Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 9 (Direvisi)

Sakura melirik nama Sasuke yang tertera di kontak aplikasi Lime yang digunakannya sebagai satu-satunya orang yang berada di list 'new friend'. Lelaki itu memutuskan memberikan kontaknya untuk mempermudah Sakura menghubunginya jika ia tertarik untuk bekerja, dan ia masih berpikir keras soal tawaran pekerjaan itu.

Lelaki itu menawarkan pekerjaan full time sebagai kasir dengan libur satu kali seminggu dengan gaji setara pegawai kantoran, sebuah tawaran yang sejujurnya sangat menarik bagi Sakura. Gaji yang ditawarkan lelaki itu bahkan lebih besar dari pekerjaan Sakura di minimarket saat ini meski ia mengambil shift malam dimana gaji yang diberikan juga lebih besar ketimbang shift lainnya.

Selain itu jam pekerjaan di kafe itu juga setidaknya lebih normal ketimbang pekerjaan lamanya. Kafe buka mulai dari pukul sepuluh pagi hingga sepuluh malam, namun terdapat dua kali istirahat sebanyak satu jam. Dan sebetulnya pekerjaan sebagai kasir tidak begitu berat meski ia perlu bertanggung jawab soal uang.

Namun Sakura harus merelakan reputasinya jika ia bekerja di kafe itu. Ia pasti akan dikira sebagai orang cacat karena bekerja di kafe itu dan ia jelas akan menjadi sasaran dari hujatan yang dilakukan oleh manusia tak berperasaan yang menghina para karyawan kafe yang memiliki disabilitas.

Meski Sakura sendiri tidak keberatan untuk bersikap baik pada orang-orang yang memiliki disabilitas sebagaimana ia memperlakukan orang-orang normal sebagai manusia yang setara, ia tetap merasa keberatan jika diasosiasikan setara dengan para penyandang disabilitas. Egonya sebagai manusia membuat dirinya merasa sedikit lebih superior dari para penyandang disabilitas.

Sesungguhnya Sakura masih tak begitu yakin dengan pengakuan Sasuke bahwa lelaki itu adalah pemilik kafe. Ia pikir, kafe itu memiliki banyak karyawan, mengapa lelaki itu harus bekerja sebagai pelayan dan ikut bersih-bersih? Padahal ibunya yang pemilik kedai kecil saja berharap agar bisa menyerahkan usahanya pada karyawan meski saat ini masih harus berada di kedai setiap hari dan ikut memasak meski menyerahkan pekerjaan bersih-bersih pada karyawan lain.

Lagipula tawaran pekerjaan yang diberikan Sasuke juga aneh. Lelaki itu bahkan tidak membuka lowongan pekerjaan di manapun dan gaji yang diberikan juga terlalu besar sebagai kasir. Namun di sisi lain Sakura akan bisa segera menjadi orang dewasa yang mandiri seandainya ia bekerja di tempat Sasuke.

Sakura melirik kalender di ponselnya dan menyadari jika hari ini adalah tanggal dua puluh tujuh. Hanya tersisa tiga hari baginya untuk membuat keputusan, apakah ia akan bekerja di tempat Sasuke dan resign dari pekerjaan lamanya atau sebaliknya?

Seketika Sakura teringat dengan ucapan Sasuke mengenai inspirasi novel dan ia segera mengambil keputusan. Ia harus membalas dendam pada penanggung jawab penerbit yang meremehkan dirinya dan membuktikan kalau suatu saat nanti ia bisa menghasilkan novel yang laris di pasaran.

.

.

Yamanaka Ino, salah seorang sahabat Sakura, merasa keheranan ketika sahabatnya mendadak menelpon dan meminta tolong untuk mengajarinya bahasa isyarat dalam waktu kurang dari seminggu. Gadis itu bahkan berniat berkunjung ke rumahnya, membuatnya heran setengah mati.

Saat kuliah dulu, Ino memang sengaja memutuskan mengambil jurusan yang membuat orang-orang mengernyitkan dahi saat mendengarnya. Mereka bahkan mempertanyakan bagaimana prospek kariernya dan juga jodohnya karena ia akan bekerja dengan dikelilingi oleh orang-orang yang tidak akan sesuai dengan kriteria pasangan hidup yang dimiliki oleh orang-orang pada umumnya.

Sebetulnya bukan tanpa alasan Ino memutuskan mengambil jurusan pendidikan luar biasa di universitas. Ketertarikannya bermula dari kekagumannya menyaksikan konser dimana seluruh performisnya adalah orang-orang berkebutuhan khusus dan setelahnya ia tertarik untuk mengambil jurusan tersebut.

Di masyarakat, orang berkebutuhan khusus cenderung dianggap sebagai aib dan beban dalam keluarga. Bahkan ada kasus dimana orang tua membuang anak mereka yang mengalami disabilitas. Karena itulah Ino berpikir ingin membimbing orang-orang yang memiliki disabilitas agar mampu hidup layaknya orang normal, yakni bersosialisasi dan menghasilkan uang. Ia ingin menghancurkan stigma yang selama ini dimiliki masyarakat.

Dan kini, ia bekerja sebagai pengajar di SLB dimana ia menangani siswa tunarungu dan tunawicara. Menurutnya, dari semua siswa yang berada di SLB, siswa tunarungu dan tunawicara adalah yang paling mudah untuk memahami pelajaran yang ia berikan, setidaknya mereka memiliki kondisi mental, kecerdasan dan penglihatan yang tidak berbeda dengan orang normal.

Terdengar suara bel di pintu dan Ino segera meletakkan novel yang sedang dibacanya di atas meja serta menekan tombol interkom di dekat pintu.

Ketika melihat wajah Sakura, ia segera berjalan ke arah pintu dan membukanya.

"Hey, pig. Ini kubawakan cemilan untukmu," ujar Sakura seraya tersenyum dan membawa kantung plastik berisi beberapa kantung cemilan.

Ino segera menutup pintu dan menerima kantung dari Sakura serta melirik keripik-keripik favoritnya di dalam kantung itu. Ia segera berseru, "Ya ampun! Cemilan kesukaanku."

Sakura terkekeh dan menyeringai, "Anggap saja sebagai bayaran karena meminta tolong padamu, pig."

Ino seketika berdecak kesal dan berjalan menuju sofa serta membuka salah satu keripik kentang, "Kenapa kau memintaku mengajari bahasa isyarat tiba-tiba begini? Jangan bilang kalau ini berkaitan dengan novelmu."

"Bukan begitu. Mulai bulan depan aku akan pindah kerja."

Ino mengernyitkan dahi, tak paham dengan maksud Sakura. Memangnya apa korelasi antara berpindah tempat kerja dengan bahasa isyarat?

Seolah menyadari keterkejutan Ino, Sakura segera berkata, "Aku bekerja sebagai kasir di Leise bulan depan."

"Leise?" Ino mengernyitkan dahi sesaat sebelum seketika teringat mengenai kafe yang sering diceritakan para muridnya.

"Tunggu ... maksudmu kafe yang seluruh karyawannya mengalami disabilitas? Kau tidak serius, 'kan?"

Sakura menatap Ino lekat-lekat dengan raut wajah datar, "Kalau tidak serius, kenapa aku mendadak meminta tolong begini padamu?"

Ino benar-benar heran dengan ucapan Sakura. Bagaimana bisa temannya malah bekerja di kafe dimana seluruh karyawannya mengalami disabilitas.

"Bagaimana bisa kau bekerja di sana? Bukankah seluruh karyawan di kafe itu mengalami disabilitas dan setahuku syaratnya harus laki-laki."

Sakura mengendikkan bahu, "Aku juga tidak tahu. Kebetulan aku sering berkunjung ke kafe itu dan mendadak barista yang mengaku sebagai pemiliknya menawariku pekerjaan sebagai kasir dengan gaji setara pegawai kantoran. Menurutmu itu aneh tidak, sih? Jangan-jangan dia menipuku."

Ino mengerti jika Sakura merasa khawatir. Seandainya ia berada di posisi gadis itu, ia pasti akan berpikir hal yang sama. Lagipula kasus penipuan berkedok lowongan kerja adalah kasus yang cukup marak akhir-akhir ini.

"Dia memintamu mentransfer sejumlah uang tidak? Lalu dimana kalian akan melakukan interview? Kalau lokasinya adalah tempat yang 'aneh', sebaiknya kau berhati-hati, forehead," jelas Ino seraya menatap gadis merah muda itu dengan raut wajah yang tampak serius.

Sakura menggelengkan kepala sebagai reaksi dan berkata, "Dia tidak meminta uang, sih. Katanya kalau aku berminat, aku diminta untuk mengirimkan pesan padanya lalu dia akan memberitahu kapan aku bisa mulai bekerja."

Ino masih merasa curiga dengan penjelasan Sakura. Hal seperti itu memang tidak aneh jika seseorang berniat merekrut orang yang dikenalnya, tetapi Sakura seharusnya tidak mengenal pemilik kafe itu.

"Kau mau lihat kontaknya? Ini orangnya," Sakura memperlihatkan kontak Sasuke di aplikasi Lime pada Ino.

Ino meraih ponsel Sakura dan rasa penasaran membuatnya meng-klik foto profil Sasuke. Tatapannya tertuju pada sosok Sasuke yang memakai coat yang dibidik menggunakan kamera dari kejauhan sehingga wajahnya tidak terlihat jelas meskipun sudah diperbesar dengan latar belakang salju serta sebuah bangunan bermodel Eropa dengan kubah berbentuk bulat yang merupakan ciri khas bangunan di Rusia.

Ino menyadari jika lelaki yang berada di foto profil tersebut tampaknya berpostur tinggi semampai dengan tubuh yang ramping jika dilihat dari foto profilnya dan ia segera berkata, "Tubuhnya bagus. Aku jadi penasaran dengan wajahnya."

Sakura meringis mendengar reaksi Ino. Salah satu alasan mereka berdua bisa bersahabat adalah karena keduanya sama-sama pemuja lelaki tampan. Dan ia yakin Ino pasti akan menggila jika mengetahui wajah Sasuke yang sesungguhnya.

"Menurutku wajahnya juga sebagus tubuhnya."

"Eh!" pekik Ino dengan keras. "Kalau kau bilang tampan, pasti menurutku juga begitu. Dan aku yakin lelaki ini juga pasti kaya. Buktinya dia bisa berlibur ke Eropa. Lihat saja foto profilnya."

Sakura mengagumi ketajaman observasi Ino. Ia bahkan tak memperhatikan foto profil Sasuke sama sekali.

"Kau berniat belajar bahasa isyarat karena lelaki ini?" tanya Ino.

Sakura segera menyanggah Ino, "Lebih tepatnya karena aku butuh uang dan inspirasi novel, pig. Lelaki itu bilang kalau mungkin saja aku bisa mendapat inspirasi novel setelah bekerja di kafe. Siapa tahu saja aku dapat inspirasi dan menghasilkan novel yang bagus serta membalas dendam pada penanggung jawab arogan itu."

Ino tersenyum, "Ya sudah, akan kuajari. Sebagai gantinya, aku ingin kau mentraktirku di kafe sekaligus mempertemukanku dengan lelaki tampan itu. Oke?"

Sakura mendengus, "Sadarlah, pig. Tidak peduli setampan apapun lelaki itu, tetap saja dia itu ... "

Ada jeda sesaat sebelum Sakura berkata, " ... disabilitas. Dia bukan calon suami potensial. Jadi jangan banyak berharap."

Ino mendelik dan menatap Sakura, "Apa, sih? Aku hanya ingin cuci mata saja, kok. Kalau kau tidak mau, aku tidak akan mengajarimu, nih."

Sakura mendesah pasrah. Bagaimanapun juga, ia tak memiliki pilihan lain selain belajar secara langsung dari Ino.

"Ya sudah. Minggu depan aku akan mentraktirmu. Kau tinggal datang ke kafe dan lihat saja si barista berambut hitam. Itu orang yang kau lihat foto profilnya tadi."

Sesudahnya Sakura menarik ponselnya dari genggaman tangan Ino dan segera mengirim pesan pada Sasuke, mengabarkan kalau ia bersedia bekerja.

.

.

Sasuke mengusap kedua matanya yang berair setelah ia menguap. Semalam ia sama sekali tidak tidur karena harus pergi ke kafe setelah mengantar Sakura kembali ke rumah dan kini ia bahkan merasa lelah dan tubuhnya meriang ketika terkena angin dari pendingin udara yang menyala di ruang keluarga.

Lelaki itu melangkahkan kaki menuju kamarnya dan meraih ponselnya yang mendadak bergetar karena notifikasi.

--------------------------

From : Sakura Earl Grey

Halo.

Aku Sakura yang waktu itu bertemu denganmu di minimarket.

Apakah tawaran pekerjaan itu masih tersedia? Kalau iya, aku berniat mengambilnya ... hehe

--------------------------

Sasuke bahkan berusaha keras untuk mencerna kalimat wanita itu berkat rasa kantuk yang membuat kinerja otaknya berkali-kali lipat lebih buruk dibanding biasanya. Ia begitu mengantuk hingga hampir memejamkan matanya saat ini.

--------------------------

To : Sakura Earl Grey

Masih.

Datang ke kafe jam delapan tanggal satu bulan depan untuk mulai bekerja.

--------------------------

Sesudahnya Sasuke mematikan telepon dan melangkah dengan lunglai menuju kamarnya. Besok ia harus segera memberitahu pada karyawan lainnya dan memperingati mereka untuk tidak melakukan hal-hal aneh.

-Bersambung-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro