Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

79. Renungan Irsiabella Ravelsa

"Kau percaya kesempatan kedua?
Bahkan jika kau mendapatkannya, kau pasti juga tidak akan pernah berhasil mengubah keadaan ini."

***

Stella masih tidak tahu apa maksud Rayward yang mengatakan bahwa dia memihaknya, tetapi sejauh ini pemuda itu masih mengatakan hal yang sebenarnya.

Usai kembali dari pemberkatan di Kuil Agung, semuanya berjalan normal sebagaimana mestinya. Tidak ada yang ingat bahwa dirinya dan dua orang lainnya pernah terjatuh di Kolam Agung. Yang tersisa di ingatan mereka hanyalah Putri Felinette.

Stella ingat betul, sebelum dirinya keluar dari gerbang suci itu, satu persatu orang diminta berbaris untuk 'pemberkatan terakhir' dan Pendeta Agung  mempertanyakan bagaimana kesan setelah pemberkatan. Stella memilih untuk menjawab apa adanya tanpa membahas sedikitpun tentang perihal kejadian di Kolam Agung dan ia bisa menapak keluar dari Kuil Agung berkat hal itu.

Namun, ada pula beberapa orang yang diminta kembali untuk pemberkatan lanjutan karena dinilai belum sepenuhnya menerima pemberkatan. Tampaknya mereka adalah orang-orang yang masih mengingat kejadian itu dan tidak akan dibiarkan keluar dari Kuil Agung hingga ingatan mereka dihapus sepenuhnya.

Stella tahu ini untuk keamanannya dan tidak tahu bagaimana merespons tindakan yang mereka lakukan.

Berkat penyaringan semacam itu, belum pernah ada yang membahas tentang insiden jatuhnya empat orang di Kuil Agung. Sebaliknya, berita tentang Putri Felinette yang menjernihkan air kolam menyebar di seluruh penjuru Terevias. Hanya ada berita tentang kebangkitan kekuatan Putri Felinette yang terdengar.

Sejujurnya, Stella merasa agak ... janggal.

Seperti ada sesuatu yang kurang, tidak sengaja mereka lewatkan. 

Atau mungkin, pembicaraan terakhirnya dengan Rayward mungkin memang ada benarnya.

"Tampaknya aku tahu siapa orang lain yang kemungkinan ingat."

Stella yang masih terguncang dengan fakta yang baru saja diketahuinya memilih menguatkan diri, merenung sejenak tentang alasan Rayward di masa lalu. Setelahnya, memberanikan diri menatap manik hazel yang sedaritadi menunggunya menatap balik ke arahnya.

"Siapa?" tanya Stella.

Saat ini Rayward memberikan asumsi terliar yang bisa Stella bayangkan. Rayward tampaknya tahu tentang siapa yang kemungkinan tahu tentang masa lalu dan berusaha membelokkannya. Stella tahu bahwa dirinya adalah pelaku utama selama ini, tapi bagaimana jika ada orang lain yang juga berusaha membelokkan alur The Fake Princess selain dirinya dan Rayward?

"Aurora." Rayward langsung melipat kedua tangan di depan dada. "Agak sulit dipercaya, sih. Aku sendiri juga awalnya tidak terlalu yakin, tetapi Aurora melakukan hal yang mencurigakan."

Tunggu, apakah itu artinya Aurorasia tidak seperti yang Stella pikirkan? Apakah selama ini Aurorasia memang hanya berlagak baik hanya di depannya?

Stella bertanya agak ragu, "Apa yang Aurorasia lakukan?"

"Percaya atau tidak, aku belum melakukan apapun untuk menghindari kematian. Aku punya rencana sendiri untuk membiarkan diriku memakan racun dalam jumlah yang sedikit, lalu menangkap pelakunya sendiri dengan kedua tanganku." Raut wajah Rayward tampak meredup untuk beberapa alasan. "Tapi Aurora lebih dulu melenyapkan semua racun-racun yang bisa digunakan pelaku untuk membunuhku."

"Racun...? Apa Tuan Muda Rayward meninggal karena keracunan?"

Rayward mengangguk.

Perubahan yang satu itu mungkin masih dalam artian positif. Namun jika benar Aurorasia tahu tentang alur The Fake Princess, besar kemungkinan Aurorasia untuk membelokkannya sesuai keinginannya. Dan sampai hari ini, Stella belum pernah benar-benar bertanya apa yang diinginkan Aurorasia. Apakah takhta, kekuasaan, atau hal lainnya.

"Itulah mengapa aku mencurigai bahwa kau juga mengingat kejadian itu, sebab kau terang-terangan menolaknya."

Butuh beberapa saat bagi Stella untuk mencerna perkataan Rayward, sebelum akhirnya semuanya menjadi masuk akal.

Golden Sun.

Tatapan Stella meredup dan pikirannya langsung melayang ke dalam kamar asramanya dimana ia letakan botol kecil itu di depan meja riasnya. Stella memang membawanya dengan alasan agar bisa mengembalikannya sewaktu-waktu kepada para Whistler. Meskipun ternyata ia tidak pernah menemukan kesempatan itu, kini ia mengerti mengapa Rayward setuju untuk memberikan barang itu kepadanya.

Sekarang pertanyaannya, siapa orang gila yang menyalahgunakan kegunaan parfum sebagai racun?

"Tuan Muda Rayward tahu siapa pelakunya?" tanya Stella.

Rayward mengangguk. "Aku akan tetap melakukan sesuatu untuk menuntut keadilan atas apa yang pernah terjadi."

Stella tidak percaya bahwa Rayward sampai mengumbar keinginannya sendiri untuk membalaskan dendam. Sepertinya Rayward memang sangat mempercayainya. Apakah itu hal yang baik? Apakah alasan Rayward memihaknya karena menginginkan bantuan Stella untuk membalaskan dendam?

Stella tidak ingin membalaskan dendam. Semua hal yang ia lakukan sampai sejauh ini hanya untuk melindungi Putri Felinette dari akhir tragis itu.

"Tenang, Nona Ravelsa. Aku tidak ingin Nona Ravelsa terlibat. Aku hanya ingin kau tahu bahwa apapun jalan yang kau pilih nantinya, aku akan tetap memihakmu."

Jalan apa yang memangnya Irsiabella pilih? Menjadi Putri Terevias?

Bukan, itu bukan keinginan Irsiabella.

Iya, kan?

Karena jika itu keinginannya, Stella tidak akan bisa menemukan alasan lain mengapa Wolverioz harus membunuh Putri Felinette.

"Sebenarnya, aku mencurigai satu orang lagi," ucap Rayward ketika Stella masih berpikir keras.

"Siapa?" Stella bertanya tanpa minat, karena berpikir bahwa Rayward mungkin saja masih mencurigainya.

"Tadi aku sudah bilang bahwa terlalu banyak perubahan drastis, kan? Perubahan yang ini menyangkut tentang Putri Felinette," ucap Rayward.

"Maksudnya, Tuan Muda Rayward mencurigai bahwa Putri Felinette tahu tentang waktu Tuan Muda Rayward sebelum berein—mengulang waktu?"

"Iya. Banyak sekali perubahan yang mengarah pada Putri Felinette," jawab Rayward.

Stella hanya bisa berpura-pura berpikir keras, masih berpikir bahwa dirinya yang telah membuat perubahan itu dan Rayward tidak perlu tahu tentang itu.

Dan yang paling penting, mana mungkin Putri Felinette mengingat alur The Fake Princess. Sang putri yang asli bahkan tidak mengalami semua kejadian tragis itu. Luna yang menghadapinya sendirian, menelan semua kebingungan yang menuntunnya pada keadaan yang sama sekali tidak menguntungkannya.

"Coba pikirkan, mungkin saja Tuan Putri juga tahu tentang racun itu dan berniat untuk menghentikan distribusinya karena racun itu akan menjadi racun yang umum digunakan oleh para bangsawan. Dan lagi, dulu Putri Felinette juga pernah mengosumsi racun yang sama dan membuat penjuru Terevias mencurigai bahwa beliau tidak memiliki darah kerajaan."

Bola mata Stella membulat.

Stella tidak pernah tahu bahwa Golden Sun juga terlibat dalam alur cerita The Fake Princess.

Sebenarnya, dari semua perkataan Rayward yang tidak masuk akal, hanya satu poin itu yang benar-benar dapat diterima nalar.

Bagaimana jika ternyata Putri Felinette memang mengetahuinya?

Bagaimana jika ternyata bahkan saat ini, Putri Felinette adalah—

"Tapi, bisa saja itu hanya kebetulan. Peluang Putri Felinette untuk mengingat kejadian itu sangat kecil, karena bagaimana pun juga, Putri Felinette tidak memiliki kekuatan," gumam Rayward.

Ya, alur yang sama persis. Stella yakin bahwa Rayward telah mengulang waktu tanpa kehilangan sedikitpun ingatan tentang kejadian The Fake Princess.

Stella tidak ingin terlalu berharap, tetapi ia telah lama menanti keajaiban yang mampu mendekatkan dirinya dengan adiknya ..., dengan Luna.

Namun jika ada sedikit peluang yang tersedia, Stella ingin mempercayai semua perasaan yang dirasakannya setiap ia bersama dengan Putri Felinette. Ada perasaan keterikatan khusus yang dirasakannya, bukan hanya karena Luna pernah menjadi Putri Felinette, tetapi jauh dari hati Stella yang terdalam, ia sangat tulus ingin melindungi sang putri.

Perbincangan mereka tidak bisa berlangsung lebih lama, terlebih setelah Stella menyadari bahwa cahaya terang yang tadi memenuhi satu bangunan itu mulai meredup.

"Nona Ravelsa, sebaiknya kita segera kembali sebelum mereka menyadari bahwa dirimu menghilang. Kita mungkin tidak bisa membahas mengenai hal ini di luar Kuil Agung, tapi aku berjanji akan membantumu jika kau membutuhkan bantuanku."

Rayward mengulurkan tangan, meminta Stella menerima tangannya agar dia bisa membawa Stella kembali ke ruangan tadi. Stella menatap dalam pemuda yang ada di depannya, memikirkan betapa anehnya jika pemuda itu membeberkan segala rahasianya tanpa mengharapkan apapun.

Ketulusan hanya akan ada jika seseorang merasa begitu terikat dengan orang lainnya, bukan?

"Apakah lancang jika aku menanyakan alasan mengapa kau harus melakukan itu?" tanya Stella.

"Membiarkan Rayward Whistler mati dan hidup sebagai Dayward Whistler?" Rayward tertawa seolah kata-katanya mengandung humor. "Aku akan menceritakannya lain kali."

Rasa penasarannya harus ia telan bulat-bulat. Masih ada banyak hal yang membuatnya kebingungan.

"Aku tidak mengerti. Mengapa kau mau membantuku? Mengapa kau memihakku?" Stella kembali bertanya. "Kau ... bisa saja mengumbarkannya dan menjadi orang yang berpengaruh di Terevias."

Rayward hanya tersenyum, "Aku hanya ingin berbalas budi."

"Aku tidak pernah membantumu."

"Kau pernah, tapi kau tidak mengingatnya. Ayo, Nona Ravelsa."

Setelah menerima uluran tangan Rayward, Stella kembali di ruangan itu, masih di posisi tempat duduk yang sama dengan sebelumnya—di samping Svencer. Dan seperti yang sudah Rayward katakan padanya sebelumnya, ketika instruksi membuka mata, mereka semua tidak lagi menatap Stella dengan pandangan yang sama dengan sebelumnya.

Banyak dari mereka yang lupa, meski tidak semuanya, tetapi Stella jelas bisa merasakannya. Ritual itu benar-benar telah dilakukan, tanpa disadari oleh orang-orang yang telah melakukannya.

Jika Rayward tidak membawanya pergi, apakah dirinya akan tetap ingat? Bagaimana pun juga ritual ini bermaksud menguncang jiwa pemilik tubuh, sementara tubuh Irsiabella bukanlah miliknya.

Dan Stella tidak akan tahu jawabannya.

"Apa kau mendengarkanku?" Aurorasia bertanya tiba-tiba, membuat lamunan Stella langsung buyar sepenuhnya.

"Maaf, apa kau bisa mengulang perkataanmu?" tanya Stella, agak tidak enak hati.

Aurorasia menghela napas, tapi tetap tersenyum, "Ulang tahun Yang Mulia Raja akan datang dalam beberapa pekan lagi. Kebangkitan kekuatan Putri Felinette juga sudah terdengar di seluruh penjuru Terevias. Setelah ini, Putri Felinette akan sangat sibuk dengan urusan negeri ini, jadi kemungkinan kita akan sangat jarang bertemu dengannya lagi."

Stella terdiam selama beberapa saat, lalu melirik Aurorasia yang masih menunggu jawabannya. Setelah ia pikir-pikir kembali, Aurorasia juga nantinya akan menjadi orang penting di Negeri Terevias—Calon Ratu—di masa depan. Ia juga merupakan satu-satunya penerus Keluarga Duke Swanbell.

Setelah ini, mereka semua akan disibukkan dengan urusan mereka masing-masing dan mereka akan jarang berkomunikasi satu sama lain. Namun, itu semua lebih baik daripada harus menunggu tragedi buruk itu terjadi.

Kejadian yang paling ditakutkan oleh Stella tetap terjadi, tetapi semuanya berbelok sesuai harapannya. Itu melegakan, tetapi juga begitu aneh dan janggal. Ada sebuah kekosongan yang tidak bisa Stella jelaskan.

... Apakah mungkin kecurigaan Rayward memang benar? Aurorasia mungkin juga tahu tentang apa yang terjadi dalam kisah The Fake Princess?

"Ada apa, Irsiabella?" tanya Aurorasia sambil tersenyum.

Mungkin, ada baiknya Stella juga mencoba mencari informasi tentang Aurorasia. Sebenarnya ia sedikit merasa bersalah karena memiliki keraguan terhadap Aurorasia, tetapi lebih baik ia menyibak fakta pahit daripada kebohongan yang manis.

"Aku ingin tahu. Apakah lancang jika aku menggunakan parfum Golden Sun ketika pesta nanti? Maksudku, itu mungkin aroma favorit Putri Felinette yang membuatnya membatasi penjualannya ... dan lagi, parfum itu pemberian sepupumu." Stella mengangkat kepala, menemukan ekspresi terkejut dari Aurorasia.

Aurorasia terlihat gelisah, membuat Stella diam-diam menyetujui pendapat Rayward; sepertinya Aurorasia memang tahu bahwa parfum Golden Sun memiliki kandungan racun.

"Apa itu ide yang buruk?" tanya Stella.

"Uh ... bagaimana aku mengatakannya? Aku takut Putri Felinette tersinggung, jadi kurasa itu bukan ide yang bagus."

Aurorasia menghindari kontak matanya dengan Stella, membuat Stella langsung menyadari bahwa Aurorasia sedang tidak jujur dengannya.

Entah mengapa, itu membuat Stella sedikit kecewa.

"Bagaimana jika kita memakai parfum yang sama?" tanya Aurorasia, kembali dengan senyuman lebarnya. "Kita mungkin tidak bisa menyamakan warna dan model gaun kita, tapi kalau menyamakan parfum tidak akan ada masalah, kan?"

Ada tradisi untuk mencocokkan warna dan model pakaian dalam setiap keluarga, apalagi jika itu adalah acara besar. Perkataan Aurorasia tidak ada salahnya, tetapi tetap saja Stella merasa agak terpojok karena ternyata Aurorasia tidak bersedia berbagi cerita dengannya.

Apa kau berhak kecewa seperti itu? Kau bahkan juga menyembunyikan semuanya.

Dari hati terkecilnya, Stella mendengarkan suara sindiran itu untuknya.

"Aku akan menulis pesan untuk Putri Felinette. Kalau beliau setuju, kita bertiga akan menggunakan parfum yang sama," ucap Aurorasia dengan semangat.

Stella memberikan senyuman. "Itu ... ide yang bagus."

Atau mungkin, itu yang dipikirkannya.

***TBC***

Jumat, 18 November 2022

Paus' Note

HALO!!!!!!!!!!

SUDAH LAMA SEKALI SAYA TIDAK UPDATE. MAAFKAN AKU!

Dari Juni :(

Sorry yaa, guys. Dan terima kasih juga untuk yang sering nanya kabarku. Aku baik-baik saja, tapi ada beberapa kendala di RL yang terjadi dan semoga selanjutnya tidak akan menghambat aku dapat update cerita ini ataupun Ethereal.

Meskipun harus kembali terbiasa mengetik perjam, aku akan berusaha rutin update lagi.

Aku sudah menyelesaikan chapter 80 dan aku mengundur update chapter 79 karena dari kemarin aku merasa bahwa chapter ini masih ada bolong-bolongnya, makanya aku sampai harus memberikan banyak pernyataan dalam satu chapter ini.

Berita baiknya, seharusnya di chapter 81, kita akan ada di pesta Ulangtahun sang raja.

Kita akan melihat interaksi manusia-manusia yang sudah lama tidak saling berinteraksi.

SUDAH LAMA SEKALI YA KAKAK-ADEK INI NGGAK NGOMONG!!!!!

Terakhir kapan? Ingat? Tidak? Oke, aku akan memberikan kalian sedikit suntikan ingatan.

Di Kuil Agung? Mereka ketemu sih, tapi ZONK! Nyebur bareng tapi mereka tidak ngobrol samsek.

Bahkan hari terakhir di akademi pun, Luna tidak ngobrol sama Stella karena memergoki Mata Merah sama Irsiabella.

Jadi, terakhir mereka berbicara adalah di chapter 68, ketika pesta minum teh terakhir sebelum Felinette pulang ke istana.

Aku NGGAK SABAR PENGEN SEGERA NULIS SCENE ITUUUUUH.

Okeeee, kita sudah sampai di penghujung chapter. Sebelum aku lupa, mari kita lampirkan fanart pembaca yang seharusnya sudah lama saya upload :')


Gambaranku sendiri, ofc .... Aku baru ngeh fanart-fanart pada tenggelam dan ada beberapa yang beda topik (?)

Aku akan up chap 80 setelah setidaknya aku menulis scene pesta sedikit-banyak. Diusahakan selambat-lambatnya minggu depan.

AKU DEG-DEGAN!

See you next chapter!

Cindyana

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro