Chapter 10 (Direvisi)
Pupil biru bak safir milik Naruto sedikit terbelalak ketika ia mengecek notifikasi dari Sasuke di grup chat yang dibuat khusus untuk seluruh karyawan. Tatapannya tertuju pada Sasuke yang sedang berbaring menelungkup serta menuliskan sesuatu di ponselnya.
-------------------
Uchiha Sasuke
Besok ada pegawai baru.
Jangan melakukan hal-hal yang tidak pantas pada pegawai baru itu.
-------------------
Naruto merasa benar-benar heran. Setahunya Sasuke bahkan tak pernah membahas kalau ia berencana menambah pegawai, lagipula lelaki itu juga tak membuka lowongan kerja di manapun.
Ia semakin keheranan dengan isi pesan Sasuke. Mengapa sampai harus membuat peringatan seperti itu seolah para karyawan akan melakukan hal yang tidak pantas pada sang pegawai baru?
Sebetulnya bukan tanpa alasan Sasuke bertindak seperti itu. Ia mengetahui kepribadian setiap teman-temannya, khususnya Naruto. Naruto dan Kiba adalah orang yang sangat mesum. Diam-diam, Naruto bahkan menerbitkan beberapa novel dewasa yang sangat laris di pasaran dengan adegan seks di setiap karyanya dan kini bekerja sama dengan Sai untuk membuat komik dewasa.
Sasuke bahkan masih ingat ketika Naruto menunjukkan draf novelnya di laptop dan ia seketika merasa risih hingga hampir menjatuhkan komputer itu dari genggaman tangannya. Tentu saja, bagaimanapun juga ia masih merupakan seorang lelaki normal. Namun ia merasa malu hanya dengan membacanya karena tanpa sadar membayangkan adegan itu di benaknya.
Naruto segera menghampiri Sasuke dan menepuk pinggang lelaki itu. Tangannya tanpa sengaja malah menyentuh bokong Sasuke dan membuat lelaki itu terkejut dan segera menatap tajam serta menunjukkan raut wajah jijik.
'Tanganmu.'
Naruto menyadari apa yang ia lakukan dan seketika ia memekik. Ia segera bangkit berdiri dan bergegas menuju toilet untuk membersihkan tangan.
Entah kenapa, ia seolah masih bisa membayangkan sensasi yang dirasakan ketika permukaan tangannya menyentuh bokong Sasuke. Bokong lelaki itu kencang dan rata, membuatnya merasa jijik.
Sasuke sendiri mengusap-usap bokongnya. Ia merasa risih mengingat sentuhan sesama lelaki di bokongnya, membuat dirinya terkesan bagaikan anggota komunitas pelangi.
Naruto kembali setelahnya dan mendengus kesal serta menggerakkan tangannya, 'Menjijikan. Padahal aku lebih suka menyentuh wanita, bukan bokong yang keras seperti milikmu.'
Sasuke menatap sinis dengan jijik, seolah lelaki dihadapannya adalah seonggok kotoran yang harus dihindari. Padahal sudah bagus ia mau berbaik hati membiarkan Naruto menginap setelah lelaki itu memohon padanya. Ia bahkan bersedia berbagi kamar dan berbagi kasur. Sebagai balasannya, lelaki itu seenaknya menyentuh bokongnya.
Terdengar suara notifikasi dari ponsel Sasuke dan lelaki itu segera meraih ponselnya. Naruto segera meraih ponselnya dan mengecek grup mereka.
-------------------
Inuzuka Kiba
Pegawai baru? Perempuan, ya?
Kok kau tidak bilang kalau mau merekrut pegawai?
-------------------
Sai
--- reply to Inuzuka Kiba
Syarat pegawai di sini harus laki-laki.
-------------------
Inuzuka Kiba
Ah, aku bosan dikelilingi laki-laki.
Seandainya tamu kita juga laki-laki semua, aku pasti bisa gila.
-------------------
Gaara
--- reply to Uchiha Sasuke
Ok.
-------------------
Sasuke baru saja akan mengetikkan pesan balasan, tetapi mengurungkan niat ketika melihat pesan dari Naruto.
-------------------
Uzumaki Naruto
Rasanya aku tidak pernah dengar soal lowongan pekerjaan.
Memangnya karyawan baru bekerja sebagai apa?
-------------------
Sasuke segera mengetikkan pesan balasan setelah membaca pesan Naruto. Mereka tak begitu penasaran dengan sosok pegawai baru setelah berasumsi bahwa pegawai baru itu adalah laki-laki.
-------------------
Uchiha Sasuke
Karyawan baru kita perempuan dan akan bekerja sebagai kasir.
Aku tidak akan mentolerir tindakan pelecehan dalam bentuk apapun.
-------------------
Sasuke dengan sengaja kembali menekankan hal itu. Bukan berarti ia tak percaya dengan teman-temannya, hanya saja terkadang para lelaki bisa bersikap keterlaluan dan ia mengkhawatirkan Sakura sebagai seorang wanita.
Naruto kembali melirik Sasuke dengan ekor mata, terkejut dengan isi pesan lelaki itu. Seumur hidupnya, baru kali ini ia melihat Sasuke seolah menjilat ucapannya sendiri dan bersikap begitu protektif.
'Hey, Kenapa kau mendadak merekrut pegawai perempuan? Bukankah kau bilang kalau hanya merekrut pegawai laki-laki ?'
Sasuke melirik Naruto sesaat dan segera menggerakkan tangannya serta memberi penjelasan meski bisa saja ia menolak untuk menjawab, 'Dia butuh pekerjaan dan inspirasi novel. Aku juga butuh kasir.'
'Kasir? Bukankah selama ini kau yang menjadi kasir? Kalau kau sedang sibuk, terkadang salah seorang dari kita akan menggantikanmu.'
Sasuke menatap sinis, lalu membalas ucapan Naruto. 'Bukan urusanmu.'
Sasuke melirik ponselnya dan terdapat beberapa pesan dari teman-temannya. Ia segera membacanya satu per satu.
-------------------
Inuzuka Kiba
Katanya kau tidak mau merekrut pegawai perempuan karena merepotkan?
-------------------
Sai
Aku jadi penasaran seperti apa orang yang direkrut Sasuke.
-------------------
Shikamaru
--- reply to Sai
Aku juga.
-------------------
Inuzuka Kiba
--- reply to Shikamaru
Wow. Bahkan kau saja sampai penasaran.
------------------
Sai
--- reply to Inuzuka Kiba
Orang itu pasti tipe yang memenuhi kriteria Sasuke
-------------------
Sasuke merutuk dalam hati. Reaksi teman-temannya begitu heboh ketika mengetahui pegawai baru itu adalah seorang perempuan hingga mulai berpikir ke arah romansa. Ia merasa harus meluruskan pemikiran teman-temannya sebelum pemikiran mereka semakin melenceng.
-------------------
Uchiha Sasuke
Dia perempuan normal, si pelanggan kue earl grey.
Dia butuh inspirasi novel dan pekerjaan. Aku butuh kasir.
Jadi hentikan pemikiran tidak jelas kalian.
-------------------
.
.
Sakura berjalan dengan tergesa-gesa menuju kafe meski saat ini masih menunjukkan pukul delapan kurang lima belas menit. Bagaimanapun juga, ia merasa harus memberikan kesan yang baik di hari pertamanya bekerja.
Kafe ini terletak tak begitu jauh dari stasiun dan cukup ramai dengan para pegawai kantoran yang berlalu lalang. Ia merasa sedikit heran karena kafe ini tak buka lebih awal meski para pegawai kantoran tersebut tampaknya merupakan pelanggan potensial yang membutuhkan kopi di pagi hari.
Jantung Sakura berdebar lebih keras ketika langkah kaki membawanya semakin dekat dengan kafe itu. Ia merasa gugup membayangkan hari pertamanya bekerja di lingkungan yang berbeda dengan biasanya dan bertemu dengan teman-teman kerja yang hampir tak mungkin ia jumpai di tempat kerja pada umumnya.
Meski para pelayan terlihat ramah pada Sakura sebagai seorang pelanggan, ia tak tahu apakah mereka akan tetap bersikap baik padanya sebagai seorang rekan kerja. Terlebih lagi ia belum begitu fasih dengan bahasa isyarat dan merasa sangat canggung ketika mencoba mempraktikannya di hadapan Ino.
Aliran darah gadis merah muda itu seolah lebih cepat seketika dan tangan gadis itu bahkan bergetar. Ia merasa takut dan gugup. Ia khawatir jika ia tak akan memahami percakapan para pekerja dan mungkin saja malah merasa terasing.
Berbagai kekhawatiran mengisi benak Sakura dan membuat gadis itu berpikir untuk membalikkan badan dan segera meninggalkan kafe itu. Namun ia telah mengiyakan tawaran Sasuke dan tak bisa lagi menyerah. Lagipula ia juga terlanjur resign dari tempat kerja paruh waktu lainnya dan kini sungguhan tak memiliki pekerjaan.
Pada akhirnya Sakura membuka pintu dan ia mendapati lelaki berambut pirang jabrik dengan mata safir yang sedang mengelap meja menoleh ke arahnya. Sedangkan salah satu pelayan berwajah pucat mengalihkan pandangan dari sapu di tangannya dan menatap Sakura.
Sakura hampir membuka mulutnya untuk bersuara, namun segera mengatupkan mulutnya begitu teringat kalau salah satu dari mereka tidak bisa mendengar. Berbicara jelas akan sia-sia.
Dengan canggung, Sakura mengangkat tangannya, berusaha mempraktikkan apa yang diajarkan oleh Ino selama beberapa hari terakhir. Tangannya bergetar dan ia tak yakin apakah pesannya tersampaikan dengan jelas.
Terlihat jelas jika Sakura merasa canggung dan ia bahkan terdiam cukup lama. Mendadak ia melupakan sebagian yang diajarkan Ino dan hanya bisa mengatakan 'aku ingin ketemu Sasuke'.
Entah kenapa, berbicara dengan bahasa isyarat jauh lebih rumit ketimbang berbicara pada umumnya. Hanya untuk mengucapkan satu kalimat saja, Sakura harus berkali-kali menggerakkan tangannya. Karena itulah, beberapa orang menggunakan bahasa tubuh untuk mempersingkat, contohnya menyentuh dada sebagai pengganti kata 'aku' dengan gerakan tangan.
Naruto segera meletakkan lap yang dipegangnya begitu saja di atas meja dan mendekati Sakura serta tersenyum ceria. 'Kau pegawai baru di kafe? Salam kenal, namaku Uzumaki Naruto.'
Sakura terdiam dan ia berusaha membaca setiap gerakkan tangan Naruto. Namun Ia hanya bisa membaca beberapa kata dan mengira-ngira artinya karena gerakan tangan Naruto terlalu cepat baginya.
Sakura terdiam dan ia cepat-cepat mengeluarkan notes yang ia bawa untuk berjaga-jaga serta menulis.
-------------------
Maaf.
Aku baru belajar bahasa isyarat selama tiga hari. Jadi belum terlalu fasih, apalagi jika gerakan tanganmu terlalu cepat.
Aku berharap bisa belajar lebih banyak dari kalian.
-------------------
Naruto menganggukan kepala dan tersenyum lembut. Ia mengerti jika Sakura merasa kesulitan, terlebih jika gadis itu menghabiskan bertahun-tahun dengan berkomunikasi seperti orang-orang pada umumnya.
Ia segera meraih secarik kertas di saku pakaian dan menuliskan sesuatu sebelum menyerahkannya pada Sakura.
-------------------
Santai.
Nanti akan kuajari kalau kau mau.
Si Brengsek itu sedang membuat kue di dapur. Akan kupanggilkan sebentar.
-------------------
Sakura tak mengerti bagaimana bisa lelaki pirang itu memanggil bossnya sendiri dengan sebutan yang begitu kasar. Hubungan mereka pasti sudah sangat akrab hingga Sasuke bersedia mempekerjakan seseorang yang memanggilnya begitu.
Naruto meninggalkan ruangan dan kini ia bersama dengan Sai yang tersenyum dan menggerakkan tangan, berusaha berkomunikasi dengannya.
'Duduk saja.'
Sakura merasa gugup dan mengangguk sebagai respon. Lelaki itu kemudian melanjutkan pekerjaannya dan meninggalkannya sendirian.
Sakura yakin masih ada beberapa karyawan di kafe ini. Ia belum melihat si barista berambut merah yang biasa menemani Sasuke. Ia juga belum melihat lelaki berambut hitam yang diikat dengan wajah mengantuk dan tampak kurang ramah serta bergerak dengan ogah-ogahan yang pernah dilihatnya keluar dari dapur untuk beristirahat setelah jam makan siang berakhir.
Setidaknya, Naruto adalah orang yang cukup ramah sesuai dugaannya. Tampaknya Sai juga cukup baik meskipun bukan tipe yang banyak bicara jika dibandingkan dengan Naruto.
Sasuke keluar beberapa menit kemudian dengan memakai apron hitam yang terikat dan terkesan menonjolkan tubuhnya yang tinggi dan ramping. Lelaki itu menghampiri Sakura yang segera bangkit berdiri dan menundukkan kepala.
'Terima kasih.'
Sasuke berusaha memahami gerakan tangan gadis itu yang masih terlihat kaku dan ia mengernyitkan dahi. Sejak kapan gadis itu berubah menjadi begitu formal dengan memanggilnya 'Uchiha-san' ketika biasanya memanggil dengan nama kecil tanpa suffiks apapun.
Ia menggerakkan tangannya dengan gerakan lebih lambat ketimbang biasanya dan melirik Sakura.
'Kau bisa bahasa isyarat, Sakura?'
Sakura menggelengkan kepala sebelum cepat-cepat mengeluarkan kertas dan menuliskan pesan. Jawabannya akan begitu panjang dan pasti akan sulit dipahami Sasuke jika ia menjelaskannya dengan bahasa isyarat.
-------------------
Tidak juga, sih.
Sebetulnya aku baru belajar bahasa isyarat beberapa hari yang lalu. Kebetulan salah seorang temanku guru SLB.
Jadi aku belum terlalu fasih menggunakan bahasa isyarat atau memahami bahasa isyarat sebetulnya.
Maaf ya.
-------------------
Sakura menatap Sasuke dengan perasaan yang tidak enak. Lelaki itu pasti mulai menyesal karena telah merekrutnya. Di tempat seperti ini, bahasa isyarat diperlukan untuk berkomunikasi. Namun Sakura malah tidak menguasainya sehingga ia merasa bersalah.
Sasuke tak mengerti mengapa gadis itu harus minta maaf karena tak menguasai sesuatu. Ia berpikir jika gadis itu mungkin memiliki kepercayaan diri yang rendah hingga merasa bersalah karena tidak menguasai hal yang seharusnya dikuasai.
'Kau bisa belajar denganku atau rekan kerja lain nanti.'
Sakura sedikit mengangkat kepalanya untuk melihat gerakan tangan Sasuke lekat-lekat dan sesudahnya ia melihat raut wajah lelaki itu. Ia berpikir jika Sasuke mungkin terlihat kesal atau setidaknya tampak menyesal, namun ekspresi wajah lelaki itu terlihat datar. Lelaki itu menatap mata Sakura, seolah menunjukkan jika ia serius dengan perkataannya.
'Kalian tidak masalah? Maaf merepotkan.'
Sasuke menggelengkan kepala dan segera menggerakkan tangannya, 'Kau tidak merepotkan.'
Entah kenapa, pesan Sasuke padanya seolah diucapkan dengan lembut meski faktanya wajah lelaki itu tampak datar dan tatapannya bahkan terkesan tajam secara alamiah. Tampaknya lelaki itu adalah tipe bos yang lumayan baik, setidaknya pada kesan pertama.
-Bersambung-
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro