Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

MIKE

"Dengar Mike! Lupakan rencana kita. Aku tidak bisa melakukannya!"

"Hanya karena seorang anak kamu membatalkan rencana kita? Oka... Oka... Aku tidak menyangka kamu selemah itu!"

"Kamu tidak tahu rasanya memiliki seorang anak. Aku mencintainya."

"Baiklah. Kamu bisa simpan bocah tengik itu dan tetap jalankan rencana kita."

"Tidak. Maaf Mike. Aku benar-benar tidak bisa."

Aku menggeram begitu Oka beranjak pergi meninggalkanku. Berani-beraninya Oka menggagalkan rencana tahunan yang sudah kami buat. Hanya karena seorang bayi lahir! Aku pastikan anak itu akan menderita suatu saat nanti!

Kutekan sebaris nomor yang kuhapal di luar kepala karena sangat beresiko menempatan nomornya di daftar kontak.

"X, eksekusi pria yang datanya akan kukirim sebentar lagi. Laksanakan malam ini juga. Buat seolah-olah menjadi kecelakaan."

X merupakan nama samaran seorang pembunuh professional. Aku bahkan bisa mendapatkan darinya racun yang tidak terdeteksi dan membunuh secara perlahan dengan hasil seperti serangan jantung. Kuberikan pada Oka untuk memuluskan rencana kami. Ia memberikannya pada mertuanya agar dapat mengambil alih perusahaan istrinya.

"Pfftt..." Aku tertawa dalam hati. Gadis kaya yang manja itu sudah jadi target kami semenjak kuliah. Anak tunggal, kaya, cantik, bodoh, dan benar-benar jatuh cinta pada Oka. Target yang sempurna.

Aku sendiri memiliki target yang lain. Berbeda dengan Oka yang bergerak lambat bahkan hingga memiliki anak. Aku telah memiliki target kedua. Target pertamaku sudah tereksekusi dengan sempurna dan sudah kunikmati hasilnya.

Ya, aku dan Oka memiliki rencana sejak kuliah. Kami benci sekali melihat anak-anak orang kaya itu yang tidak pernah berkeringat jika ingin sesuatu. Hanya menengadah pada orang tua dan akan mendapatkan lebih dari yang bisa kami hasilkan dari bekerja keras. Bisa kuliah di manapun mereka mau dan prosesnya pun lebih mudah karena di antara mereka dapat membayar jasa orang lain untuk mendapatkan nilai yang bagus. Meski sebagian yang lain tidak perduli pada nilai yang didapat karena pekerjaan setelah lulus sudah terjamin.

Muak! Mereka tidak pantas mendapatkan semua kenyamanan itu! Sudah hakku dan Oka mendapatkan hasil dari tetesan keringat kami. Kami tahu, butuh waktu yang lama dan usaha yang keras untuk bisa menyamai apa yang mereka miliki. Itupun belum pasti tercapai, juga banyak resiko kegagalan di tengah jalan.

Karena itu aku dan Oka menyusun sebuah rencana. Kami akan memastikan anak-anak manja itu kehilangan segalanya dan kekayaan mereka dimiliki oleh orang yang lebih pantas, seperti kami.

Wanita adalah target yang mudah, terutama yang manja. Beruntung aku dan Oka memiliki wajah yang terbilang tampan. Dengan sedikit kesabaran dan kecerdasan, mereka pasti akan bertekuk lutut.

Lena, target Oka yang muncul tidak lama setelah kami memyusun rencana adalah tipikal yang kami cari. Bahkan dia sendiri yang gencar mendekati Oka.

Sedikit sulit karena Lena adalah anak tunggal yang dibesarkan oleh single parent. Sulit mengambil hati ayahnya. Oka benar-benar keluar modal besar untuk itu. Ia tidak meminta uang Lena sedikitpun, bahkan memberi Lena jajan dan sering membayar makan di luar yang mewah-mewah. Bersamaan dengan itu ia harus menjadi pegawai teladan selepas lulus kuliah di kantor rekan bisnis ayah Lena dan harus sering menjilat bosnya agar mendapat review positif. Sudah kami duga, ayahnya akan mendengar reputasi bagus Oka sebagai pekerja keras. Ayah Lena pun takluk dan mengizinkan putrinya menikah dengan Oka.

Aku bahkan harus membantu Oka membuat lamaran yang romantis karena dia bukan tipe yang romantis sama sekali.

Kemudian kami harus menyingkirkan ayah Lena yang selalu curiga dan awas itu. Perkara mudah. Oka juga berhasil membujuk Lena membuat surat wasiat, jika ia mati dan jika Lena mati.

Tapi sekarang ia melupakan semua rencana kami untuk mengeruk sebanyak-banyaknya dari sebanyak mungkin anak manja dan bahkan berniat membongkar kedok kami lalu minta maaf pada Lena?

Oh... itu tidak akan terjadi Oka. Kesalahan besar kamu menyatakan hal itu padaku. Aku tidak akan kehilangan semua harta karun ini. Tidak akan! Aku harus menyingkirkan Oka! Maaf sobat lama, tapi aku tidak ingin kembali miskin.

***

"Lena, aku turut berduka cita."

Kuucapkan kata itu pada Lena di pemakaman Oka. Namun wanita itu tidak menggubris. Dia tampaknya amat terpukul dengan kepergian Oka. Hmm... tampaknya perlu waktu sampai wanita itu bisa membuka hati pada pria lain. Tidak masalah menunggu sebentar lagi. Bagaimanapun aku harus menyelesaikan apa yang Oka mulai, kan?

Mari mulai dengan dua orang asing yang dekat dengan Lena saat ini: pembantunya yang merangkap pengasuh anaknya dan sekretarisnya yang seksi itu. Aku berhasil mendapatkan mereka berdua. Kujanjikan uang yang banyak dan mereka bisa pensiun dini dengan itu. Khusus sekretarisnya, aku bahkan memberinya tambahan karena sudah sedikit melayaniku di tempat tidur. Benar-benar gadis yang liar, service-nya luar biasa. Pantas Oka selalu membawa-bawa gadis itu tiap keluar kota.

Aku pelu mengetahui keseharian Lena. Apa yang ia suka dan apa yang ia tidak suka. Aku juga perlu orang dalam di perusahaannya untuk membantuku menghancurkan perusahaan itu dari dalam. Sedikit bantuan dari supplier terbesarnya dengan perjanjian yang menguntungkan kedua belah pihak. Aku mengenal bos supplier tersebut dan apa kesukaannya. Tidak sulit mendapatkan kesepakatannya untuk menarik diri dari perusahaan Lena lalu kembali lagi menjadi supplier.

Aku sangat bersemangat! Ini seperti sebuah permainan. Meski aku jengkel sekali menghadapi Lena. Ia menolak kehadiranku berkali-kali. Tapi aku tidak menyerah. Toh ia akhirnya bosan dan membiarkanku hadir dalam kesehariannya.

Aku bisa mendapatkan perusahaannya dengan mudah bukan tanpa perjuangan. Aku sering harus membuntutinya. Menghubungi kenalanku di bank-bank yang akan ia datangi untuk meminjam uang dan membuatnya gagal mendapatkan pinjaman. Aku tahu keluarganya yang lain tidak sekaya dia sehingga tidak mungkin meminjamkan uang.

Aku akhirnya berhasil mendapat kesempatan makan malam setelah membuntutinya suatu hari. Aku terkejut wanita manja tersebut bisa berjalan sejauh itu. Sedikit tertawa melihat rupanya yang kacau.

Ia berhenti di depan sebuah restaurant dan aku tahu pasti ada kisah di dalamnya karena ia menatap restaurant tersebut cukup lama. Kubuka catatan mengenai Lena yang sudah kukumpulkan sejauh ini. Dengan ini aku yakin aku akan memiliki percakapan yang intens dengannya.

Tak apa jika Lena tidak mau membahas bisnis. Justru bagus karena aku bisa memiliki percakapan yang lebih pribadi dengannya.

Makan malam itu merupakan awal yang baik meski sebagian besar berisi tentang Oka. Bagaimanapun Oka yang menghubungkanku dengan Lena.

"...aku harap pelakunya tidak akan hidup dalam damai. Jika aku tahu siapa orangnya, mungkin aku sudah menyiksanya."

Jujur aku sedikit berdebar mendengar kata itu dari mulutnya dengan nada yang selama ini tidak pernah kudengar. Tapi kemudian aku lekas menyadari, itu hanyalah ucapan kebencian yang kosong. Memangnya Lena bisa berbuat apa?

Namun entah apa yang merasuki Lena atau waktu kedatanganku yang tidak tepat. Ia menolakku dengan tegas suatu hari. Tapi bukan sifatku untuk menyerah begitu saja. Aku cukup mundur sejenak sampai ia benar-benar kehilangan harapan dan aku akan muncul sebagai pahlawan.

Di akhir pekan beberapa minggu setelahnya, aku mendapatkan informasi dari pembantunya jika Lena dan anaknya akan berlibur ke luar kota. Bergegas kusuruh supirku untuk mengotak-atik mobilnya di tengah malam. Pembantunya sudah siap dan diam-diam membukakan pagar. Tidak parah, hanya sedikit alat yang menghasilkan asap dan dapat dikendalikan dari jarak jauh. Namun tentu saja membuat Lena meminggirkan mobilnya. Tepat pada waktunya kuhampiri dia sebelum Lena menelpon mobil derek.

Sedikit basa-basi yang membosankan dan dapat kubuat ia menumpang di mobilku. Kusuruh supirku membereskan sisanya.

Aku harus bersandiwara menahan benci pada anaknya, Anna. Aku menganggap bocah setan itulah yang mengharuskanku membunuh Oka. Aku melimpahkan semuanya kebencianku pada anak itu. Tapi aku harus bersabar. Belum waktunya membalas.

Oh, aku benar-benar benci tawa anak itu di kupingku. Dia tampak sama manjanya seperti Lena. Dasar bocah kaya tidak tahu kerasnya dunia.

"Anna malah penasaran rasanya digigit unta," kata Anna, si bocah setan.

Ya... ya... aku juga ingin sekali kepalamu copot dimakan unta itu. Atau aku perlu melemparmu dari jendela ke arah singa-singa yang terbaring malas?

Setelah liburan di Bogor itu, kuputuskan sudah saatnya muncul terakhir kali dengan penawaran yang kuyakin bagian keuangannya tidak sebodoh Lena untuk mengabaikannya.

Selepas urusan akuisisi perusahaan usai dan perusahaan cukup stabil, aku kembali untuk mengejar Lena. Kukirimkan bunga dan sekalipun berkata akan menjemputnya jam 7 malam, aku sudah siap di rumahnya sejam sebelumnya. Itu akan memberikan kesan baik dan sedikit rasa bersalah pada Lena. Pembantunya berkata bahwa nyonya rumahnya tersebut mengurung diri di kamar kerja seharian.

Aku bersandiwara mengagumi pesonanya. Sedikit menahan panasnya kopi yang ditumpahkan dengan sengaja. Sejujurnya ia memang cantik. Tapi tidak dapat menggerakkan hatiku.

Aku tahu Oka bukan tipe yang romantis. Karena itu akan kuberikan Lena pengalaman romantisme yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Pasti akan berkesan. Wanita macam dia tidak akan bisa menolak perlakuan manis dari pasangannya.

Aku rajin mengirimkan hadiah untuk Lena dan untuk bocah setannya. Kadang-kadang sekedar berkunjung ke rumahnya. Lena tipe wanita yang menyukai perlakuan sederhana namun manis. Ah... mudah sekali dia ditebak.

***

Lena benar-benar tidak memiliki kemampuan dalam berbisnis. Bagaimana mungkin ia menginvestasikan uangnya untuk restaurant yang dikelola orang yang tidak berpengalaman. Aku marah sekali mengetahuinya malam itu.

"Uang itu akan menjadi milikku, tahu! Jangan menghamburkannya dengan sembrono! Bodoh!" batinku kesal. Hampir saja garpu yang kupakai makan kutusukkan ke bola matanya.

Aku segera mengalihkan amarahku dengan mengingat kembali rencana yang sudah kususun dengan baik malam ini. Aku tidak ingin semuanya berantakan hanya karena emosi sesaat, bukan?

Aku juga berhasil membawa si bocah setan untuk lamaran kali ini. Aku tahu janda beranak satu yang amat mencintai anaknya akan mempertimbangkan pendapat anak tersebut. Tidak masalah. Aku sudah mendapatkan hati si bocah setan dan ia menjulukiku om baik hati. Haha... tunggu saja nanti, bocah!

***

Lamaran yang berjalan lancar diikuti pula pernikahan yang berjalan lancar. Aku sudah menyuruh beberapa orang untuk mengawasi mantan istri keduaku yang menjadi gila dan kuusir dari rumah agar tidak muncul di tempat resepsi.

Dengan ini lengkaplah sudah target ketigaku. Aku membeli perusahaannya dan ia menjadi istriku. Dengan kata lain aku membeli perusahaannya secara gratis. Yah... meskipun tidak benar-benar gratis. Namun aku cukup membayar sedikit bunga dari dana yang kupinjam dari bank untuk membeli perusahaannya. Dan sedikit waktu untuk meyakinkannya menulis wasiat untukku.

Aku harus mengganti seluruh pekerja di rumahku. Pembantu dan satpam, kecuali supir yang sudah menemaniku sejak lama. Aku tahu supirku akan tutup mulut dengan kelakuanku, tapi tidak yakin dengan yang lain. Mereka bisa saja tanpa sengaja bergosip tentang istri-istriku sebelumnya dan ada kemungkinan tanpa sengaja Lena mendengar.

Meski sudah mengantisipasi hal-hal yang tidak kuinginkan, tetap saja ada kendala tak terduga. Sebelumnya aku sudah mengingatkan satpam rumah akan kemungkinan orang gila yang berkeliaran. Jangan sampai mendekati rumah, terutama mendekati anggota keluarga baruku.

Istri pertamaku memang meninggal. Aku bisa menyingkirkannya dengan mudah. Ia meninggal saat terpeleset di kamar mandi dengan bayiku di kandungannya. Tidak sulit menjadikannya seolah kecelakaan. Ia anak tunggal, dengan wasiat aku yang mewarisi perusahaan transportasinya dan memberikan perusahaan lain pada keluarga jauhnya. Aku tidak keberatan hanya dengan satu perusahaan, itu kulakukan agar tidak terlihat rakus.

Tapi aku sedikit bermasalah pada istri keduaku. Ia mempunyai seorang saudara kandung yang amat mencurigaiku dan mulai mendesak agar menceraikanku. Terpaksa kusingkirkan mereka berdua dengan menyewa sekelompok penjahat yang berpura-pura menjadi maling saat kami berlibur di sebuah vila. Penjahat-penjahat itu memperkosa mereka dengan keji. Saudara perempuannya meninggal akibat hal tersebut dan istri keduaku menjadi gila. Aku harus membuat diriku seperti korban, membiarkan mereka menghajarku hingga babak belur.

Tertangkap? Tentu tidak. Aku sudah memilih vila yang jauh dari jalan raya dan di antara vila-vila kosong yang sedang tidak ada yang menghuni. Mereka memakai mobil curian dan sudah kabur jauh keluar Pulau Jawa. Pun sudah ku bayar X agar menghabisi mereka semua supaya tidak memerasku suatu hari nanti. Tidak akan ada yang mempermasalahkan kematian penjahat-penjahat itu.

Aku bekerja sama dengan notaris yang membuatkan surat perwalian kekayaan atas istriku yang menjadi gila. Sedikit berbaik hati dengan menampungnya di rumah. Namun suatu hari dia kabur. Aku memang melapor pada polisi. Tapi tidak berniat sedikitpun mencarinya. Meski terkadang kulihat ia berkeliaran di jalan, aku akan pura-pura tidak melihat. Perusahaan importir miliknya berhasil ku ambil alih dengan sedikit muslihat.

Siapa sangka ia muncul dan mendekati Lena dan si bocah setan.

Aku tidak ingin ia dikenali atau memberi tahu Lena hal-hal yang tidak kuinginkan.

***

Dari sekian banyak kejadian yang tidak kusangka adalah pada saat pernikahanku dengan Lena. Lena memperkenalkan teman lamanya yang selama ini di luar negeri sehingga aku tidak mengetahui perihalnya. Crystal.

Seorang wanita yang amat sempurna di mataku. Ia adalah sosok yang bisa memenuhi impian terliarku tentang wanita. Dengan tubuh bak model. Wajah yang cantik. Pembawaan yang ceria dan berkarakter. Tampak cerdas dan mandiri. Jauh dari kesan manja seperti istri-istriku.

Aku jatuh cinta padanya pada pandangan pertama. Aku bahkan amat bergairah dengan Lena saat bulan madu dengan membayangkan Crystal yang saat ini berada di bawahku.

Aku berusaha menahan diri. Tidak mungkin langsung mengejar Crystal saat baru saja menikahi Lena.

Tidak kusangka Crystal bekerja di kantor importirku. Seperti yang kuduga ia cepat melejit dengan kemampuannya sendiri. Populer di antara karyawan dan menjadi pegawai baru yang dapat mencapai target pekerjaan dengan cekatan. Hasil bentukan dari bekerja di negeri orang. Sungguh bertalenta dan mempesona.

Tidak bisa kutahan lagi hasratku. Saat membutuhkan perwakilan untuk mendatangi supplier di Hongkong, aku mengajukan Crystal untuk menemaniku dengan alasan aku ingin memberi tambahan pengalaman untuk karyawan baru yang berprestasi. Ya, tambahan 'pengalaman'.

Istriku mungkin tidak tahu jika aku keluar negeri bersama dengan Crystal selama beberapa hari. Ia sudah terbiasa dengan suami yang sering keluar kota atau keluar negeri.

Aku berusaha menggoda Crystal saat berada di Hongkong. Urusan sebenarnya sudah selesai dalam waktu tiga hari dan selama itu aku fokus pada pekerjaan agar lekas selesai. Tapi ku perpanjang waktu di Hongkong dan meminta Crystal merahasiakannya. Ia setuju saja.

Di malam terakhir, aku mengajaknya ke salah satu club malam. Kami minum-minum di sana dengan alasan ingin merayakan kerja kami disana, sengaja membuat Crystal mabuk. Ia menurut begitu kubawa pulang ke kamarku.

Lalu aku mendapatkan malam yang sangat indah. Crystal begitu liar saat mabuk. Ia benar-benar seperti imajinasiku saat berada di tempat tidur. Persetubuhan paling nikmat yang pernah kurasakan.

Paginya Crystal merasa bersalah karena berpikir ia sudah menggoda dan meniduri suami teman baiknya ketika mabuk tadi malam.

Aku menghiburnya dengan mengatakan yang sebenarnya, jika aku terlanjur menikahi orang yang salah dan jatuh cinta pada pandangan pertama padanya. Tapi tidak mungkin bagiku untuk menceraikan Lena langsung padahal baru saja menikah.

"Setidaknya sebelum keinginanku tercapai. Aku belum akan melenyapkan Lena," batinku.

Aku senang ketika Crystal berkata jika ia sebenarnya juga menaruh hati padaku namun ditahannya karena merasa tidak pantas jatuh cinta pada suami teman sendiri.

Aku berjanji padanya untuk menceraikan Lena di waktu yang tepat dan kami dapat tetap memiliki hubungan istimewa diam-diam.

Semua berjalan lancar. Aku selalu beralasan rapat di suatu hotel saat ingin tidur dengan Crystal, agar jika tanpa sengaja Lena melihatku di hotel yang kusebutkan, ia tidak akan curiga.

***

Suatu hari, setelah aku baru saja memberikan hadiah jam pada Crystal dan kami berbincang di kafe, Lena memergoki kami. Sial! Padahal sudah kubilang untuk tetap mengabariku setiap akan pergi ke suatu tempat agar aku bisa memantaunya.

Untunglah Crystal cepat tanggap, memberi alasan meski Lena tampak tidak percaya.

Aku bersyukur Lena lekas pergi saat itu. Setelahnya Crystal menganjurkan untuk membeli jam yang sama untuk diberikan pada ulang tahun Lena yang sebentar lagi tiba. Aku bahkan lupa tentang ulang tahunnya meski sudah memasang pengingat sehari sebelum tanggal tersebut. Solusi yang masuk akal. Itu akan menghilangkan kecurigaan Lena pada kami.

Aku benar-benar ketagihan pada Crystal. Pada senyumnya yang manis. Pada lekuk tubuhnya yang sempurna. Pada semangatnya yang menular. Tidak seperti istri-istriku. Contohnya saja Lena. Ia memang cantik. Meski tidak begitu tinggi tapi memiliki badan proposional. Hanya saja ia begitu tidak berpendirian, mudah dipengaruhi, terlalu penurut, konservatif, dan tidak menunjukkan tanda-tanda kecerdasan yang bisa mengimbangiku. Aku akan selalu punya bahan pembicaraan seru jika berbincang dengan Crystal, tapi dengan Lena... hmph... Selalu tentang Oka dan jika ada pembicaraan lain, itu sangat membosankan.

Ah... dan tentang bocah setan itu... Tentu saja ia mendapat ganjaran telah mendorongku untuk membunuh ayahnya, teman baikku sejak kuliah, Oka.

Aku mendapat bantuan selama ini untuk memuluskan rencana-rencanaku. Pendukung terbesarku adalah mantan bosku dulu saat aku masih seorang pegawai biasa di kantornya. Anton.

Anton mengetahui rencanaku pada mantan istri pertamaku dulu. Namun ia justru membantuku dengan sedikit imbalan. Aku hanya harus mencarikannya anak-anak yang masih belia. Ia memiliki kelainan seksual sehingga belum menikah juga. Ia juga yang menghubungkanku dengan X, si pembunuh profesional.

Anton membantu memuluskan pendanaan atau pinjaman dan sedikit membayar penegak hukum agar kasus kematian yang menyangkut namaku dapat tersendat, bahkan hilang. Aku memperlihatkan foto si bocah setan dan dapat kulihat kemaluannya berdiri tegak saat itu juga. Ia dengan senang hati membantuku mendapatkan Lena, salah satunya adalah pengunduran perusahaannya yang merupakan supplier utama sehingga perusahaan Lena di ambang kehancuran.

Tidak lama setelah aku dan Lena menikah, kuatur pertemuan Anton dan si bocah setan.

Awalnya aku mengajak bocah setan bolos sekolah dengan bermain-main seharian di Ancol. Ia terlihat senang. Aku menyuruhnya merahasiakan dari ibunya hal tersebut dan ia menyetujui dengan cepat.

Minggu depannya kuajak lagi ia untuk bolos. Tampak raut senang di wajahnya yang kemudian berubah menjadi ketakutan begitu kubawa ke rumah Anton.

"Tahan dulu Anton. Jangan terburu-buru. Untuk pertama kali cukup menyentuhnya saja," ucapku pada Anton saat melihat nafsu birahi hampir menguasainya.

"Sialan kau Mike. Mengapa tidak bisa langsung kunikmati?"

"Kalau dia langsung rusak. Enaknya hanya sebentar. Ingat, susah loh mendapatkan kualitas tinggi seperti ini. Lagi pula dia akan langsung sakit dan ibunya akan curiga," alasanku. Masuk akal tapi alasan sebenarnya adalah aku malas mencarikannya anak-anak dalam waktu dekat. Mencari anak-anak itu susah-susah gampang. Banyak resikonya. Belum kalau rusak atau Anton sudah bosan. Membuangnya cukup susah. Meski kebanyakan berakhir di perdagangan manusia yang sangat beresiko.

"Ah sial! Tapi kau benar. Sini sayang, sama om. Nggak usah takut begitu. Om baik loh." Tangan Anton terjulur ke depan.

Bocah setan melirik padaku meminta persetujuan. Ia tidak mengerti apa yang aku dan Anton bicarakan. Aku memberinya sinyal tanda setuju. "Anna, om Anton ingin anak perempuan. Istrinya nggak bisa hamil. Jadi sekarang hibur om Anton ya," bujukku.

Dengan ragu bocah setan berjalan ke arah Anton. Jika aku sekecil dia, pasti aku akan takut juga melihat wajah Anton yang mengerikan.

Aku hanya memandangi mereka dengan hati beku. Diam saja saat Anton menciumi si bocah setan dan meraba-raba tubuh mungilnya. Dapat kulihat bocah setan merasa tidak nyaman dan jijik. Tapi aku hanya tersenyum seolah-olah itu bukan masalah.

"Ayah... apa tidak apa om tadi menciumku? Dia juga pegang-pegang. Aku jadi kegelian," tanya bocah setan dengan polos begitu kami sudah berada di dalam perjalanan pulang.

"Tidak bodoh! Kamu sedang dilecehkan," batinku tertawa, tapi aku menjawab, "nggak apa sayang. Kan om Anton anggap kamu seperti anaknya sendiri. Wajar dong kalau orang tua peluk-peluk dan cium-cium. Namanya gemas."

"Oh... tapi ayah tidak seperti itu."

Cerewet sekali anak ini! "Kan setiap orang menunjukkan rasa sayangnya berbeda-beda. Om Anton seperti itu, kalau ayah suka membelikanmu mainan dan mengajakmu jalan."

"Jadi hari ini kita main kemana ayah?" tanya si bocah setan dengan semangat.

"Ini sudah sore. Nanti mamamu khawatir."

"Yah..." Kulihat wajahnya langsung kecewa.

"Jadi hari ini pilih es krim atau cake saja ya," lanjutku lagi. Dan senyum lebar terlukis di wajah sialannya itu.

Dia lebih mirip Lena dibandingkan Oka selain rambutnya yang ikal. Memuakkan harus menatap dua makhluk itu tiap kali pulang ke rumah.

"Ingat..."

" – jangan beri tahu mama," potongnya sambil mengacungkan jempol.

***

"Anna. Om belikan baju baru loh. Di coba ya," ujar Anton sambil menyodorkan dress kecil berwarna putih yang potongannya cukup seksi menurutku.

"Ganti bajunya di mana om?" tanya bocah setan dengan polos.

"Disini dong. Om kan ingin langsung lihat cocok atau nggak."

Dengan ragu bocah setan membuka kancing bajunya di hadapan kami berdua. Aku belum bisa meninggalkannya dengan Anton berdua saja, khawatir Anton akan langsung menerkamnya.

Kemaluan Anton langsung mengeras melihat Anna yang hanya mengenakan pakaian dalam.

"Ayo kaus sama celana dalamnya dibuka juga."

"Tapi..."

"Bajunya spesial, jadi jelek kalau pakai pakaian dalam." Aku tertawa kecil mendengar alasan bodoh Anton.

Anton mengepalkan tangannya menahan nafsu melihat tubuh kecil yang kini telanjang di hadapan kami dan mencoba dress putih ketat itu dengan susah payah.

"Sini sayang om pangku. Cantiknya..." Anton tidak bisa tidak meraba si bocah setan. Bahkan sedikit menggoyangkan tubuh itu dipangkuannya agar menggesek kemaluannya.

"Om kok basah? Om ngompol ya?" Si bocah setan menyadari ia menduduki sesuatu yang basah.

"Ah..." Geli sebenarnya mendengar desahan puas Anton. "Iya nih. Aduh. Jangan bilang siapa-siapa ya. Om malu."

"Iya om."

Hari itu berakhir di sebuah toko mainan.

Di suatu malam, beberapa hari kemudian, Anton menelpon dan berkata tidak bisa menahan diri lagi. Ia ingin segera mencoba gadis kecil itu.

Terpaksa esok harinya aku memboloskan si bocah setan lagi.

"Jangan langsung kasar untuk kali pertama, Anton." Aku memperingatkannya.

"Hehe... tenang saja. Aku sudah pengalaman," bisiknya.

Ia mengajak si bocah setan melihat-lihat kamarnya, kemudian aku pamit pergi sebentar pada si bocah setan untuk membeli cake coklat kesukaannya.

"Ayo Anna. Di kamar om banyak mainan baru loh. Nanti om ajarin cara pakainya." Kalimat terakhir yang kudengar sebelum mereka menghilang di balik pintu kamar Anton yang di jaga oleh dua ajudan berotot. Aku bahkan tidak ingin membayangkan bentuk 'mainan' yang disebut Anton.

Aku menunggu berjam-jam di rumah Anton sambil mengawasi pekerjaan dari jauh sebelum akhirnya mereka keluar kamar.

Dapat kulihat kepuasan di wajah menjijikan Anton. Lalu pandanganku beralih pada bocah setan. Wajahnya tampak masih syok dan air mata terjatuh di wajahnya.

"Gimana sayang? Mainannya asik?" tanyaku tanpa iba.

"A...yah... sakit." Si bocah setan memegang kemaluannya.

"Mainan yang asik memang sedikit sakit awalnya, Anna," cetus Anton sambil tertawa. Suasana hatinya memang menjadi baik setelah melampiaskan nafsunya pada anak-anak.

"Aku nggak mau main itu lagi ayah," lanjut si bocah setan sambil sesenggukan.

Aku tersenyum dan mendekatinya. Menunduk lalu mengelus punggungnya. Kemudian menjambak rambutnya dalam satu tarikan keras. Ia berteriak kesakitan.

"Sayang, kamu lihat kan kalau om Anton itu seram. Dia bisa jadi jahat loh kalau Anna nggak mau main sama dia. Kalau om Anton jadi jahat, dia nanti jahati mama kamu. Kamu mau mama kesakitan seperti kamu?"

"Nggak ayah. Sakit! Lepasin!" Si bocah setan memegangi kepalanya.

"Masih mau main kan sama om Anton?" tanyaku dengan nada santai.

"Iya ayah. Ampun!"

Aku pun melepas jambakanku. "Nah sekarang sana mandi."

Kudorong si bocah setan ke kamar mandi terdekat yang sudah kuhafal letaknya.

"Kejam sekali," komentar Anton sambil tertawa kecil.

"Ironis mendengarnya darimu, Anton."

"Sejauh ini dia favoritku. Paling cantik dan patuh. Jangan berani kau hancurkan sebelum kuperintahkan!"

Aku harus membawa bocah setan jalan-jalan agak lama supaya dia sedikit ceria dan menghapus jejak tangisannya. Ia mulai menahan tangis begitu kuancam setelah mandi.

Sial bagiku, sekolah menelpon langsung ke istriku bahwa bocah setan tidak masuk sekolah. Aku memang lupa izin tadi pagi ke sekolahan.

Beruntung sisa ancamanku masih berpengaruh pada Anna. Ia langsung masuk ke kamar begitu kusuruh. Dan aku pun mengarang kasus bullying yang bodoh itu. Lena hanya patuh saja dengan laranganku untuk tidak langsung mengkonfrontasi ke sekolah meski ia sedikit tidak terima. Tidak kuduga ternyata wanita itu bisa sedikit melawan juga jika berhubungan dengan urusan anaknya.

Besok aku harus meyakinkan sekolah untuk langsung menghubungiku jika ada informasi mengenai si bocah setan.

***

Tampaknya tubuh kecil bocah setan sudah mencapai batasnya. Ia pulang hari itu dalam keadaan demam setelah 'bermain' dengan Anton.

Kukabarkan perihal tersebut pada Anton.

"Hanya demam saja kan? Padahal hari ini aku tidak terlalu kasar loh. Baiklah. Akan kukirim dokter keluargaku. Akui saja kalau dia dokter keluargamu. Dia bisa tutup mulut. Tenang saja."

Dokter yang disebut pun datang setiap hari. Memastikan jika Lena tidak mendatangi dokter lain dan memastikan kesembuhan si bocah setan. Jika sudah sembuh, tentu Anton segera tahu dan aku tidak akan bisa mengelak jika Anton memintanya untuk datang lagi.

Akhir pekan itu, Crystal mengabariku jika ia rindu. Bahkan mengirimkan sebuah foto seksi yang membuatku tidak tahan lagi. Mungkin inilah yang dirasakan Anton ketika melihat si bocah setan dalam dress ketat.

Aku pun memesankan kamar di sebuah hotel di kawasan Ancol. Kami bertemu disana dan tanpa membuang waktu segera menyalurkan hasrat kami.

Ketika gedoran keras terdengar di pintu kamar, aku sedang mencapai puncak klimaks. Dengan menggerutu, buru-buru kupasang kimono handuk. Bergegas ke pintu ingin memaki siapa pun yang mengganggu di waktu yang salah.

Aku tergugu mendapati wajah Lena begitu membuka pintu kamar. Bagaimana ia bisa berada disini!

Tak bisa kugerakkan badan saat ia langsung masuk setelah mendengar suara Crystal. Dapat kulihat wajahnya yang syok.

Aku berusaha menghentikannya ketika ia berlari keluar, namun ia gesit sekali. Aku tidak dapat menangkapnya.

Sial! Tadinya ingin kubereskan dia setelah Anton bosan dengan anaknya. Dan apa dia bilang tadi? Menanyakan sesuatu tentang si bocah setan? Tampaknya ia mulai curiga atau justru sudah tahu mengenai beberapa hal yang terjadi pada anaknya.

Segera kusambar smartphoneku di atas meja. Mengirimkan data singkat Lena dan si bocah setan lalu menghubungi X.

"Eksekusi mereka. Buat terbakar agar tidak bisa dikenali. Terutama anaknya," bisikku pelan dan tergesa di kamar mandi. Berharap Crystal tidak mendengar.

"Bagaimana ini?" tanya Crystal dengan ekspresi panik begitu aku keluar dari kamar mandi.

"Tenanglah. Aku akan mencoba berbicara baik-baik dengannya setelah ini."

"Kita – aku ingin juga berbicara padanya," sanggah Crystal sambil memakai baju.

Aku mendesah nafas berat. "Baiklah." Kuharap X bekerja tepat waktu.

Kami pun kembali ke rumahku. Sampai di rumah, Lena dan si bocah setan tidak ada. Crystal menunggu dengan gusar, tidak tahu harus pergi kemana karena nomor Lena tidak bisa dihubungi.

Aku pun gusar, menanti hasil kerja X.

Tidak lama pintu rumah diketok. Dua orang polisi datang dan awalnya mengkonfirmasi nomor plat mobil Lena. Lalu mereka membawa kabar tentang kecelakaan itu.

Aku harus memegang Crystal agar tidak jatuh saat mendengar kabar yang disampaikan. Kuharap ia tidak sadar jika aku merasa sedikit lega. Setidaknya si bocah setan sudah mati. Tinggal satu lagi yang harus di singkirkan.

***

Crystal hampir menjerit saat melihat kondisi Lena. Wajah wanita itu hancur, bengkak dan penuh jahitan. Seluruh badannya juga penuh luka.

Crystal berusaha mengajak Lena berbicara. Tapi wanita itu terlalu syok akan kematian anaknya yang habis terbakar. Ia tidak merespon apa-apa. Dokter berkata Lena terus seperti itu setelah histeris mendengar kematian anaknya. Tampaknya ia mengalami gangguan jiwa berat.

Aku harus memberi X bonus. Hasil kerjanya bagus dan cepat sekali. Dengan ini target ketigaku sudah tercapai dan bahkan aku bisa mulai serius dengan gadis yang kugilai.

Aku mulai mengajak Crystal menginap di rumah dengan alasan merawat Lena meski ujungnya akan berakhir dengan ia dalam pelukanku. Aku tidak perduli pada bisik-bisik pembantu di rumah. Toh sebagian memaklumiku karena Lena tidak lagi waras.

Aku mengancam Lena untuk menceraikannya jika ia masih tidak merespon segala hal. Dan untungnya ia memang tidak memberi reaksi apa-apa seperti yang kuharap. Aku membuat surat perwalian kekayaan sebelum surat cerai dibuat dan Lena menandatangani tanpa melihat isinya.

Tadinya aku ingin mengusir wanita itu. Tapi Crystal memohon padaku untuk tetap mempertahankannya. Kurasa itu wajar. Ia pasti merasa bersalah dan merasa menjadi penyebab semua ini. Tidak butuh waktu lama untukku melamar Crystal. Dia sedikit ragu lalu meminta agar tetap mempertahankan Lena di rumah dan tetap bisa bekerja sebagai syarat. Aku tidak masalah. Justru kebaikan dan sifat independent-nya yang membuatku jatuh cinta.

***

Hidupku kini terasa sempurna. Perusahaan yang cukup stabil, istri yang kucintai, dan bahkan seorang anak telah lahir.

Tampaknya karma menghampiriku karena untuk pertama kalinya aku mencintai seorang wanita dengan tulus dan mencintai seorang anak kecil, anakku sendiri. Sekarang aku mengerti bagaimana peraasaan Oka saat ia menjadi ayah. Sedikit bersalah karena menertawakan alasannya membatalkan rencana kami.

Tapi yang lalu biarlah berlalu.

Aku akan berusaha agar anakku, Nico, tidak mengalami hal yang sama dengan si bocah setan. Sedikit khawatir ketika Anton mengetahui mengenai putraku. Selama ini korbannya adalah anak perempuan, meski terkadang anak laki-laki juga dimangsanya. Tapi lebih baik kucarikan dia 100 anak-anak daripada harus memberikan putraku.

Sedikit khawatir juga ketika melihat Lena menggendong anakku. Mungkin ia merasa rindu pada anaknya. Tapi tetap saja aku khawatir, dia bisa menghancurkan kepala anakku dengan mudah jika emosinya tidak stabil.

Segalannya baik-baik saja, tidak ada lagi kekhawatiran dan berjalan normal sampai aku mulai merasa diikuti.

Tadinya aku tidak sadar sampai supirku mengutarakannya. Ia yang setiap hari di belakang kemudi pasti paham jika ada yang tidak beres di jalanan.

"Hari ini mobil Avanza putih pak. Kemarin Datsun hitam," lapor pak supir.

"Tetap jaga jarak pak. Mereka melakukan sesuatu saat saya nggak ada?"

"Nggak pak. Malah kalau saya nggak bawa bapak, nggak ada yang megikuti."

"Aku coba cari tahu, Pak. Aku tinggalin senjata di dashboard kalau mereka macam-macam."

Jantungku berdegup kencang. Siapa yang ingin bermain api denganku kali ini? Apakah keluarga jauh mantan istriku yang menuntut harta atau lawan bisnis yang merasa terancam?

***

"Mike, pokoknya kutunggu di Puncak! Penting!" desak Anton hari itu. Ia memaksaku untuk datang ke Puncak tanpa memberi tahu dengan jelas ada urusan apa.

Meski akhir-akhir ini penguntit itu tidak terlihat, tapi supirku sedang pulang kampung. Aku terpaksa menyetir di hari hujan itu dengan sedikit perasaan takut.

Karma seperti datang kembali kedua kalinya. Tabrakan mobil yang tiba-tiba terjadi lalu pemandangan terakhir yang kuingat adalah mobilku terguling jatuh ke jurang.

Aku mengutuk keras saat sadar dan mendapati kakiku lumpuh. Aku sangat panik begitu tidak dapat kurasakan ujung jariku. Kupukul dan kucubit, tidak ada rasa apapun. Bahkan hampir kutusukkan pisau buah untuk meyakinkan diri jika kakiku benar-benar lumpuh.

Untunglah ada Crystal yang selalu berjaga di dekatku. Ia menghiburku dan menjagaku agar tidak berbuat yang berbahaya. Ia berjanji akan tetap berada di sisiku apapun yang terjadi. Aku terharu mendengarnya. Crystal masih muda dan cantik, ia bisa saja meninggalkanku dan menikah dengan laki-laki lain. Tapi ia memilih bertahan denganku.

Sesekali ia membawa Nico, namun lebih sering ditinggalkannya bersama babysitter. Crystal sedikit keberatan jika membawa Nico. Aku paham, kata orang atmosfir rumah sakit tidak baik untuk anak kecil. Aku harus menahan keinginanku bertemu dengan Nico.

Kupatuhi perintah dan anjuran dokter agar aku dapat segera pulang dan merengkuh bayiku dalam dekapan.

Crystal dengan sabar memindahkanku dari kursi roda ke mobil dan sebaliknya. Rupanya supirku belum kembali karena Crystal yang menyetir sendiri.

Sempat terlintas di pikiranku bagaimana akan menjalani hari-hari dalam keadaan lumpuh begini. Pikiran negatif itu merasuk tanpa bisa ditahan begitu keluar dari rumah sakit dan menyambut dunia. Membuatku menjadi lesu.

Rumah sedikit terasa sunyi dan dingin ketika Crystal mendorong kursi rodaku ke dalam rumah.

Perasaan tidak enak juga ikut menghampiriku. Begitu masuk ke ruang keluarga, kulihat mimpi buruk sudah menunggu.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro