8. Persiapan Irsiabella Ravelsa
"Siapapun dirimu, jika kau membuatnya menderita, aku juga akan menganggapmu musuhku."
***
Stella memegang gaunnya di sisi kanan dan kiri, lalu melebarkannya sembari membungkuk elegan. Tetap mempertahankan senyum manisnya, Stella berucap anggun, "Selamat pagi, Ayah."
Regdar tersenyum tipis, tapi dirinya berusaha menyembunyikan senyuman itu dengan mengalihkan perhatiannya. Pria itu menoleh ke arah pelayan-pelayan yang telah berjasa mengajarkan hal-hal yang dasar untuk putrinya.
"Kerja bagus," ucap Regdar.
"Sebuah kehormatan bagi kami, Tuan." Para pelayan itu membungkuk hormat.
Kini, Stella sudah mengerti dasar-dasar yang harus dilakukan oleh seorang bangsawan. Awalnya, Stella pikir itu akan mudah, karena dirinya pernah melihat gerakan formal di film atau dokumenter bangsawan kerajaan dulunya, ternyata itu tidak semudah kelihatannya.
Usai para pelayan meninggalkan ruangan itu, kini hanya ada Regdar dan Stella di sana. Mereka duduk berhadapan sembari menikmati teh dan makanan ringan sebagai sarapan.
"Oh ya, Irsiabella. Gaunmu akan dikirim ke rumah hari ini." Ucapan Regdar terdengar sedikit bersemangat, padahal Stella hanya melihatnya dengan tatapan sedatar-datarnya.
"Aku tahu."
Beberapa hari yang lalu, tepatnya ketika Arlina sedang mengajar, tiba-tiba ada beberapa orang yang datang dan mengusik kelasnya. Para pengganggu itu rupanya adalah hadiah yang diberikan oleh Regdar untuknya.
Mereka adalah perancang busana yang datang untuk membuatkannya gaun dan sepatu.
Ya, muncul tepat ketika Arlina sedang mengajarkannya matematika. Arlina bilang, Irsiabella sangat jenius. Padahal, Stella memang sudah mengerti semua matematika dasar yang dipelajarinya. Karena, kalau Stella tidak mengerti, mana mungkin dia bisa meraih juara satu sejak kecil?
Masalahnya, Arlina jadi tahu bahwa Irsiabella akan menghadiri acara pernikahan Marquess yang akan digelar dua hari mendatang. Keluarga Dalton juga diundang ke acara pernikahan itu, jadi mereka bisa berjumpa di sana. Stella pusing sejadi-jadinya, karena Arlina justru terlihat lebih antusias dibandingkan dirinya.
Regdar tiba-tiba menghela napasnya, "Ayah jadi khawatir."
Stella mengerutkan kening. Apa lagi? Jangan bilang Regdar akan membatalkan rencananya untuk mengajak Stella ikut serta di pesta pernikahan Marquess, sebab kalau itu terjadi, Stella janji akan mengabaikannya selama sepekan penuh.
"Mengapa anak remaja seusiamu senang-senang saja saat orangtua mereka membeli banyak gaun? Sementara kau di sini cemberut karena Ayah meminta lima gaun yang dibuat khusus untukmu?"
"Lima gaun itu terlalu banyak," keluh Stella.
Dia tidak habis pikir, padahal dia hanya mendatangi satu acara penting. Seharusnya dia hanya membeli satu gaun saja. Sifat Regdar yang satu ini mengingatkannya kepada ibunya. Namun Stella tahu niat mereka sangat baik, hanya saja terkadang Stella lelah harus terus-terusan mencoba satu persatu gaun.
"Irsiabella, Ayah hanya membelikanmu lima gaun dalam bulan ini," ucap Regdar.
Hanya, katanya?
"Anak-anak seusiaku cepat tumbuh, Ayah. Membeli terlalu banyak gaun jelas adalah pemborosan." Gantian Stella yang menghela napasnya lelah.
"Ayah hanya ingin kau mendapatkan yang terbaik. Mengertilah."
Dulu, setiap ibunya membelikan Stella pakaian baru dan Stella menolak, ibunya selalu berdalih bahwa pakaian itu nantinya akan ditemurunkan ke Luna. Umur Stella dan Luna hanya berjarak setahun. Stella selalu mendapat pakaian baru dan Luna akan memakai pakaian Stella. Luna juga tidak pernah protes soal itu.
Regdar tersenyum ke arah Stella, "Tapi kau memang benar. Kau tumbuh cepat sekali. Padahal, rasanya seperti baru kemarin Ayah menimangmu."
Stella agak tersentuh untuk beberapa alasan. Tiba-tiba dirinya membayangkan Ayah kandung-nya yang mengatakan itu untuknya. Stella tidak pernah ingat bagaimana wajahnya, selain melihatnya di figura di samping altar rumahnya.
"Semuanya akan terasa sangat cepat, Irsiabella. Setelah ini kau akan bertemu banyak orang, lalu bertemu lelaki idamanmu, kalian menikah dan lahirlah Irsiabella mini," jelas Regdar panjang lebar.
Dia berpikir terlalu jauh.
"Ayah, aku baru tiga belas tahun."
Regdar menggeleng sembari menyesap teh dari cangkirnya, "Tidak, kau sudah tiga belas tahun."
Dalam adat di dunia ini, usia seorang gadis dikatakan matang untuk menikah adalah delapan belas tahun. Stella sendiri belum pernah benar-benar delapan belas tahun, sebab dirinya 'tewas' di usia tujuh belas tahun. Namun perkataan Regdar sepertinya benar, semuanya akan terasa sangat cepat.
"Baiklah, baiklah. Aku sudah tiga belas tahun."
Stella melihat raut kepuasan di wajah Regdar. Stella membulatkan tekadnya untuk memperbincangkan sesuatu yang serius dan sudah dipikirkannya berhari-hari. Keinginannya, Stella ingin mengatakan keinginannya.
"Karena aku sudah tiga belas tahun, apakah aku boleh mempelajari sihir?"
Regdar membulatkan matanya, membuat Stella buru-buru menambahkan, "Sihir paling dasar, setidaknya? Kumohon?"
"Irsiabella," panggil Regdar dengan suara tegas. "Sepertinya kau tidak mengerti apa yang Ayah katakan padamu."
"Ayah, aku mengerti, itu berbahaya untuk tubuhku," jawab Stella cepat. "Tapi, coba Ayah bayangkan kalau seandainya ada satu kejadian darurat yang melibatkanku? Bagaimana kalau--"
"Hal seperti itu tidak akan pernah terjadi, karena Ayah akan melindungimu," potong Regdar.
Hanya membayangkan saja, dia tidak mau.
"Ayah, aku sangat mengerti kalau sihir terdengar membahayakan."
"Bukan hanya terdengar seperti itu, tapi kenyataannya itu memang sangat berbahaya." Regdar meletakkan cangkir tehnya di atas pikir kecil, lalu berdiri dari duduknya agar bisa pindah, duduk lebih dekat dengannya. "Sihir itu ... kekuatan yang besar."
"Dan bukankah hebat jika aku bisa memakainya dengan benar?" sambung Stella.
Regdar meraih punggung tangan Stella, lalu mengelusnya pelan, "Benar, itu akan hebat. Namun itu sangat berisiko dilakukan oleh anak perempuan muda sepertimu."
Baru saja Stella hendak memotong, Regdar malah melanjutkan, "Irsiabella, mengertilah. Ayah hampir kehilanganmu karena lalai mengawasimu dan menyebabkanmu kehilangan ingatanmu.
"Bagi Ayah, kenangan bisa kita mulai kembali dalam lembaran baru, tapi jika kemarin Ayah kehilanganmu, hari ini Ayah mungkin tidak akan pernah mengerti arti hidup, lagi."
Perkataan Regdar membuat Stella termenung diam.
Bukan hanya gagal, tetapi rencananya untuk membujuk ayahnya agar mengizinkannya menggunakan sihir sangat gagal total. Menyedihkan.
Stella kini dipenuhi perasaan serba salah karena tidak sependapat dengan Regdar. Stella mengerti bahwa Irsiabella sangat berarti untuk pria itu, tetapi bukankah Irsiabella memang lahir dengan kekuatan hebat itu?
Bukankah Irsiabella akan berdiri di atas tanah yang sama dengan orang-orang kelas atas lainnya? Dengan kekuatan yang lebih hebat daripada mereka semua?
Kini, Stella malah ragu bisa menjadi seperti Irsiabella di novel The Fake Princess. Stella tidak mengenal dekat siapa Irsiabella sesungguhnya, tetapi semakin yakin bahwa Irsiabella benar-benar berjuang untuk menjadi Irsiabella yang hebat.
Regdar menentangnya menggunakan sihir. Jadi, bila Irsiabella benar-benar mulai mempelajari sihir ketika umurnya 16 tahun nanti, lalu apa bedanya dia dengan bangsawan kelas atas yang lain?
Stella makin yakin, Irsiabella menggunakan kekuatannya diam-diam.
Dan untuk menjadi Irsiabella yang sama, Stella harus melakukan hal yang sama.
"Aku tidak bermaksud membuat Ayah khawatir. Aku hanya berpikir bahwa ..., kekuatanku mungkin bisa lebih menyejahterakan keluarga Ravelsa," jelas Stella dengan hati-hati.
"Itu mungkin memang benar." Regdar kini melepaskan tangan Stella. "Tapi, Irsiabella, percayalah. Saat ini adalah kesempatanmu menikmati masa mudamu. Setelah semuanya tahu bahwa kau memiliki kekuatan, seterusnya mungkin kau akan hidup dengan penuh tekanan."
Sejujurnya, Stella tidak menyangka Regdar berpikir sejauh itu untuk Irsiabella.
Tiba-tiba, Regdar menepuk bahu Stella pelan.
"Irsiabella, berjanjilah dengan Ayah."
Stella tidak membalas perkataan Regdar, hanya diam menatap manik coklat Regdar yang tampak mengasihinya. Rasanya berat harus beradu pandang dengan seseorang sehangat Regdar, meskipun Stella akan melakukan sesuatu yang mungkin mengecewakannya.
"Berjanjilah, jangan pernah menggunakan kekuatanmu sampai umurmu 16 tahun."
Ada banyak hal yang ingin Stella protes, tetapi hanya ada satu pertanyaan yang sukses ditanyakannya, "Mengapa harus 16 tahun?"
"Karena," Regdar menahan kata-katanya, sepertinya kurang setuju mengungkapkannya. "Karena saat itu, kau sudah dewasa dan sudah dapat mempertanggungjawabkan hal yang kau lakukan."
"Sekarang pun, aku rasa aku bisa mempertanggung--"
"Irsiabella Caroliza Ravelsa." Regdar memanggil nama panjang Irsiabella dengan pelan, membuat Stella sedikit merinding. "Ayah punya alasan, tapi belum bisa Ayah ceritakan. Lakukan saja demi Ayah. Suatu hari nanti, kau mungkin akan mengerti."
Mengapa tidak membiarkanku mengerti sekarang?
"Jangan menggunakan kekuatanmu, mengerti?" Regdar bertanya.
Stella ingin mengangguk untuk menenangkan hati Regdar, tapi juga tidak yakin bisa menepati janjinya. Stella butuh kekuatan ini untuk mengubah akhir tragis Putri Felinette yang menyedihkan.
"Sebenarnya, kalaupun aku mau, aku tidak tahu caranya," balas Stella, belum benar-benar sepakat dengan keinginan Regdar.
Tapi, hei, Stella tidak berbohong. Dia benar-benar tidak tahu caranya menggunakan sihir Irsiabella. Pulang berteleportasi saja, harus benar-benar mendesak.
"Itu satu-satunya hal positif yang Ayah dapatkan setelah kau kehilangan ingatanmu." Sikap Regdar akhirnya melunak, pria itu tersenyum, "Tapi, hilang ingatan atau tidak pun, kau masih sama keras kepalanya."
Stella membalasnya tersenyum, "Padahal Ayah juga keras kepala."
"Karena itulah, pembahasan tentang ini tidak pernah selesai sejak dulu."
***TBC***
17 November 2020
Paus' Note
Uh, update dulu deng ya. Soalnya hari ini ada maintenance dari Wattpad. Jam 4-6 sore :(
Okeeee, Next Chapter Stella sudah ada di acara pernikahan Marquess~~~ Sudahkah kalian mengunci jawaban untuk pertanyaan; siapa yang akan ditemui Stella?
Tidak bermaksud membuat Stella keras kepala banget di sini, tapi memang nyatanya Stella sangat ingin mempelajari sihir untuk menyelamatkan Putri Felinette.
Aku sempat berpikir untuk membuat satu chapter POV 1 khusus untuk cerita The Fake Princess, tapi kurasa nanti saja setelah Stella sudah bisa mencerna semua perubahan di alur awal.
Lho~ Kenapa cerita The Fake Princess harus diceritakan pakai POV 1? Karena itu kan ditulis oleh Luna wkwkkw. Jadi cerita ini bakal ada ganti POV sih, dari POV 3 menjadi POV 1.
Sudah chapter 8 dan aku belum dapat clue apakah kalian ngeh siapa yang bakal dapat minor romance ini wkwkwkwkwk. Kalau yang mau nebak silakan, yang mau nunggu juga mongo~
Fun fact: Aku iseng-iseng searching di google dan twitter, ternyata belum pernah ada yang memakai nama Irsiabella sebagai nama.
Sayangnya nama Felinette, nama pangeran dan tokoh-tokoh lainnya rupanya sudah ada pemiliknya. Huhuhu.
Soooo, feel free buat nyingkat cerita "In Order to Keep The Princess Survive" sebagai IRSIABELLA.
Ngomong-ngomong, sudah lancar belum manggil namanya? Irsiabella? Felinette (ini bacanya Fe-Li-Neth ya BTW). Jangan salah-salah sebut namanya jadi Isabella, Irabella, Iriabella lho, ya. Ir-Sia-Bel-La yak!
Dan nama-nama mereka berhasil menambah rekor muriku sebagai nama terpanjang lainnya yang kutulis.
Felinette (9 karakter)
Prythalize (10 karakter)
Carmelize (10 karakter)
Irsiabella (10 karakter)
BTW karena aku lagi ngomongin nama, sekalian aku spill kali ya. Dua karakter lain di cerita ini.
Pangeran ********* (9 karakter)
********* (9 karakter)
Oke ... kenapa nama mereka panjang-panjang?!
Dan maaf ya karena author note kali ini panjang banget. Aku-- hanya merasa bakal rindu karena bakal ada maintenance (2 jam lol)
Itu saja deh untuk hari ini.
Bu bay and see you next chapie!
Cindyana Paus
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro