87. Mimpi Irsiabella Ravelsa (2)
"Kita semua pantas berbahagia! Berhentilah menganggap dirimu tidak pantas."
***
Perjalanan memasuki istana dimulai dari gerbang besar yang terbuat dari besi hitam, dihiasi dengan ukiran-ukiran rumit. Saat gerbang terbuka perlahan, terlihatlah jalan setapak yang panjang, dilapisi batu-batu putih yang berkilauan di bawah sinar matahari.
Di kiri dan kanan jalan, taman-taman bunga yang indah membentang luas, memamerkan berbagai jenis bunga dengan warna-warna cerah berisi bunga nasional dan beberapa bunga langka yang tidak pernah dilihatnya di luar tembok istana. Taman bunga itu pasti memang sangat luas, mengingat jalan yang dilewati kereta kuda putih itu masih membutuhkan waktu untuk mencapai tujuannya.
Saat mencapai pintu masuk istana, terlihat pilar-pilar megah yang menjulang tinggi, dihiasi dengan ukiran-ukiran emas yang berkilau. Di atas pintu utama, terdapat lambang Kerajaan Terevias yang diukir dengan detail sempurna.
Kereta kuda itu telah berhenti sepenuhnya, tetapi pintu kereta itu masih tertutup rapat, membiarkan barisan prajurit itu tetap menunggu.
Gadis bermata emas itu akhirnya turun dari kereta kuda putihnya setelah berdiam cukup lama di depan Istana Barat—istana pribadi milik Putri Felinette. Seluruh barisan prajurit yang telah bersiap sejak tadi, tetap menegakkan badan, telah menunggu kedatangan salah satu orang penting di Negeri Terevias.
Kedatangan Irsiabella Ravelsa memang telah dinanti-nanti sejak beberapa hari yang lalu, setelah kabar tentang Irsiabella yang menginginkan pertemuan dengan Putri Felinette diumumkan. Pertemuannya dengan Putri Terevias yang memang telah ditunggu-tunggu dan bahkan langsung diketahui oleh banyak orang di istana.
Pertemuannya dengan Putri Palsu.
Meskipun belum ada kabar resmi dari Kuil Agung atau pihak kerajaan, sudah banyak prediksi dan desas-desus dari masyarakat yang menerka bahwa Putri Viscount Ravelsa itu akan menjadi seorang putri yang akan membawa kemakmuran dan kesejahteraan bagi Negeri Terevias. Sebagian besar orang telah memihak kepada Irsiabella, tanpa perlu mendapatkan keterangan lebih lanjut atau konfirmasi.
Karena bagaimanapun juga, Irsiabella Ravelsa adalah seseorang yang telah dipilih oleh Sang Dewa. Ia yang memiliki kekuatan agung, sementara Putri Felinette yang seharusnya memiliki kekuatan, justru tidak memilikinya. Palsu, atau mungkin dikutuk untuk tidak memilikinya sama sekali. Seolah takdir alam telah mengeliminasinya dari barisan bangsawan terhormat, sehingga kabar itu harus menyebar setelah insiden Putri Felinette keracunan tiga tahun silam.
Irsiabella memasuki Istana Barat dengan mengenakan gaun putih panjang. Ujung gaunnya menyapu lantai marmer gelap, membuat sutra putih itu tampak semakin kontras, berkilau layaknya mengeluarkan cahaya.
Bagian atas gaunnya dihiasi bordir emas yang rumit, membentuk pola-pola bunga nasional Terevias yang memang sangat dijunjung tinggi oleh semua orang yang ada di bawah Terevias. Rambut hitam panjangnya dibiarkan terurai begitu saja.
Irsiabella tahu persis bagaimana mewahnya pakaian yang dikenakannya saat ini. Namun, ia tidak bisa menolak seluruh usaha yang telah diberikan oleh Kuil Agung kepadanya. Belum resmi bahwa ia akan merepresentasikan Terevias, tetapi ia telah dituntut untuk menjadi kesempurnaan itu sendiri.
Di ujung barisan prajurit, Aurorasia Swanbell telah menunggu kedatangan Irsiabella. Gadis bermata hijau itu hanya diam-diam mengagumi betapa memukaunya sahabatnya hari ini. Irsiabella yang bermata emas memang pantas mengenakan emas di manapun.
Mereka berdua berjalan beriringan, berbelok dan meninggalkan barisan prajurit. Istana Barat memang cukup luas, dan sebagai tunangan Pangeran Felixence yang memang sudah sering menjelajahi seluruh istana, Aurorasia dipercaya untuk mengantarkan Irsiabella kepada Putri Felinette yang telah menunggunya di ruang penerima tamu.
"Apa yang membuatmu akhirnya datang kemari?" tanya Aurorasia dengan ingin tahu.
Irsiabella hanya tersenyum singkat. "Ada yang harus dibicarakan bersama Putri Felinette. Aku sudah membuat keputusan."
"Oh? Apakah kau akan menerima tawaran adopsi dari Duke Archellios?"
Irsiabella menggeleng pelan, tetap memberikan senyuman sebelum menjawab, "Tidak, aku sudah menolak tawaran itu. Aku masih memiliki keluargaku sendiri. Sebaiknya Duke Archellios mencari orang lain yang lebih membutuhkan keluarga."
Aurorasia menghela napas lega. Dalam hati terdalamnya pun, ia sebenarnya tidak ingin Irsiabella menerima tawaran itu. Kabar tentang Duke Archellios yang tidak pernah mendeklarasikan sumpah untuk setia kepada Kerajaan Terevias sudah bukan lagi kabar baru. Duke Archellios lebih memilih kebebasan dan memihak berdasarkan situasi nyata. Jika Irsiabella menerima tawaran untuk melanjutkan gelar Archellios, hubungan mereka berdua mungkin akan sedikit renggang karena ketidaksamaan paham.
"Hm, baguslah. Tapi kupikir Duke Archellios tidak akan sembarangan memilih anak adopsi yang akan meneruskan gelar keluarganya. Beliau pasti akan memilih seseorang yang hebat, sepertimu."
Irsiabella hanya melirik Aurorasia dari ujung matanya. Ia sendiri juga tahu soal itu, tetapi mencari ayah lain di saat dirinya sendiri telah memiliki seorang ayah yang menyayanginya ... bukan hal yang diinginkan olehnya.
"Bagaimana kabarmu di Kuil? Sulit sekali menghubungimu di sana," keluh Aurorasia.
Tentu saja sulit. Penjagaan di Kuil Agung memang sangat hebat. Sejak insiden beberapa pekan silam, ketika ada pembunuh bayaran yang datang ke kamar Irsiabella, Irsiabella pun dipindahkan ke Kuil Agung dengan alasan perlindungan.
Karena keberadaannya sangat mengguncang Negeri Terevias.
"Para pendeta memperlakukanku dengan baik," jelas Irsiabella singkat.
"Tentu saja mereka akan memperlakukanmu dengan baik. Kau adalah harapan baru bagi Terevias." Raut wajah Aurorasia berubah menjadi sedikit redup. "Kuharap semua kebenaran segera terungkap, jadi aku tidak perlu melihat perempuan itu lagi."
Sudah bukan kabar baru bahwa hubungan Aurorasia dan Putri Felinette sedang bersitegang hebat. Kabar itu sudah lama terdengar. Aurorasia sudah mengupayakan agar mereka jangan sampai bertemu, apapun yang terjadi. Namun hari ini, demi mengantarkan Irsiabella kepadanya, dia sampai rela menginjakkan kakinya di Istana Barat.
Irsiabella menegur Aurorasia dengan tenang. "Tenanglah, Aurorasia. Kita sedang berada di daerah kekuasaannya."
Aurorasia terbungkam, menyadari bahwa ia memang tidak sepantasnya mengatakan hal seperti itu, terlebih di Istana Barat.
"Jadi, apakah kau sudah membawa sesuatu? Barangkali saja kau ingin menitipkan surat untuk ayahmu?" tanya Aurorasia, mengalihkan topik pembicaraan.
Irsiabella terdiam selama beberapa saat, tetapi tatapannya kepada Aurorasia tidak putus, seperti menanyakan maksud dari pertanyaan yang baru saja ditanyakan oleh gadis itu.
"Hm, aku tahu kalau kau sudah lama tidak berkomunikasi dengan ayahmu. Sejak ... kekuatanmu terungkap di publik? Dua tahun yang lalu?" terka Aurorasia.
Bungkamnya Irsiabella menandakan bahwa tebakan Aurorasia memang sepenuhnya benar.
Aurorasia menghela napas, "Seharusnya kau tidak seperti itu kepada ayahmu sendiri. Dia yang paling mengkhawatirkanmu ketika kau dibawa ke Kuil Agung."
"Ayahku terlalu berlebihan. Mereka bukan membawaku secara paksa. Mereka membawaku ke Kuil Agung untuk melindungiku." Meskipun mengatakan demikian, Irsiabella tetap menghela napas dan menatap kekosongan dengan tatapan bersalah.
"Kalau kau begini terus, semua orang akan mengira bahwa kau memilih untuk memutuskan hubungan dengan ayahmu," jelas Aurorasia.
"Itu lebih baik daripada mereka berpikir kami masih berhubungan. Jika mereka pikir aku telah meninggalkan ayahku, setidaknya itu tidak akan membuat ayahku terus-terusan terjebak dalam bahaya," jawab Irsiabella, berusaha tak menampakkan ekspresi sedihnya.
"Tapi, sebuah surat pun, kau tetap tidak menyiapkannya? Aku bisa mengantarkannya diam-diam kepada Tuan Ravelsa. Tidak akan ada yang tahu bahwa kau mengirimkan surat kepadanya."
Irsiabella hanya menunduk, lalu memberikan menggeleng.
Aurorasia hanya menghela napas, jelas tidak bisa mengubah pendirian Irsiabella yang memang sudah tegak. Walaupun mereka telah bersahabat sejak Irsiabella bergabung di Akademi Publik, terkadang Aurorasia juga tidak bisa menerka isi pikiran Irsiabella. Gadis bermanik emas itu tidak sembarangan mengungkapkan masalah dan kegelisahannya.
Bahkan, ketika pada akhirnya kekuatan Irsiabella terungkap secara tidak sengaja, Aurorasia masih tidak bisa mempercayai kebenaran itu. Dan hingga saat ini, Aurorasia tidak pernah tahu alasan mengapa Irsiabella merahasiakan kekuatannya, dan atau mengapa Irsiabella bisa memiliki kekuatan.
Yang Aurorasia tahu pasti, apapun keputusan yang dilakukan oleh Irsiabella, pasti memiliki alasan dan semuanya telah dipikirkan secara matang olehnya.
Setelah melewati lorong-lorong panjang dan banyaknya lukisan dan hiasan-hiasan antik, sampailah mereka berdua di depan sebuah pintu besar berwarna putih dengan ornamen perak di setiap ukiran di sudutnya. Pintu itu belum terbuka, tetapi mereka berdua tahu bahwa Putri Felinette telah menunggu di baliknya.
Tiba-tiba saja Aurorasia menggunakan telepati.
"Apa perlu aku masuk bersamamu?" tanya Aurorasia, tampak cemas.
Irsiabella sedikit tertegun dengan tawaran itu, mengingat bahwa itu artinya Aurorasia harus menghadapi Putri Felinette yang tidak disukainya.
"Tidak perlu. Putri Felinette sudah berpesan bahwa dia hanya ingin berbicara berdua denganku." Irsiabella melemparkan senyum, menenangkan sahabatnya. "Dan kami tidak akan berbicara terlalu lama."
"Berhati-hatilah," pesan Aurorasia, sebelum akhirnya memberi jarak agar Irsiabella bisa memasuki ruangan itu.
"Irsiabella Ravelsa memasuki ruangan." Sambutan itu diucapkan oleh salah satu penjaga pintu sebelum pintu terbuka, yang kemudian menampakkan Putri Felinette di ruang penerima tamu, mengarahkan pandangannya tepat di manik emas Irsiabella.
.
.
.
Situasi ini sangat aneh.
Irsiabella harus menikmati pesta hidangan teh yang hanya memiliki dua peserta, di Istana Barat, di kediaman Putri Felinette, di tempat seharusnya keberadaannya paling tidak diterima di seluruh tempat di Terevias. Ia hanya diam memperhatikan warna teh yang dihidangkan kepadanya, ditemani keheningan yang menenangkan.
Nyatanya, Putri Felinette menyambutnya dengan baik, melemparkan senyuman tulus yang membuat Irsiabella bertanya-tanya di dalam hatinya: Apa yang sebenarnya sedang dipikirkan oleh Putri Felinette. Kecurigaannya bertambah tatkala Irsiabella tak mampu menjawab pertanyaan itu di dalam hatinya.
Irsiabella langsung memindai sekitaran ruangan begitu ia melangkahkan kakinya ke dalam ruangan itu. Tidak ada tanda-tanda keberadaan orang lain di sana, hanya ada mereka berdua. Padahal, Irsiabella sudah berjaga-jaga jika ternyata memang ada rencana tak terduga yang telah disiapkan oleh Putri Felinette. Ia pikir, mustahil Putri Felinette ingin berada di sebuah ruangan tertutup dan hanya berdua pula. Ini sangat-sangat-sangat mencurigakan!
Sebenarnya, jika harus jujur, Irsiabella bahkan tidak terlalu mengenal Putri Felinette. Hanya ada rumor dan kabar burung tentang sosok Putri Felinette yang dinilai kurang baik. Beberapa di antaranya juga adalah cerita dari Aurorasia yang lebih sering berinteraksi dan bertemu dengan Putri Felinette selama kunjungannya di istana. Sisanya, kabar dari orang-orang yang tidak senang dengan keberadaan Putri Felinette di singgasana.
Di pertemuan terakhir mereka sebelum hari ini, ketika Irsiabella datang ke Istana Terevias untuk pertama kalinya, dia hanya melihat mata biru Putri Felinette menatapnya dalam diam. Namun, hari ini mata biru Putri Felinette menatapnya dengan penuh kekaguman, seolah mereka bukan musuh, seolah Irsiabella bukanlah ancaman baginya.
Irsiabella telah mempersiapkan diri di situasi terburuk, menyesap teh dan menyicip makanan manis yang tersedia di depannya dengan perasaan waspada dan waswas. Namun nyatanya, semuanya aman terkendali tanpa ada masalah yang berarti. Tidak ada apapun yang mencurigakan, tidak ada tanda-tanda mereka diawasi dari kejauhan, dan juga tidak ada tanda-tanda yang berbahaya.
Apa mereka memang hanya akan minum teh di sini dengan damai dan tenang? Di saat keadaan di luar Istana Terevias sudah dipenuhi oleh ketidakinginan manusia untuk memuja seorang Putri Palsu yang menetap di Istana Terevias? Situasi yang sangat damai itu membuat Irsiabella tidak tenang, dan meskipun ia merasakan kejanggalan yang nyaman, Irsiabella ingin segera mengakhiri hal itu.
Irsiabella meletakkan cangkir keramiknya di atas piring kecil di meja, sebelum akhirnya menegakkan duduknya, menatap Putri Felinette dengan serius.
"Apakah saya boleh menanyakan sesuatu, Tuan Putri?" tanya Irsiabella.
Senyuman Putri Felinette masih bersenyam di wajahnya. "Apa yang ingin kau tanyakan, Nona Ravelsa?"
"Apa Tuan Putri tidak ingin melanjutkan pembicaraan di surat?"
Pertanyaan Irsiabella membuat senyuman Putri Felinette pudar perlahan digantikan oleh kebingungan. Irsiabella bisa menangkap kebingungan di wajah Sang Putri, meskipun Putri Felinette ternyata memilih menyembunyikannya segera.
"Surat?" tanya Putri Felinette.
Irsiabella sudah lama menerima sepucuk surat dari Putri Felinette, tepatnya beberapa hari setelah kekuatan Irsiabella terungkap. Putri Felinette menanyakan tentang keinginan Irsiabella, sesuatu yang tidak bisa Irsiabella jawab secara langsung. Sebab insiden terjatuhnya dirinya di dalam kolam adalah sebuah kecelakaan yang tidak diduga olehnya.
Ia sudah memikirkannya cukup lama ....
"Apakah itu sebabnya, kau datang kemari, Nona Ravelsa?" tanya Putri Felinette dengan ragu-ragu.
Irsiabella memberikan anggukan.
Sejak ia berada di bawah lindungan Kuil Agung, pertemuannya dengan siapapun dibatasi. Bahkan hari ini, Irsiabella sengaja menggunakan jatah keluar Kuil Agung khusus hanya untuk datang kepada Putri Felinette dan menjawab pertanyaan itu.
Irsiabella telah memikirkannya cukup lama, dan akhirnya menemukan jawaban tentang apa yang diinginkannya.
Sejak kekuatannya terungkap di depan umum, kebebasannya telah direnggut sepenuhnya, tetapi ia bisa menjadi dirinya sendiri dengan terbuka, tanpa menyembunyikan apapun. Dan tanpa dibatasi oleh apapun.
Karena itulah, hari ini pun, Irsiabella tidak berniat untuk menyembunyikan apapun dari Putri Felinette.
"Mengenai pertanyaan Tuan Putri waktu itu, saya pikir saya sudah tahu jawabannya."
Irsiabella menatap Putri Felinette dengan tatapan dalam, mencoba mengintimidasinya, dan menunggu bagaimana reaksi dari Putri Felinette.
Namun Putri Felinette menatapnya dalam diam, dengan ekspresi kebingungan yang tidak bisa disembunyikan, Putri Felinette tidak mengatakan apapun, membuat Irsiabella melanjutkan perkataannya.
"Ya, saya akan melakukannya."
Irsiabella pikir Putri Felinette akan memberikan ekspresi yang lebih mengejutkan atau paling tidak mengeluarkan sifat aslinya seperti yang diduganya, tetapi nyatanya Sang Putri tidak memberikan perkataan apapun seperti yang telah diduga olehnya.
"Ini ..., pertanyaan yang mana?" tanya Putri Felinette.
"Tentang menjadi kandidat Putri Kerajaan," jawab Irsiabella dengan yakin. "Saya ingin melakukannya."
Sempat ada keheningan panjang di dalam ruangan itu selama beberapa saat. Irsiabella masih mengunci pandangannya pada manik biru milik Sang Putri, mencoba mencari kepanikan di dalam matanya.
Namun nyatanya, Irsiabella tidak berhasil menemukannya, hanya ada tatapan balik dari Putri Felinette, menampakkan setitik cahaya, seolah pada akhirnya Putri Felinette telah menemukan jawaban dari pertanyaan yang selama ini ingin ia ketahui.
Semuanya terasa begitu aneh. Tatapan itu ...,
Seolah, Putri Felinette telah menjadi orang yang berbeda.
Irsiabella yang tidak menyukai keheningan dan ketentraman janggal seperti itu akhirnya bangkit dari duduknya. Ia mengakhirinya saat itu juga.
"Saya harap saya sudah menjawab pertanyaan Anda, Tuan Putri." Irsiabella menundukkan kepala, mengangkat sedikit gaunnya untuk menunjukkan kehormatannya. "Maaf karena baru bisa menyampaikan jawaban setelah sekian lama. Saya harap Tuan Putri puas dengan jawaban itu, karena itulah yang saya pikirkan."
Putri Felinette pun bangkit dari duduknya setelah itu, menatap balik Irsiabella dengan senyuman tipis. "Baiklah, aku mengerti. Terima kasih sudah datang jauh-jauh dari Kuil Agung."
Irsiabella merasa sangat janggal. Seharusnya Putri Felinette mempertanyakan alasannya, atau memberikan tatapan tajam mengintimidasi untuk mengancamnya. Di daerah kekuasaannya, meskipun tanpa kekuatan, ada banyak hal yang bisa dilakukan oleh Putri Felinette tanpa terdeteksi oleh siapapun.
"Terima kasih kembali, Tuan Putri. Kalau begitu, saya pamit kembali."
"Berhati-hatilah dalam perjalanan kembali, Nona Ravelsa."
Irsiabella pun berjalan ke arah pintu, memberikan ketukan pada pintu agar penjaga pintu di depan membukakan pintu besar itu. Saat sedang membelakangi Putri Felinette, tidak ada sedikitpun kelengahan yang diloloskan oleh Irsiabella. Bisa saja Putri Felinette melakukan apapun, atau itu yang dipikirkannya.
Pintu putih besar itu bergerak perlahan. Irsiabella masih tidak merasakan adanya kejanggalan apapun di belakangnya. Gadis bermata emas itu pikir bahwa ia sudah sepenuhnya menjaga dirinya agar fokus dan tidak lengah, tetapi pemikirannya salah.
Tepat ketika pintu itu terbuka sepenuhnya, Irsiabella baru mendapati bahwa ada seseorang berdiri di balik pintu.
Sang pangeran bermata amethyst, Pangeran Felixence berdiri di sana, seolah memang sudah menunggu pesta mereka berakhir. Sang Pangeran tak tampak terkejut sama sekali dengan kehadiran Irsiabella, mengingat berita pertemuan mereka berdua memang sudah menjadi konsumsi publik. Pangeran Felixence hanya menatap Irsiabella dalam diam.
Irsiabella yang melihat kedatangan Sang Pangeran Mahkota juga tidak tampak terkejut dengan kedatangan pemuda itu. Gadis itu pun langsung memasang senyuman tipis, lalu membentangkan gaun putihnya ke samping kiri dan kanan, memberikan tanda hormat kepada Sang Pangeran.
"Keagungan abadi dan berkat mulia di bawah langit Terevias, Yang Mulia Pangeran. Saya izin kembali terlebih dahulu."
Usai mengatakan demikian, senyuman Irsiabella memudar sepenuhnya. Ia bahkan tidak mencoba menyembunyikannya sedikitpun dari Pangeran Felixence. Irsiabella melewati Pangeran Felixence yang mengikuti pandangannya pada keberadaan Irsiabella yang memilih untuk pergi tanpa membiarkannya membalas sepatah kata apapun.
Sementara di ujung lorong yang lain, Aurorasia berjalan cepat menghampiri Irsiabella yang mengambil langkah cepat dan terburu-buru, mempertanyakan hal yang dilakukan Irsiabella kepada Pangeran Felixence barusan.
"Irsiabella? Mengapa kau bersikap seperti itu kepada Pangeran Felixence?" tanyanya.
Gadis bermata emas itu tampak sangat jelas tidak ingin membicarakannya. Namun, disoroti oleh tatapan dari Aurorasia yang tampak sangat ingin tahu, Irsiabella akhirnya luluh juga.
Irsiabella memutuskan untuk menceritakan hal yang mengganggunya untuk pertama kalinya.
"Sebenarnya ..., sejak kekuatanku terungkap di publik, Pangeran Felixence—"
.
.
.
"Irsiabella?"
Panggilan dari Regdar menyadarkan Stella dari tidurnya. Mata emas Irsiabella terbuka perlahan, menampakkan Regdar yang sedang membangunkannya dengan lembut. Sorot matahari yang menyilaukan menyulitkan Stella membuka mata sepenuhnya. Menyadari itu Redgar memiringkan tubuhnya, menutup kilau dari pandangan putrinya. Stella bisa melihat lebih jelas setelahnya.
Di sisinya, Sera berdiri menunggunya terjaga. Entah sejak kapan pelayan kepercayaan Regdar tiba di Istana Selatan, tetapi melihat kedatangan Sera, sudah dapat dipastikan bahwa mereka akan 'terkurung' di Istana Terevias cukup lama.
Tentu, dengan pikiran yang masih setengah sadar, Stella mempertanyakan mimpinya barusan yang terasa begitu nyata.
Tapi, apakah itu memang hanya mimpi belaka?
"Ayah akan pergi rapat sebentar bersama para Count dan Viscount untuk membahas mengenai area pencarian di daerah kekuasaan masing-masing, untuk mempercepat peluang ditemukannya Nona Swanbell," jelas Regdar dengan singkat.
Tangannya terus mengelus rambut Irsiabella dengan lembut, membuat perasaan hangat dan perasaan bersalah bersatu padu menjadi satu.
Jika mimpinya adalah kenyataan yang pernah terjadi, apakah di saat-saat seperti ini, hubungan hangat antara Irsiabella dan Regdar sudah mendingin? Dan mereka tak lagi seperti saat ini?
"Jangan khawatir, Irsiabella. Nona Swanbell pasti bisa ditemukan dengan cepat."
Stella memberikan anggukan sebagai respons kalimat penenang dari Regdar.
"Ayah dengar ada pertemuan juga yang dilakukan dengan anak-anak bangsawan. Berbaurlah, jangan terlalu lama berada di kamar sendirian," pesan Regdar, sebelum beranjak naik dari duduknya di tepi ranjang yang sedang ditiduri Stella.
Secara refleks, Stella menarik pergelangan tangan Regdar, mencegah pria itu untuk pergi.
"Ayah," panggil Stella pelan.
Regdar yang terkejut itu pun kembali duduk, menatap Stella dengan penuh tanda tanya, "Ada apa, Nak?"
Suara Stella seolah tertahan di tenggorokannya. Segala hal yang ingin diungkapkannya seolah menguap. Masih ada di sana, tetapi tidak lagi terlihat. Stella sadar, ia tidak mungkin bisa mengungkapkannya dengan baik. Ia hanya bisa mempertanyakan kebenaran yang ingin ia percayai.
"Jika aku tidak mendengarkan Ayah, Ayah tidak akan membenciku, kan?"
Regdar menepuk bahu Stella pelan. "Tidak mungkin. Tapi, mengapa kau bertanya seperti ini tiba-tiba? Apa kau tidak ingin berbaur dengan putra-putri bangsawan lain?"
Stella hanya diam, tidak menjawab.
"Kalau itu keinginanmu, lakukanlah. Ayah tidak akan melarangmu. Tapi, mungkin kau bisa menampakkan diri sebentar di depan orang-orang? Ayah khawatir jika mereka akan membuat rumor buruk tentangmu, mengingat semalam kau ... berdansa dengan Pangeran Felixence."
Benar, itu adalah masalah lain yang harus ia hadapi saat ini, selain daripada menghilangnya Aurorasia Swanbell.
Stella sudah terlanjur menghadapi situasi yang pelik ini. Ia berjanji tidak akan menyesali apapun dan menjalankannya dengan penuh. Sampai Aurorasia ditemukan dengan selamat, mungkin itu satu-satunya hal yang bisa ia lakukan sebagai seorang bangsawan normal.
Memang, ia tidak bisa menghilangkan perasaan bersalahnya. Keinginannya untuk terlibat pun semakin besar.
"Aku akan berbaur dengan bangsawan," janji Stella dengan yakin.
Stella akan menghadapi segala rumor tentang Irsiabella yang mungkin akan terjadi hari ini. Selain Tuan Putri Felinette, Stella juga ingin melindungi Aurorasia, juga ingin melindungi Irsiabella. Stella ingin memiliki kekuatan untuk melindungi semua orang.
Setelah Regdar pergi dan Sera membantu Stella bersiap-siap menghadapi neraka, Stella tak henti-hentinya memikirkan mimpi yang dialaminya barusan.
Apa yang sebenarnya ingin dibicarakan oleh Irsiabella?
***TBC***
Sabtu, 31 Agustus 2024
Paus' Note
HALOOOO SEMUANYAAAA!
Akhirnyaaaa, aku bisa spill sedikit masa lalu Irsiabella. Sebenarnya di titik ini (hampir puncak konflik), kalian sudah berhak untuk mengetahui banyak rahasia yang disimpan oleh Irsiabella. Namun sayangnya pace ini membunuhkuuuu.
Aku akan mulai spill dikit-dikit bersamaan dengan jalannya konflik.
Maafkan aku yang ternyata tidak segercep itu di bulan ini huhuhu.
Aku tetap akan berjuang, meskipun bulan depan (besok) aku akan fokus menggarap projek urgent lain (mungkin kalian akan tahu kabar tentang ini di besok hari). Jika sudah selesai, aku akan kembali lagi kepada Princess, janji.
Bagaimanapun juga, aku sudah berjanji dengan diriku sendiri, PRINCESS harus tamat sebelum aku memulai LFS 3. Aku tidak mau menyesal dan menumpuk cerita favorit lainku lagi huhuh. Jadi, mohon dimaklumi ya, teman-teman.
Oke, maafkan aku karena tidak bisa meninggalkan notes panjang lain! Tapi aku bener-bener-bener kangeeeeen sekali nulis bacot-bacot begini. Huhuhuhuhuhu.
Doakan semua rencana yang kubuat berjalan lancar yaaa~~
See you!
Cindyana / Prythalize
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro