro