Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 4 (Direvisi)

Gardenia. Good luck.

Itulah pesan yang sebetulnya ingin disampaikan Sasuke pada gadis berambut merah muda yang mengingatkannya akan bunga sakura di musim semi dan secara kebetulan juga bernama sama dengan bunga tersebut.

Sejak kali pertama gadis itu datang, Sasuke menyadari jika Sakura selalu tampak sibuk berkutat dengan komputernya. Karena itulah ia memutuskan meluangkan waktu untuk menggambar bunga gardenia di atas setiap latte yang dipesan Sakura sebagai caranya berkomunikasi.

Barangkali tak satupun karyawan menyadari hal ini. Bahkan para pelanggan pun tampaknya tak menyadarinya. Namun inilah cara Sasuke berkomunikasi dengan pelanggannya dan ia menikmatinya, karena itulah ia selalu membuat latte untuk setiap pelanggan yang memesan meski dirinya bukanlah satu-satunya barista di kafe ini.

Lelaki itu selalu mengamati setiap pengunjung yang memesan latte dan menggambar bunga dengan makna yang sesuai dengan pesan yang ingin ia sampaikan. Ketika tak ada pesan yang bisa ia sampaikan, setidaknya ia akan membuat latte dengan warna dan desain yang sangat cantik sehingga membuat siapapun yang menikmatinya akan merasa senang.

Bunga gardenia yang sebetulnya terkadang digunakan sebagai buket yang dibawa penganti di hari penikahan memiliki begitu banyak arti, mulai dari kemurnian, kepercayaan, harapan, cinta, juga ucapan 'semoga beruntung' tergantung bagaimana sang pemberi dan penerima memaknainya.

Sasuke benar-benar memilih bunga gardenia dengan harapan gadis itu beruntung dengan apapun yang dikerjakannya. Dan ia juga berharap serta percaya bahwa gadis itu bisa melakukan apapun yang ia lakukan dengan lancar.

Namun tampaknya tak satupun dari pesan yang ingin disampaikan Sasuke berhasil meraih gadis musim semi itu sehingga ia merasa kecewa.

Sasuke bukanlah seorang pecinta literatur. Ia bahkan lebih memilih mengekspresikan dirinya melalui rupa, bukan kata. Namun ketika ia tanpa sengaja mengintip layar komputer gadis itu dan menyadari bahwa Sakura adalah seorang penulis novel, ia merasa lega karena kemungkinan terburuk yang ia duga bahwa gadis itu adalah seorang pengidap gangguan jiwa tak terbukti.

Ia segera menuliskan pesan pada gadis itu, menanyakan sesuatu yang sebetulnya tak berkaitan dengan dirinya.

-------------------------------

Kau ingin berhenti menjadi penulis?

-Sasuke

-------------------------------

Tatapan Sasuke tertuju pada Sakura yang kini membaca pesannya. Gadis itu segera menuliskan pesan balasan dan kali ini meninggalkan meja sejenak untuk pergi ke toilet.

Ketika melewati meja barista, Sakura segera menyisipkan kertas itu sebelum pergi ke toilet. Meski Sasuke cepat-cepat mengambil kertas itu, tetapi dirinya tetap menjadi pusat perhatian.

'Aih. Sejak tadi kalian terus bertukar pesan?' ucap Sai, salah seorang pelayan, dengan bahasa isyarat.

Naruto yang kini juga sedang bersantai karena tak ada satupun pelanggan baru yang tiba maupun membutuhkan bantuan pelayan segera menggerakkan tangannya.

'Akhirnya pangeran es di kafe kita tertarik pada wanita. Kupikir dia tertarik dengan salah satu dari kita.'

Sasuke mendengus kesal meski ia tahu bahwa Sai bahkan tak bisa mendengarkan dengusannya. Lelaki itu adalah seorang tuna rungu dan tak mampu mendengar suara sedikitpun. Sepertinya lelaki itu bahkan tak tahu seperti apa suara yang sesungguhnya.

Gaara, salah satu barista di kafe, bahkan ikut melirik Sasuke dan sedikit menyeringai sebelum berpura-pura tak peduli dengan sikap kedua temannya. Ia memutuskan mengambil dua shot espresso dan mencampurkannya dengan sedikit teh hijau dan gula untuk dirinya sendiri sebagai obat penahan kantuk yang cukup mujarab untuknya. Masih ada beberapa jam sebelum kafe tutup dan matanya terasa begitu berat hingga ia hampir terpejam.

'Menjijikan. Aku bukan gay.'

Sasuke sengaja mengerakkan tangannya kuat-kuat untuk memberi penekanan akan ucapannya. Meski biasanya ia akan diam, tetapi ia harus menyangkal ucapan Naruto. Ia tak ingin seluruh karyawan mengiranya sebagai pecinta sesama jenis hanya karena kebetulan ia merekrut karyawan yang seluruhnya pria.

Sebetulnya bukan tanpa alasan ia merekrut karyawan yang seluruhnya pria. Sejak awal ia membuka kafe ini, ia mengira bahwa mungkin saja konsep kafe ini tidak dapat diterima atau ada orang yang akan mencerca karena seluruh karyawan adalah orang dengan disabilitas. Jika ia merekrut karyawan wanita, barangkali karyawan tersebut tak akan sanggup bertahan dan ia juga merasa tak tega membiarkan seorang wanita dengan emosi yang cenderung rapuh menghadapi hal seperti itu.

Dan hal yang diperkirakan Sasuke menjadi kenyataan. Kafe miliknya sempat mendapat review dan rating buruk dari pelanggan yang tidak mengetahui kondisi seluruh karyawan dan menganggap karyawan sangat tidak ramah karena sama sekali tak berbicara, atau pelanggan yang kesal karena diharuskan untuk tidak bersuara, atau bahkan penghinaan terhadap karyawan dengan menyebutnya sebagai 'sarang orang cacat yang menjijikan'.

Sasuke yang membaca semua review itu memutuskan untuk tak melakukan apapun meski ia memiliki kekuatan untuk melakukan sesuatu pada orang-orang itu. Ia merasa waktunya terlalu berharga untuk meladeni manusia seperti itu. Lagipula ia juga tak memiliki alasan untuk marah ketika seseorang menyebutnya cacat karena faktanya memang begitu.

Dan tanpa Sasuke bertindak sedikitpun, orang-orang itu dengan sendirinya mendapat serangan berupa makian dari para pengguna jejaring sosial maupun aplikasi review sehingga pada akhirnya menghentikan tindakan mereka. Dan sebagai imbasnya, kafe miliknya malah mendapat lebih banyak pengunjung.

Sasuke menepuk bahu Gaara dan memberitahu bahwa ia akan pergi ke dapur untuk membuat sebagian kue yang harus mulai dibuat hari ini untuk dijual besok.

Lelaki itu segera membuka pintu dapur dan mendapati dua lelaki yang sedang berada di dapur, yakni sang chef sekaligus asistennya yang merangkap sebagai dish washer. Tanpa mempedulikan mereka, ia segera bersandar pada dinding dan membaca pesan dari Sakura.

-------------------------------

Ah... sepertinya aku baru sadar kalau sepertinya menulis bukan bidangku.

Siapa tahu saja ternyata aku memang berbakat dan bisa sukses sebagai pegawai kantoran.

Kalau aku berhasil, aku akan datang setiap hari deh :) 

-Sakura

-------------------------------

Sasuke sadar bahwa ini bukan urusannya sama sekali. Namun ia selalu mengamati gadis itu yang tampak menikmati apa yang sedang dilakukannya dan ia tak ingin membayangkan gadis itu melakukan sesuatu yang barangkali bukan ketertarikannya.

Tangan Sasuke seolah bergerak sendiri ketika ia menuliskan sebuah pesan pada gadis itu serta segera keluar dan menyisipkannya di meja Sakura saat ia sengaja menggantikan Sai yang baru saja akan mengantar tagihan ke meja salah satu pelanggan, membuat karyawan lainnya merasa heran.

Sasuke menyesali apa yang telah ia tulis selanjutnya. Ia bertindak melebihi apa yang seharusnya ia lakukan, entah apa yang merasukinya.

.

.

Pesan yang dituliskan lelaki yang bahkan hanya diketahui namanya itu terus terngiang di benak Sakura beberapa jam setelah ia membacanya.

Ia bahkan menyimpan kertas itu ke dalam laci mejanya, menganggap seolah kertas itu adalah sebuah benda paling berharga meski benda itu sama sekali tak bernilai secara material.

Sakura berani bertaruh bahwa lelaki itu bukan pembacanya. Bahkan sepertinya lelaki itu bukan tipe orang yang akan membaca novel ratusan halaman selama berjam-jam. Namun pesan lelaki itu membuatnya sangat terkejut.

-------------------------------

Lakukan apapun yang kau cintai.

Kau pasti bisa melakukannya.

-------------------------------

Kali ini Sasuke bahkan tak menuliskan namanya, entah lupa atau memang sengaja. Sebagai gantinya, lelaki itu menggambar bunga gardenia di atas kertas.

Sakura tak pernah mengira seorang lelaki tak dikenal yang tampak dingin bahkan bisa mengatakan hal itu padanya. Tampaknya lelaki itu jauh lebih hangat ketimbang yang ia bayangkan meski tak terlihat hangat dibanding sang pelayan berambut pirang yang selalu tersenyum.

Rasa penasaran mendorong Sakura untuk menggunakan mesin pencari di internet dan mencari makna dari bunga gardenia. Ia tak paham mengapa lelaki itu seolah terobsesi dengan bunga tersebut dan terus menggambarnya di atas latte dan bahkan pada pesan yang ia berikan untuk Sakura.

Tak sampai sepuluh detik kemudian muncul berbagai laman hasil pencarian dan Sakura segera mengklik salah satunya.

Percaya. Harapan. Kecantikan. Kemurnian. Cinta. Good luck.

Sakura tak tahu yang mana pesan yang dimaksud Sasuke, yang jelas ia tak yakin jika pesan yang dimaksud lelaki itu adalah 'kecantikan' atau 'cinta' jika dilihat dari caranya bersikap maupun menulis pesan.

Percaya ... ia yakin lelaki itu tak mungkin percaya pada orang yang baru ditemuinya satu kali, begitupun dengan harapan.

Yang paling masuk akal ... 'good luck'. Apakah lelaki itu secara tak langsung mengucapkan hal itu padanya meskipun saat itu adalah kali pertama mereka bertemu. Atau barangkali Sasuke tak memiliki maksud spesifik, hanya kebetulan menyukai bunga tersebut.

Apapun alasannya, opini Sakura mulai berubah dan ia sedikit berharap dapat berinteraksi lebih banyak dengan lelaki itu.

-Bersambung-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro