CRYSTAL
Pernahkah kamu merasakan cinta yang terlarang?
Aku memiliki seorang sahabat yang tampak luar biasa. Ia mungkin terlihat bodoh tapi aku tahu ia sangat cerdas. Dengan kenaifannya, ia orang yang sangat memegang teguh pendirian dan keras kepala dengan apa yang dia inginkan. Dia cantik dan anggun. Bertolak belakang denganku yang lincah, sedikit tomboy, dan cerewet.
Kami sering menghabiskan waktu bersama. Memandang bintang-bintang, melihat-lihat majalah, bergosip ria, bermain game. Se-maskulin apapun kegiatannya, Lena dapat melakukannya dengan sentuhan feminim.
Tanpa sadar aku memujanya. Dari pemujaan itu, benih cinta tumbuh di hatiku. Cinta yang aku tahu, amat terlarang dan ditolak di masyarakat.
Tapi aku tetap mengutarakannya pada Lena ketika aku bermain di kamarnya. Awalnya Lena tampak terkejut. Kemudian ia mengutarakan hal tersebut. Impiannya, yang harus ia capai. Impian terbesarnya. Impian yang tidak akan pernah bisa aku wujudkan dan tidak ada tempat untukku di dalamnya.
Hatiku hancur saat mendengar hal tersebut, air mataku menetes. Namun Lena meraihku dalam dekapannya. Ia mengelus-elus punggungku dan berkata, "hatiku akan tetap pada impianku. Tapi aku mungkin tidak akan mencintai laki-laki pilihanku. Kamu tetap mempunyai tempat spesial dalam hatiku, Crystal."
Aku mendongak, menatap wajahnya yang memancarkan aura keibuan. "Benarkah?"
Lena mengangguk dan tersenyum. Tampak manis sekali. Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak mengecup bibirnya yang ranum. Ia kembali terkejut namun menerima ciuman itu. Sebuah hari yang paling berkesan dalam hidupku.
***
Aku memutuskan pergi kuliah ke luar negeri. Lena tampak sedih ketika kami berpisah. Tapi aku tahu ia akan mencari laki-laki untuk mimpinya ketika berkuliah. Dan aku tidak akan tahan melihatnya bersama orang lain selain diriku. Ya, aku melarikan diri.
Namun kami tetap melakukan kontak. Ia juga kecewa mendapatiku lanjut bekerja di luar negeri dan bahkan tidak datang ke pernikahannya bersama Oka.
Aku tidak sanggup mendatangi pernikahan itu. Hanya dengan melihat foto mereka tampak mesra saja hatiku terasa disayat-sayat pisau tajam. Aku bisa menggila jika melihat Lena bahagia bersama suaminya.
Aku terus menyibukkan diri dengan pekerjaan, untuk mengalihkan perhatianku dari cinta sejatiku.
Satu-satunya yang kusukai dari pernikahannya adalah kehadiran Anna, anaknya. Anak yang manis. Aku sering mengiriminya hadiah dari sini. Senyumnya mirip dengan Lena dan ia seindah Lena. Aku mencintainya, menganggap ia seperti anakku sendiri. Berandai-andai jika Oka mati kemudian aku dan Lena dapat bersama dengan Anna sebagai pelengkap kebahagiaan kami.
Siapa sangka keinginanku terwujud tapi diikuti sesuatu yang gelap. Lena menelponku, mengatakan kecurigaannya. Aku tahu itu benar karena insting Lena nyaris tidak pernah salah.
Kukatakan padanya jika aku akan mengurus hal tersebut kemudian mengontak omku yang memang bersinggungan dengan dunia hitam. Ia menyanggupi dan menyuruh anak buahnya untuk menyelidiki hal tersebut.
Fakta-fakta pun kupegang, tapi tidak semua kuberi tahu pada Lena. Aku hanya memberi tahunya perihal Mike dan menahan informasi tentang Anton. Jika Lena memutuskan untuk membalas dendam, sebaiknya ia tidak menargetkan Anton yang merupakan pengusaha berbahaya. Omku sudah memperingatkan untuk tidak macam-macam dengan pria jahat itu.
Lama tidak kudengar kabar, Lena tiba-tiba memberi tahu jika ia akan menikah dengan Mike.
Aku terkejut setengah mati. Bagaimana mungkin ia menikahi pria yang membunuh suaminya terdahulu. Kemudian Lena mengatakan hal itu lagi, yang menyakiti hatiku.
"Mike mungkin dapat mewujudkan impianku."
Aku mencintai Lena, tapi tidak dengan impian butanya.
Persetan dengan sakit hatiku. Aku merasa Mike akan melakukan sesuatu yang jahat pada Lena. Ia dengan dinginnya membunuh Oka, ia tidak akan ragu membunuh Lena dan Anna. Oh, aku tidak akan biarkan hal itu terjadi.
Aku dengan mantap resign dari kantor. Tidak memperdulikan permohonan atasanku untuk tidak berhenti bekerja mengingat aku adalah karyawan yang ulet, bahkan menawarkan kenaikan gaji. Tapi keputusanku tidak akan goyah. Aku tidak akan menolerir hal-hal yang berhubungan dengan Lena.
***
Aku mengenakan dress biru favoritku. Aku bahkan menyewa make up artist untuk mendandaniku. Aku harus terlihat cantik. Ingin kulihat reaksi laki-laki bernama Mike itu padaku.
Aku sudah mencari tahu tentang dia. Masa lalu dan terutama seperti apa tipe wanita kesukaannya.
Firasatku buruk begitu mengetahui latar belakang Mike. Pemuda miskin yang tiba-tiba kejatuhan durian runtuh setelah menikah dua kali dan dua istrinya bernasib mengenaskan. Apa Lena mengetahui fakta ini? Aku juga terkejut ketika tahu dari salah satu temannya yang mabuk jika tipe Mike bertolak belakang dengan wanita-wanita yang dinikahinya, termasuk Lena.
Keberuntungan untukku, Mike menyukai wanita sepertiku. Sayang, aku tidak akan pernah menyukainya.
Seperti yang kuduga, aku dapat melihat dengan jelas ketertarikannya begitu melihatku. Saat itu juga aku tahu ia bukan pria tepat untuk Lena. Lena tidak akan pernah bahagia dengannya, bahkan mungkin nyawanya bernasib sama seperti dua istri Mike terdahulu. Aku tidak bisa membiarkan hal itu. Mike tidak akan bisa mendapatkan apa yang ia rencanakan selama aku masih hidup!
Aku sudah berusaha membujuk Lena. Namun ia dibutakan oleh impiannya. Ia bahkan mengizinkanku menguji Mike dan sudah terima jika hasilnya buruk.
"Tidak Lena, ini bukan tentang kesetiaan. Ini tentang hidupmu!" batinku gemas. Tapi aku belum punya bukti. Aku harus mendekati Mike dan mengumpulkan kebusukan-kebusukannya.
Ia jatuh dalam pelukanku dengan mudah. Meski aku merasa jijik ketika kami berhubungan badan, aku berusaha menikmati dengan membayangkan Lena.
Aku kesal ketika dengan santainya ia berkata jika ia lebih menyukaiku dan akan menceraikan Lena jika saatnya telah tiba. Mike akan menyakiti Lena! Kali ini, Lena mungkin akan benar-benar hancur.
***
Aku tidak menduga Lena akan datang hari itu ketika aku dan Mike sedang berhubungan intim.
Begitu kudengar suara Lena di depan pintu masuk, aku segera membuka suara, berharap Lena menyadari keberadaanku di situ dan pandangannya pada Mike akan berubah benci. Lebih baik ia membenci Mike daripada membiarkan Mike menghabisinya lebih dulu.
Saat Lena melihatku, aku langsung mengatakannya tanpa suara karena Mike masih terpaku di depan pintu kamar. "Ia akan menceraikanmu."
Lena tampak terpukul. Ia berlari keluar. Aku curiga saat Mike bergegas mengambil smartphonenya dari atas meja dan masuk ke kamar mandi untuk menelpon. Aku tahu ia bukan berusaha menelpon Lena. Ia menghubungi seseorang, aku menduga algojo yang dulu mengeksekusi Oka.
Aku hampir menangis saat Mike membuka pintu kamar mandi.
"Bagaimana ini?" tanyaku khawatir. Ia berusaha menghiburku. Namun bukan soal marahnya Lena yang kukhawatiran, tetapi keselamatannya. Aku amat takut sampai-sampai bergetar dalam pelukan Mike.
Ketakutanku menjadi kenyataan setelah dua petugas polisi mendatangi kami dan mengabarkan kecelakaan Lena. Aku hampir pingsan mendengarnya. Mike menahan tubuhku tepat waktu. Tapi yang kuinginkan sekarang adalah mengambil pistol polisi di hadapan kami lalu menembak kepalanya hingga pecah.
Tapi itu terlalu mudah untuk Mike. Aku menginginkan ia lebih menderita dari pada itu. Kebencianku semakin menjadi begitu sampai di rumah sakit. Ia membunuh Anna yang manis dan menghancurkan wajah Lena yang kucintai! Melenyapkan senyum manis Lena-ku! Tidak bisa dimaafkan!
Aku harus menyusun rencana untuk membalasnya. Aku tahu pembalasan yang baik butuh waktu, karena itu aku mengiyakan ketika ia melamarku. Aku harus sedekat mungkin denganya agar bisa mengawasinya. Mencari tahu apa yang menjadi kelemahannya.
Siapa sangka kelemahannya muncul dariku. Ia mencintai anak yang ku kandung, bahkan saat masih berada dalam kandungan. Anak yang sebenarnya kubenci karena berasal dari benih busuk lelaki yang menghancurkan hidup orang yang amat kucintai.
Tapi aku harus mempertahankannya karena anak itu yang akan menjadi salah satu alat balas dendamku.
Aku sempat mendengar Lena mengigau saat ku antarkan makanan ke dalam kamarnya. Ia bermimpi buruk. Mengatakan sesuatu yang tidak jelas mengenai Anna. Aku menjadi sering ke kamarnya ketika ia tidur. Mendengarkan mimpi-mimpi buruknya. Igauannya dalam tidur kurangkai hingga aku menerka fakta itu.
Aku tahu mengenai sakit Anna yang berlangsung berhari-hari, tapi tidak kusangka Mike tega melakukan hal sejahat itu pada Anna.
Meski begitu, kudapati hal yang aneh. Mike bukan tipe yang menyukai anak kecil, tidak sekalipun dalam konteks seksual. Bukan Mike yang melakukan hal seperti itu.
Aku pun kembali menghubungi omku. Menanyakan jika Mike berhubungan dengan seorang penyuka anak-anak.
Omku mendesah keras di telepon dan mengatakan, "bukankah sudah kukatakan jangan berhubungan dengan Anton! Kali ini apa lagi? Jangan cari mati."
Aku langsung mengetahui jawabannya. Ku cari tahu perihal Anton. Setelah mendapatkan informasi perusahaannya yang ternyata merupakan supplier besar di perusahaan Mike, aku dengan mudah mendapatkan janji temu dengannya hanya dengan menyebut nama Mike.
"Selamat siang Nyonya. Kita pernah bertemu di pernikahan anda. Ah, tapi anda mungkin tidak ingat."
Senyumnya amat menjijikan. Aku tidak bisa membayangkan kengerian yang dialami Anna jika benar ia jatuh ke tangan laki-laki tambun itu.
Aku tersenyum, "maafkan saya. Banyak sekali tamu yang hadir hari itu."
"Wah... tampaknya Mike cukup hebat. Sudah jadi satu rupanya. "Ia melirik pada perutku yang membesar. Entah apa yang dipikirkan otaknya yang sakit itu.
Aku mengelus-elus perutku. Menahan diri agar tidak menusuk sebentuk daging di dalam.
"Iya. Dia hebat. Hehe... anda menginginkannya?"
Anton tampak terkejut namun dengan cepat menguasai diri. "Maksudnya?"
"Anda tidak ingin mengambilnya sebagai pengganti Anna?"
Anton terkesiap. Ia sontak berdiri dari kursi putar empuknya lalu berjalan mondar mandir dengan kedua tangan menyatu di depan mulut. "Bagaimana anda tahu? Mike menceritakannya?"
Aku membuat sebuah kebohongan dengan lancar. "Mike bercerita saat mabuk."
"Sial!" Aku bisa mendengarnya mengumpat. "Jadi apa yang ingin anda sampaikan sebenarnya, nyonya? Anda ingin memerasku atau apa?"
Aku tertawa. "Tidak ada keinginan untuk memeras anda." Kulihat bahunya tidak setegang tadi. "Aku ingin bertanya, apa pendapat anda tentang Anna? Jujur saja."
Anton mendesah nafas berat. Kemudian ia tersenyum ketika kahayalannya menjadi liar. "Ah... Anna. Anak yang cantik. Dia adalah sosok sempurna yang selama ini ku cari-cari. Sejujurnya aku sedikit tidak senang dengan perlakuan Mike padanya yang cukup kasar. Aku juga berharap yang mati ibunya saja, bukan dia. Mike pasti dengan senang hati memberikannya padaku."
Aku ingin muntah mendengar pengakuannya. "Kalau begitu mengapa anda membantu Mike membunuh Anna?"
Kening Anton berkerut. "Aku tidak membantunya. Aku memang punya kaki tangan professional yang kadang dia pinjam... Tunggu sebentar..."
Anton memutar musik keras kemudian menelpon seseorang dan pergi ke sudut ruangan kerjanya yang besar. Aku tidak bisa mendengar apa pun yang ia katakan. Namun ia kembali ke mejanya dengan wajah merah padam.
"Mike sialan! Sudah kubilang jangan melakukan sesuatu pada gadis itu sebelum kusuruh! Sial! Dia menyia-nyiakan barang bagus." Tangan besar Anton menggebrak meja.
Aku benci mendengarnya menyebut Anna seolah-olah sebuah barang dagangan.
"Apa yang akan anda lakukan pada Mike?" tanyaku lagi.
Anton mendecakkan lidah. "Akan kusuruh dia menemukan pengganti Anna. Harus mirip atau lebih baik!"
"Laki-laki atau perempuan?"
"Aku suka keduanya. Tapi sebelum Anna, ia hanya bisa membawakan anak-anak di bawah ekspektasiku. Sialan! Benar-benar sia-sia."
"Bagaimana jika aku memberimu anak Mike?"
Ia tersentak mendengar kata-kataku. "Nyonya sedang bercanda?"
"Bayangkan rupa anakku dan Mike kelak."
Ia meneguk liur dan memandangi perutku. "Tentunya tidak buruk," gumamnya. Namun ia segera tersadar. Tidak ada ibu yang akan memberikan anaknya begitu saja. "Mengapa kau menawarkan anakmu sendiri?"
"Untuk sebuah bantuan."
"Bantuan apa?"
"Nanti saja. Akan kukirim fotonya setelah kulahirkan jika anda masih tertarik. Sementara ini, kuharap anda menyimpan percakapan kita dari Mike."
Aku berdiri dan memutari meja, mendekatinya. Ia tampak waspada namun tahu jika seorang wanita yang hamil besar tidak bisa berbuat banyak.
"Bayangkan jika anda mendapatkan seorang anak rupawan yang bisa anda bentuk sejak kecil," bisikku di telinganya. "Mungkin akan lebih memuaskan dibandingkan Anna."
Dapat kulihat sesuatu menonjol di antara kedua paha Anton. Sedikit tertutup oleh perut tambunnya.
***
Aku tersenyum melihat barisan beberapa orang ketika aku dan Mike memasuki ruang tengah.
Lena berdiri dengan anggun menggendong Nico. Di kanannya terdapat wanita gila yang pernah diceritakan Lena. Aku mencari tahu keberadaan wanita itu dan ia membaik begitu kubisikkan rencana-rencana balas dendam pada Mike setiap hari. Wanita gila itu masih sedikit terganggu, ia menatap Mike dengan mata melotot dan seringai mengerikan. Di kiri Lena adalah Anton, yang banyak membantuku mengeksekusi pembalasan ini.
Anton tidak bisa berkata tidak saat kukirimkan foto putraku dan Mike yang tampak mengagumkan. Ia menyadari kecintaan Mike pada anaknya dan tahu Mike tidak akan memberikan darah dagingnya sendiri padanya, padahal ia terlanjur termakan imajinasi liarnya. Dengan mudah Anton menghubungiku dan kami membahas beberapa kesepakatan juga rencana.
Kaki tangannya sudah terbiasa membuat suatu kejadian menjadi seperti kecelakaan. Mike sempat mengungkapkan kekhawatirannya jika ada yang membuntutinya selama beberapa hari. Aku berpura-pura menertawakannya dan mengatakan jika ia hanya paranoid.
Padahal memang benar anak buah Anton bergantian mencari celah untuk membunuhnya. Pertama mereka menyingkirkan supir Mike dan mengirimkan kabar palsu jika supirnya harus pulang kampung karena suatu hal yang mendadak. Kemudian Anton memancingnya ke Puncak. Mike memacu kendaraannya di atas batas normal karena kekhawatirannya akan penguntitan akhir-akhir ini.
Kecelakaan itu pun dengan mudah terjadi. Tanpa pelaku yang tertangkap. Tanpa saksi mata.
Saat tidak menerima kabar Mike sehari setelah kepergiannya, aku tersenyum penuh kemenangan dan kegembiraan. Pertama kali menerima kabar dari rumah sakit, aku dan Lena sedang asik menonton Nico bermain-main. Bagaimanapun anak itu akan kami lepas. Aku tidak begitu perduli, namun tampaknya Lena sedikit berat hati. Ah... ia memang berhati lembut dan berjiwa keibuan.
Aku bersenandung riang ketika mendapati Mike terkejut hingga tak bisa berkata-kata.
"Mike dengar kan? Mereka akan membantuku mengurusmu dan Nico. Ah... khusus Nico, Pak Anton sudah mengajukan diri.
"Tidaaakk!!!" jerit Mike sekencang-kencangnya ketika Lena memberikan Nico pada Anton.
Anton mengelus lembut punggung Nico yang menggeliat tidak nyaman di tangan yang terasa asing baginya.
"Ssst... ssttt... anak cakep. Mulai sekarang om yang urus kamu. Kamu pasti senang." Ia mengabaikan Mike yang menjatuhkan diri ke lantai dan merayap menyedihkan berusaha menggapai Nico.
"Jangan anakku, Anton! Aku mohon! Jangan anakku!" jerit putus asa Mike. Ia memeluk kaki Anton sambil menangis terisak-isak.
"Ah, nyonya Crystal. Saya tahu anda pasti sibuk. Saya pamit dulu. Nico pasti nggak sabar ke rumah barunya."
Aku tersenyum lebar. "Silahkan Pak Anton. Terima kasih atas bantuan dan pengertiannya."
Dalam sekali hentakan, Anton melepaskan kakinya dari Mike yang lemah tak berdaya. Keluar dari rumah dengan senandung bahagia.
"Nico... Nico... anakku..." Sedu sedan Mike justru membuatku ingin segera melampiaskan emosi yang selama ini kutahan.
Aku dan Lena menyeret Mike ke atas kursi yang sudah kami persiapkan. Lengkap dengan tali pengekang.
"Crystal... mengapa... kau tega sekali Crystal... huhuhu..." Mike penuh dengan air mata.
"Diamlah Mike. Kau manja sekali. Baru juga merasakan hal ini. Bukankah kamu sudah melakukan hal yang sama pada banyak orang. Bedanya kamu menggunakan orang lain karena kamu tidak ingin tanganmu kotor. Haha... kamu nggak tahu betapa puasnya mengeksekusi dengan tanganmu sendiri. Nah... karena kamu terlalu berisik bagaimana kalau..." Aku mengambil sebuah gunting besar lalu memberikannya pada wanita gila.
"Nyonya Sophie, silahkan mengambil kehormatan untuk melampiaskan perasaan anda yang selama ini terpendam."
Sophie seperti orang ling lung awalnya ketika menerima gunting tersebut.
Kubuat Mike menjerit agar mulutnya membuka dan kutarik dengan tang. Sophie tampaknya tahu apa yang akan ia lakukan dengan gunting di tangannya. Ia tersenyum lebar saat menatap Mike.
Tampak ketakutan membayangi Mike melihat kengerian yang akan ia rasakan sebentar lagi. Kepalanya tertahan tali dan ia akan kesakitan jika berusaha berpaling dengan lidah yang ditahan tang.
Kami bertiga tersenyum cerah ketika darah muncrat membasahi baju.
Aku segera membebat lidah Mike agar ia tidak mati kehabisan darah. Tidak seru kan jika ia mati cepat.
"Nah Lena. Apa yang kamu inginkan dari Mike?"
Lena tersenyum padaku. Wajahnya yang rusak tidak mengangguku, ia masih tampak mempesona dan bersinar bagai mentari dengan senyumnya yang kurindukan itu.
"Aku ingin setidaknya dia merasakan yang Anna rasakan."
"Aku juga mau! Aku juga!" seru Sophie sambil menepuk-nepukkan tangannya dengan riang.
"Sabar ya. Hari masih panjang kok."
Aku menegakkan tubuh, tersenyum dingin dan menatap ke bawah, ke arah Mike dengan pandangan hina. Ketakutan yang terpancar di matanya seakan memberikan energi padaku.
Dengan tangan yang masih berlumuran darah, kupeluk Lena dari belakang dan berbisik lembut di telinganya. "Aku akan melakukan apa pun untukmu Lena. Apapun! Akan kupertahankan senyum indahmu itu. Tidak akan kubiarkan siapapun melukaimu lagi."
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro