86. Malam Panjang Lain Irsiabella Ravelsa (4)
"Kita akan terus bersama, kan?"
***
"Semoga Putri Duke Swanbell baik-baik saja." Regdar menepuk pundak Stella pelan, berharap dapat membagikan sedikit ketenangan untuk putri semata wayangnya.
Stella juga berharap begitu.
Mereka baru saja tiba di tempat mereka akan menginap malam ini; di salah satu kamar megah yang ada di Istana Selatan. Stella malah baru tahu bahwa tempat ini memang dibuat memiliki banyak ruangan di satu kamar. Mereka menempati salah satunya, sebuah kamar dengan dua ruang tidur yang nyaman, dua ruang pribadi untuk membersihkan diri, dan ruang khusus menerima tamu jika memang memungkinkan.
Saat ini sudah hampir tengah malam. Semua bangsawan mendapatkan giliran untuk pemeriksaan. Namun seperti yang telah Stella duga, tidak ada satupun dari banyaknya tamu di sana yang bisa dijadikan tersangka.
Sepertinya, ini memang ulah dari kelompok Death Wave.
Satu-satunya hal yang tidak bisa Stella pikirkan hanyalah alasan mengapa Aurorasia yang diculik.
Stella pikir, semuanya baik-baik saja. Ketiadaan kekuatan Putri Felinette tidak pernah terungkap, kekuatannya juga bahkan tidak terdeteksi, dan mengapa insiden seperti ini harus terjadi ketika sebuah acara besar tengah digelar. Penjagaan yang seharusnya ketat, semuanya menjadi tanda tanya besar.
Memasuki kamar khususnya, Stella harus menghadapi momen yang sama seperti ketika ia sedang di sekolah publik, termasuk mempersiapkan segala setelan pakaian tidurnya sendiri. Itu bukan hal yang sulit, memang. Apalagi ketika Stella tahu, tidak ada jaminan keselamatan untuk Aurorasia itu sendiri.
Waktu itu ... di dalam cerita The Fake Princess, apa yang terjadi saat ini?
Apakah kekacauan ini juga terjadi, tetapi Luna tidak tahu apapun karena belum memasuki tubuh Putri Felinette? Atau, apakah memang kejadian malam ini berubah jauh dari alurnya?
Itu adalah satu hal yang tidak akan bisa dimengerti olehnya.
Di dalam kamarnya yang megah, Stella berbaring di atas tempat tidur berkanopi sutra. Ada bintik-bintik bercahaya menghiasi langit-langit kamar, membuatnya tampak seperti bintang-bintang berserakan yang bersinar. Stella sudah menduganya, bahwa pemandangan seindah apapun yang dilihatnya saat ini, tidak akan membuatnya terlelap. Mata emasnya tetap menatap jernih dan tetap terjaga, menatap kosong ke langit-langit.
Sejak mendengar kabar itu, rasa cemas dan takut tak henti-hentinya menghantui Stella. Ia telah mencoba untuk optimis, mengingat bahwa seorang Aurorasia Swanbell juga memiliki kekuatan dan semuanya pasti akan baik-baik saja.
Namun nyatanya, kegelisahan itu tidak kunjung pergi. Wajah Aurorasia terus terbayang olehnya. Terlebih, satu-satunya ekspresi terakhir Aurorasia yang berhasil diingatnya hanyalah tatapan darinya ketika Pangeran Felixence mengajaknya berdansa.
Bagaimana perasaannya waktu itu? Apakah ada hal yang ingin Aurorasia katakan kepadanya?
Kejadian ini terlalu mengejutkan dan terjadi dengan begitu cepat. Stella bahkan sudah tidak lagi memedulikan fakta tentang Pangeran Felixence yang kini telah mengetahui rahasia yang disimpannya rapat-rapat.
Stella hanya dapat menangkap satu hal tentang hal itu; Pangeran Felixence kini pasti sudah tahu bahwa dirinyalah yang telah menjernihkan Kolam Agung, dan bukan Putri Felinette. Yang mana halnya, kini Pangeran Felixence mungkin sudah tahu bahwa Putri Felinette tidak memiliki kekuatan.
Entah apa yang selanjutnya akan terjadi kepada dirinya atau Putri Felinette, tetapi Stella sudah bertekad pada tujuan awalnya. Jika ternyata Pangeran Felixence tidak bisa menerima Putri Felinette, Stella tetap berencana untuk melindungi Putri Felinette hingga titik penghabisan.
Karena, Stella sudah berjuang sejauh ini.
Tapi sekarang, fokus utama Stella masih jatuh pada Aurorasia yang jelas sedang tidak baik-baik saja. Putri Duke Swanbell itu akan menjadi permaisuri Sang Pangeran Mahkota, jelas akan membawa dampak yang cukup besar.
Bagaimana cara agar Stella bisa menemukannya?
Malam semakin larut. Dari tirai jendela tipis, cahaya bulan yang pucat memancar di bawah Negeri Terevias, seolah juga ikut berduka dengan hal yang baru saja terjadi. Dan di tengah kesunyian yang menyesakkan itu, tiba-tiba suara ketukan lembut terdengar dari jendela kamarnya.
Jantung Irsiabella pun secara refleks berdetak kencang, membuat Stella yang tadinya berbaring, langsung kembali pada posisi terduduk. Ia juga berhasil melihat siluet seorang pemuda dari jendela, membuat jantungnya semakin memburu.
Ia pernah menghadapi situasi serupa seperti ini; tengah malam dan suara ketukan dari luar kamarnya, membuat Stella secara otomatis langsung memikirkan seseorang.
Wolf ....
Tapi, ini bukan waktu yang tepat. Saat ini ada banyak prajurit kerajaan sedang berjaga agar memastikan tidak penyusup di area istana, mengingat saat ini hampir seluruh bangsawan penting Terevias sedang berdiam di satu titik yang sama.
Mungkin aneh karena Stella sama sekali tidak merasakan ketakutan. Ketukan lembut itu kembali terdengar, membuat Stella akhirnya berjalan dengan hati-hati menuju jendela, menarik nafas panjang sebelum menyibak tirai itu.
Tampaklah seorang pemuda. Salah satu Whistler, tetapi Stella tidak bisa membedakan mereka. Raut wajahnya tampak sedikit lega ketika melihat Stella menyibak tirai, menyadari keberadaannya, tetapi ekspresi kekhawatirannya tetap tercetak jelas di wajahnya.
Berbekal ingatannya tentang kejadian menyakitkan yang terjadi di ruang dansa tadi, Stella tahu bahwa Dayward Whistler tidak mungkin menemuinya.
"Tuan Muda Rayward," panggil Stella setelah membuka jendelanya, menyadari bahwa Rayward hanya berpegangan pada tali dari atas. "Mengapa tidak berteleportasi ke dalam kamarku saja?"
"Kupikir aku salah kamar," gumam Rayward.
Tidak ada pintu balkon sebagaimana yang ada di kamarnya. Stella tidak bisa membiarkan percakapan mereka terjadi dengan cara mencurigakan seperti itu, atau menawarkannya untuk masuk.
"Aku akan berteleportasi ke atap," ucap Stella.
Belum sempat Stella menutup kembali jendelanya, Rayward menahannya. "Tapi sebelum itu, kenakanlah pakaian yang lebih hangat."
Stella baru ingat, sebenarnya tidak pantas baginya untuk menemui seorang pemuda dengan pakaian tidur. Selama ini ia hanya pernah menemui Wolverioz yang bukan merupakan bangsawan dan tidak tahu mengenai aturan itu.
"Baiklah. Hati-hati saat hendak memanjat lagi," pesan Stella.
Usai mengenakan pakaian yang lebih pantas, Stella melirik sejenak tempat tidurnya yang kosong. Dalam hatinya, ia berjanji akan kembali sebelum Regdar menyadari kepergiannya.
Setelah itu, Stella berteleportasi, memenuhi janjinya kepada Rayward untuk bertemu di atap. Dia juga memeriksa sekitar, memastikan tidak ada siapapun di sana selain mereka berdua. Dan untuk menjaga agar pembicaraan mereka tetap aman tanpa ada yang mendengarkan, Stella dan Rayward berbicara menggunakan telepati.
"Apakah ada informasi baru tentang Aurorasia?" tanya Stella langsung, begitu ia bertemu dengan Rayward yang sedang menggulung talinya kembali untuk menghilangkan jejak menyelundupannya barusan.
Rayward tidak langsung menjawab. Ia tampak belum siap untuk mengungkapkannya.
"Belum. Kabar terakhirnya, kelompok penyihir kerajaan mendeteksi mana Aurora yang mengarah ke arah hutan di dekat tempat ini."
"Kalau begitu, kita—"
"Tunggu. Dengarkan aku sampai selesai," potong Rayward. "Jejak mana-nya berhenti sampai di sana. Mereka kehilangan jejak Aurora."
Stella kecewa, karena mengira bahwa maksud kedatangan Rayward adalah untuk mengajaknya mencari Aurorasia.
"Kau tahu tentang apa yang akan terjadi di masa depan, Tuan Muda Rayward, tapi mengapa kau tidak memberitahuku apapun tentang ini?" tanya Stella dengan penuh kekecewaan, bahkan mulai menyalahkan pemuda itu. "Sebelumnya kau juga melakukan hal serupa, tidak memberitahuku tentang masa depan, membuat situasi yang kita hadapi menjadi lebih rumit!"
"Nona Ravelsa, bahkan akupun tidak bisa menebak masa depan. Ini ... tidak terjadi sebelumnya. Jika aku tahu tentang penculikan ini, tentu saja aku tidak akan membiarkan mereka membawa Aurora." Rayward mengucapkan itu dengan suara serak dan tatapan terluka.
Apakah itu artinya ... masa depan telah berubah?
Semua karena dirinya mencoba mengubahnya?
"Bukan hanya kau yang merasa terluka, Nona Ravelsa. Tolong jernihkan pikiranmu," ujar Rayward, mencoba menenangkannya.
"Maafkan aku, Tuan Muda Rayward. Maaf karena sudah menyalahkanmu," sesal Stella.
Rayward memaksakan senyumnya. "Aku datang kemari bukan untuk mengajakmu untuk mencari Aurora. Itu terlalu berbahaya."
Benar, itu berbahaya. Jika Stella melakukannya, kekuatan Irsiabella dapat terungkap. Namun, jika Stella hanya berdiam diri dan ada hal buruk yang terjadi kepada Aurorasia, Stella pasti tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri.
Bagaimanapun juga, mereka sedang berurusan dengan Death Wave. Stella tentu saja masih ingat dengan pengalaman buruknya berkomunikasi dengan salah satu anggotanya. Itu akan selamanya menjadi mimpi terburuk Stella.
Semoga saja Aurorasia tidak mengalami hal serupa seperti yang dialami Stella waktu itu.
"Kupikir, kalau kau tidak tahu apapun tentang kabar Aurora, kau bisa saja nekat mencarinya," sahut Rayward.
Sebenarnya, apa yang dikatakan oleh Rayward memang tidak sepenuhnya salah. Jika Stella berhasil menemukan jejak sekecil apapun tentang Aurorasia, Stella pasti akan langsung gelap mata dan mencoba untuk menemukannya.
Dan mungkin kala itu, ia bisa saja berpapasan dengan kelompok penyihir kerajaan, prajurit kerajaan dan siapapun yang sedang mencari keberadaan Aurorasia dan yang seharusnya tidak tahu menahu tentang kekuatannya.
"Jika ada perkembangan lebih lanjut, Dayward akan segera mengabarkanku. Aku juga akan langsung mengabarkanmu," janji Rayward.
Stella memberikan anggukan, hingga akhirnya dia teringat dengan kejanggalan itu. "Tapi ..., jika ini tidak terjadi sebelumnya, mengapa kali ini Death Wave menculik Aurorasia?"
Rayward sempat tampak berpikir keras, sebelum akhirnya turut memberikan pemikirannya.
"Aku mencurigai seseorang yang sepertinya adalah dalang di balik kejadian ini, tetapi sebelum itu terbukti, mungkin sebaiknya aku tidak langsung mengumbarkannya," ucap Rayward.
"Katakan padaku."
"Ini masih asumsi, dan bisa saja asumsiku—"
"Kupikir, kau bilang kau mempercayaiku." Stella berusaha mengucapkannya dengan nada sekecewa mungkin.
Hasilnya, usahanya untuk meluluhkan hati Rayward pun sukses. Pemuda itu menghela napasnya dengan berat.
"Nona Ravelsa, apakah kau ingat ketika aku menceritakan tentang bagaimana Rayward Whistler dibunuh?" tanya Rayward.
Sejujurnya, bahkan setelah Stella tahu fakta kebenaran bahwa yang dibunuh waktu 'itu' adalah Dayward, dan Rayward sampai harus mengganti identitas mereka, tetap saja aneh rasanya membicarakan tentang kematiannya sendiri.
"Ya. Tuan Muda Rayward diracuni oleh seseorang." Stella mengikuti cara Rayward menjelaskan tentang kematiannya sendiri, karena tampaknya Rayward lebih nyaman menceritakannya seperti itu.
"Mungkin aku memang belum menceritakan tentang pelakunya, tetapi melihatmu tidak mempertanyakan itu, aku menduga bahwa kau sudah menerka pelakunya," ujar Rayward.
Stella masih diam, karena sebenarnya tebakan Rayward memang benar. Stella menebak seseorang di kepalanya dan juga telah menduga alasan mengapa Rayward ingin menyelesaikan masalah itu sendiri tanpa melibatkannya.
Itu pasti karena pelaku yang meracuni mereka adalah orang terdekat.
"Apakah pelakunya Nyonya Whistler?"
"Sudah kuduga kalau kau sudah mengetahuinya." Rayward menganggukan kepalanya dengan bangga.
"Tapi, apa hubungannya penculikan Aurorasia, Death Wave, dan Nyonya Whistler?" Stella terdiam setelah memberikan pertanyaan, sebelum semuanya terhubung begitu saja. "Oh, tunggu. Apakah memang karena itu?"
Aurorasia diculik karena dia tampak mengetahui tentang gerak-gerik mencurigakan darinya, lalu dia bermaksud menyingkirkan Aurorasia sebelum rencananya diketahui orang-orang? Dan untuk menjauhkannya dari segala dugaan, dia bermaksud melimpahkan seluruh kesalahannya kepada Death Wave?
"Mungkin? Itu hanya asumsi paling logis yang bisa kupikirkan," jawab Rayward.
Benar. Itu logis. Saat ini, Nyonya Whistler masih bebas berkeliaran karena kejahatannya belum terjadi. Di alur The Fake Princess, kejahatannya juga baru terungkap setelah Putri Felinette diracuni Golden Sun. Namun, karena Aurorasia tahu tentang kandungan racun pada Golden Sun, yang kemudian berhasil mencegah Rayward Whistler dan Putri Felinette agar tidak diracuni.
Itu yang membuat Rayward Whistler sempat menduga bahwa Aurorasia tahu tentang pengulangan waktu yang sedang mereka alami.
Saat ini, Nyonya Whistler juga menetap di dalam istana. Jika asumsi Rayward benar, maka Aurorasia akan baik-baik saja sampai Nyonya Whistler selesai mengintrogasinya. Dia juga pasti menginginkan jawaban darimana Aurorasia tahu tentang keinginannya untuk melenyapkan salah satu dari anak tirinya.
Stella baru menyadari sesuatu yang janggal dari cerita itu.
"Tapi, sepertinya ada yang aneh," gumam Stella.
"Apa?" tanya Rayward.
"Jika Nyonya Whistler bermaksud membuat putranya menjadi satu-satunya penerus, mengapa hanya meracuni Tuan Muda Rayward?" tanyanya.
"Kami diracuni bersamaan, tetapi aku berhasil selamat karena hanya meminum sedikit tehnya. Aku tahu bahwa dia selalu lebih waspada terhadapku, karena itu aku memilih melanjutkan hidupku sebagai Dayward, hanya agar dia lebih lengah. Waktu itu, hanya Aurora yang tahu soal rahasia ini."
Itu sangat menyakitkan, tentunya. Sebab hanya dari cerita singkat Rayward, Stella kini tahu bahwa bahkan ayahnya sendiri tidak mampu membedakan kedua putra kembarnya.
"Aurora sudah kuanggap seperti adikku sendiri. Dan aku juga tahu, kau akan selalu menganggap Aurora sebagai sahabatmu. Jika aku membutuhkanmu, aku akan meminta bantuanmu."
Stella mengangguk, sedikit terharu karena Rayward baru saja mengungkapkan semua rahasianya kepadanya. Itu artinya kepercayaan Rayward kepadanya memang sangat besar dan artinya Rayward memang berpihak kepadanya.
"Terima kasih telah mempercayaiku. Jika waktu itu tiba, aku berjanji akan membantumu semampuku."
"Tapi, itu mungkin bisa membuat risiko kekuatanmu terungkap. Apakah tidak apa-apa?"
Stella seolah kembali ke dunia nyata.
"Ah ... aku lupa menceritakannya kepadamu. Tapi, ketika aku berdansa dengan Pangeran Felixence, dia … ternyata tahu tentang kekuatanku."
Rayward melotot. "Apa?! Bagaimana bisa?!"
"Ceritanya panjang." Stella menghela napas. "Tapi, intinya kecurigaannya akhirnya terjawab setelah dia tahu bahwa aku terjatuh ke Kolam Agung. Sepertinya dia tahu bahwa aku yang menjernihkan Kolam Agung, dan bukan Putri Felinette."
"Dan kau mengiyakannya?"
"Tidak, tapi aku juga tidak sempat menyangkal, karena tiba-tiba semua penerangannya padam, lalu datanglah kekacauan itu."
Raut wajah Rayward yang tadinya sudah penuh dengan kegelisahan, bertambah lagi. "Ini gawat, Nona Ravelsa. Bagaimana jika Pangeran Felixence menyingkirkanmu agar kau membungkam tentang kekuatanmu selamanya?"
"Tapi, jika aku bisa meyakinkan Pangeran Felixence bahwa aku tidak akan mengungkapkan kekuatanku dan memang benar-benar tulus ingin melindungi Putri Felinette, itu tidak akan terjadi, kan?" tanya Stella dengan penuh harap.
"Entahlah. Jika aku boleh memberikan saran, sebaiknya kau tidak dekat-dekat dengan Pangeran Felixence. Biarkan saja dugaannya tetap menjadi asumsinya. Jangan membuktikan apapun!" pesan Rayward dengan sungguh-sungguh.
"Iya," jawab Stella seadanya.
"Sekarang, beristirahatlah. Besok pencarian yang lebih besar akan dilakukan. Aku akan meneruskan informasi yang kudapat dari Dayward kepadamu," janji Rayward.
"Baiklah."
"Jangan khawatir. Aku yakin Aurora pasti akan baik-baik saja," ucap Rayward.
Mungkin, hanya mungkin, tapi itulah keyakinan yang harus dipegangnya, bahwa Aurorasia akan baik-baik saja.
Stella memberikan anggukan pelan, sebelum akhirnya berpisah dengan Rayward dengan berteleportasi tepat di depannya. Dan Stella kembali ke kamar pribadinya di istana, kembali mengisi tempat tidurnya yang sempat kosong tadi.
Tetap saja, meskipun telah diberikan keyakinan yang masuk akal seperti itu, Stella tetap tidak bisa terlelap.
***TBC***
Minggu, 25 Agustus 2024
Paus' Note
Oke, updated. Maaf ya gabisa kasih note panjang-panjang, huhuhuhu
Ini last part dari Malam panjang, kok!
See you!
Big love
- Cindyana / Prythalize
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro