Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 12 (Direvisi)

Sakura memiliki begitu banyak praduga sebelum bekerja di kafe. Bahkan beberapa praduga yang ia miliki juga terkesan hiperbola. Namun sesungguhnya praduga yang ia miliki hampir seluruhnya berlawanan dengan realita.

Pada awalnya, ia berpikir jika ia akan menghabiskan setiap hari dengan makan siang sendirian. Seluruh pegawai di kafe adalah pria dan memiliki disabilitas sehingga hampir mustahil untuk memiliki relasi di luar pekerjaan. Ia pikir, ia akan merasa terasing karena perbedaan cara berkomunikasi.

Namun semua ketakutan Sakura sama sekali tidak terbukti. Seluruh pegawai di kafe, bahkan lelaki berambut nanas yang terlihat acuh tak acuh, tampaknya menerima keberadaannya. Beberapa dari mereka bahkan bersedia membantu Sakura mempelajari bahasa isyarat, terutama Naruto.

Para pegawai juga tampaknya memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Sebelumnya, ia menduga jika semua orang tunawicara dan tunarungu adalah orang yang cenderung tenang. Namun persepsinya hancur seketika setelah bertemu dengan Naruto dan Kiba.

Sebelumnya Sasuke sempat menyarankan untuk mematikan notifikasi jika merasa terganggu dengan suara notifikasi sebelum memasukannya ke dalam grup chat karyawan. Ia pikir, seramai-ramainya grup chat tempat kerja, paling-paling hanya akan ada puluhan notifikasi di saat-saat tertentu, terlebih jika ada bos di dalam grup chat tersebut. Karena itulah ia memutuskan untuk mengabaikan peringatan Sasuke.

Sekarang, ponselnya berakhir dengan baterai yang seolah tersedot dalam waktu singkat akibat notifikasi bertubi-tubi di grup chat tersebut. Meski grup tersebut merupakan grup pekerjaan, tampaknya setiap karyawan memperlakukan grup tersebut layaknya grup pertemanan pribadi.

Naruto dan Kiba adalah dua orang yang paling berisik di grup tersebut, begitupun dengan Sai dan Gaara yang lumayan aktif jika dibandingkan dengan kesan pertamanya. Bahkan Sasuke yang ia pikir hanya akan muncul untuk menyampaikan informasi penting ternyata akan muncul sesekali untuk membalas chat teman-temannya.

Sakura tak menyadarinya pada awalnya, namun ia mulai merasa nyaman dengan lingkungan di tempat kerjanya. Sejujurnya, ia bahkan merasa lebih nyaman di tempat ini ketimbang di minimarket tempatnya bekerja sebelumnya. Bahkan ia mulai akrab dengan beberapa karyawan dan hampir selalu menghabiskan waktu istirahat bersama seseorang.

Sakura baru saja menutup cash register dan berniat menuju ruangan pegawai untuk mengambil barang yang ia letakkan di loker serta beristirahat. Siang ini tak seorangpun mengambil jadwal istirahat yang sama dengannya selain Sasuke. Akan tetapi, ia merasa terlalu canggung untuk mengajak lelaki itu makan siang bersama sehingga berencana makan siang di suatu tempat sendirian.

Namun sebuah tepukan di bahu tepat ketika ia hendak berjalan melintasi Sasuke membuatnya terhenti sejenak. Lelaki itu meliriknya, lalu berujar dengan gerakan tangan, 'Temani aku makan siang.'

Sakura tersentak dan untuk sesaat ia terdiam. Ia pikir ia salah memahami maksud yang diutarakan Sasuke dengan bahasa isyarat. Namun pada akhirnya ia memutuskan mengangguk meski ia yakin kalau ia salah paham.

Sejujurnya ia tak mengerti mengapa Sasuke mendadak mengajaknya makan siang bersama. Dibanding bersama Naruto, ia merasa canggung bersama lelaki itu. Bagaimanapun juga, lelaki itu kini adalah bosnya sehingga ia tak bisa bersikap seperti dulu. Entah kenapa, ia pun merasa terbebani bersama dengan Sasuke yang kini seolah memiliki aura yang berbeda sejak mereka menghabiskan waktu di taman.

'Aku mau makan siang di restoran Prancis. Tolong bantu pesankan menu.'

Sakura hanya menganggukan kepala sebagai respon. Kini ia mengerti mengapa lelaki itu memintanya menemani makan siang bersama. Ia pikir mungkin lelaki itu merasa canggung jika harus memberitahu pelayan bahwa dirinya tunawicara.

Dalam hati Sakura berharap agar Sasuke tak memilih restoran yang terlalu mahal meski sepengetahuannya tak ada satupun restoran Prancis dengan harga terjangkau. Ia berniat untuk membayar makan siangnya sendiri kali ini sehingga yang ia khawatirkan adalah harga.

.

.

Untuk pertama kali dalam hidupnya Sakura merasa begitu gugup hingga tak bisa menikmati hidangan lezat di hadapannya dengan benar. Jantungnya berdebar begitu keras hingga ia harus mengeratkan genggamannya pada garpu di tangannya agar tidak menjatuhkan benda itu. Ia merasa tidak nyaman dengan keberadaan Sasuke yang berada di hadapannya dan makan tanpa bersuara sedikitpun, persis seperti sosoknya yang tenang dan terlihat kontras jika dibandingkan dengan Naruto meski keduanya sama-sama tak bisa berbicara.

Pada akhirnya Sasuke mengeluarkan ponselnya meski sebetulnya ia bukanlah tipe orang yang akan makan sambil memainkan ponselnya. Ia tahu sejak tadi perempuan itu merasa begitu canggung hingga makan dengan sangat perlahan.

Ponsel Sakura berbunyi dan ia sedikit menundukkan kepala, seolah membuat gesture untuk meminta maaf dan mengecek ponselnya. Ia mengernyitkan dahi saat membaca pesan dari lelaki itu yang muncul di notifikasi tanpa harus ia buka. Sasuke hanya mengirimkan pesan satu kata dan bertanya 'kenapa?'.

Sakura menatap Sasuke yang duduk seraya menyilangkan kaki dan menatapnya lekat-lekat. Lelaki itu bahkan mengeluarkan aura yang tampak elegan dan seolah memancarkan aroma uang di sekujur tubuhnya, hal yang membuatnya merasa terintimidasi sesungguhnya.

Menatap Sasuke saat ini membuat Sakura menyadari jika dunianya berbeda dengan lelaki itu. Seseorang seperti Sasuke, meski mengalami disabilitas, tetap saja merupakan sosok yang terhormat. Beberapa pelayan bahkan terlihat hormat ketika bertemu pandang dengan lelaki itu.

-----------------

To : Sasuke

Apanya yang kenapa?

-----------------

Sakura menatap pesan yang baru saja ia ketikkan dan melirik nama kontak Sasuke yang tertera di ponselnya. Seandainya seseorang mengetahuinya, ia pasti akan dianggap pegawai tidak sopan karena menulis nama kontak bosnya hanya dengan nama depan tanpa embel-embel apapun.

Pesan balasan datang tak sampai semenit kemudian, lagi-lagi dengan sangat singkat.

-----------------

From : Sasuke

Kau.

-----------------

Sakura merasa semakin gugup. Apakah ia terlihat begitu gugup atau lelaki ini memang bisa membaca pikiran? Jangan-jangan lelaki ini memiliki ilmu sihir. Memikirkannya saja sudah membuat Sakura merasa ngeri seketika.

-----------------

To : Sasuke

Hah? Aku baik-baik saja, kok.

-----------------

Ia tahu Sakura tidak baik-baik saja. Apakah ia terlihat begitu menakutkan hingga gadis itu tidak nyaman Namun Sasuke memutuskan mengabaikannya. Ia tidak akan memaksa jika gadis itu tidak mau membahasnya dan ia segera mengetikkan pesan.

-----------------

To : Sakura Earl Grey

Kalau sudah selesai makan, tolong minta bill pada pelayan.

-----------------

Sakura membaca pesan dari Sasuke dan menghela napas perlahan. Lelaki itu selalu mengirimkan pesan dengan begitu singkat dan tepat sasaran.

.

.

"Berapa harga makan siang tadi? Aku ingin membayar bagianku," ucap Sakura tepat sesudah keluar dari restoran.

Saat makan siang tadi, Sasuke langsung memesan dua paket menu makan siang yang terdiri dari three course menu meski sebetulnya Sakura hanya ingin memesan makanan dan minuman termurah tanpa mempedulikan appetizer, dessert atau jenis hidangan lainnya. Sakura bahkan tidak sempat mengecek seluruh menu, karena lelaki itu langsung menyuruhnya untuk memesan.

Saat pelayan mengantar bill, Sasuke pun hanya melirik sekilas sebelum membuka dompet dan mengeluarkan sebuah kartu hitam yang sempat dilihat Sakura sekilas. Kartu berwarna hitam itu bahkan terlihat elegan ketika dikeluarkan dari dompet Sasuke.

'Tidak usah bayar.'

Sakura terbelalak sesaat. Meski lelaki itu adalah bosnya, ia merasa tidak enak pada lelaki itu. Ia yakin restoran Italia yang dikunjunginya pasti mahal, terlihat dari interiornya yang mewah.

Saat makan, Sakura bahkan tak memperhatikan harga set menu karena ia mengincar menu satuan dengan harga termurah. Namun kebanyakan menu yang ia lihat memiliki harga ribuan yen, atau bahkan ada juga menu berharga puluhan ribu yen yang membuat bola matanya nyaris melompat karena terkejut.

"Yang makan aku, kenapa kau yang bayar? Kalau begitu potong gaji saja, ya?"

Sasuke melirik gadis merah muda itu sebelum menggerakkan jarinya, 'Kalau kupotong lima puluh persen gajimu bagaimana?'

Sakura meringis seketika. Apakah makanan di restoran tadi memang semahal itu? Tahu begini ia akan langsung menolak mati-matian dan memilih menahan lapar ketimbang harus memakan makanan semahal itu.

"Makanannya semahal itu? Umm ... bagaimana kalau dicicil dalam dua bulan? Aku akan bekerja sebaik mungkin sehingga kau tidak akan menyesal telah mempekerjakanku selama dua bulan," ucap Sakura dengan raut wajah yang sangat memelas.

Sasuke tak mampu menahan diri untuk tidak menyeringai karena reaksi gadis itu yang tampak lucu di matanya. Baginya uang 150 ribu yen bukanlah sesuatu yang sangat besar, tetapi jumlah uang yang sama mampu membuat seseorang memohon dengan begitu memelas.

Sakura mendelik sesaat melihat Sasuke yang malah menyeringai. Namun ia mempertahankan raut wajah memelasnya agar lelaki itu merasa kasihan padanya.

"Kau tahu, 150 ribu yen jumlah yang besar bagi orang tertentu. Aku bisa membayar ongkos, biaya makan, maupun biaya listrik dan air di rumah karena aku masih menumpang di rumah orang tuaku. Jadi, kumohon biarkan aku mencicil."

Sasuke menggerakkan tangannya, 'Aku mengajakmu makan direstoran dan memesan menu untukmu. Jadi aku yang bayar.'

"Tapi ...."

Sasuke menggerakkan punggung tangan ke arah wajah Sakura meski sebetulnya tindakannya tidak sopan. Ia berharap gadis itu berhenti membahas hal ini dan merasa lelah untuk terus bersikukuh.

'Jangan dibahas lagi.'

Sakura menatap jemari lentik Sasuke dengan kulit putih yang lembut mengarah pada wajahnya hingga ia hampir mencium tangan lelaki itu seandainya ia sedikit menunduk secara refleks. Seandainya ia sampai mencium tangan lelaki itu, pasti ia akan merasa benar-benar canggung sekarang. 

-Bersambung-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro