Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

78. Fakta Baru untuk Felinette de Terevias

"Apa kau mau berbicara dengan Tuan Muda Whistler? Aku akan membantunya keluar dari kerumunan dan kau bisa datang menemuinya. Kupikir, kau harus menyemangatinya, karena bagaimanapun juga dia baru saja kehilangan saudaranya."

***

Pangeran Felixence bertingkah aneh, itu yang bisa Luna rasakan.

Luna tidak terlalu ingat detailnya, tetapi begitu ia tersadar, dirinya sudah ada di kereta kuda kerajaan bersama dengan Pangeran Felixence yang ekspresinya sulit untuk dijelaskan. Selama hidupnya sebagai Felinette, belum pernah sekalipun dirinya melihat sang pangeran begitu berpikir keras, bahkan ketika sedang mencari solusi dari situasi terberatnya.

Begitu menyadari bahwa Luna telah terbangun, Pangeran Felixence kembali kepada ekspresinya yang biasa, seolah tidak terjadi apa-apa.

Sang Pangeran tersenyum, "Selamat atas kebangkitan kekuatanmu, Felinette. Adalah tanggung jawab kita, para garis keturunan kerajaan untuk menjaga perdamaian Terevias"

Butuh beberapa detik bagi Luna untuk menjawab dengan formal, "Adalah kehormatanku melindungi Terevias atas jiwa dan ragaku. Terima kasih."

"Bagaimana keadaanmu? Kata Pendeta Agung, kau tidak sadarkan diri selama pemberkatan. Apakah terlalu berat?"

Luna menggeleng. Dirinya tidak punya jawaban pasti, sebab hal terakhir yang Luna ingat adalah pendeta agung yang akan memberkatinya menampakkan cahaya putih bersumber dari matanya, lalu mempertanyakan namanya. Luna juga langsung menjawabnya dengan nama asli Felinette, tetapi selebihnya Luna tidak ingat.

"Dimana Terence?" tanya Luna setelah mengintip barisan kuda yang mengikuti mereka. Tidak ada tanda-tanda Terence di sana.

"Terence belum melakukan pemberkatan, dia akan kembali ke istana besok," jawab Pangeran Felixence.

Luna mengangguk agak kecewa. Dirinya belum sempat berbicara dengan Terence sejak mereka jatuh ke Kolam Agung. Bagaimanapun juga, Terence melihat sendiri bagaimana Felinette menjatuhkan diri dengan sengaja, meski dia tidak tahu alasannya. Pemuda itu pasti sudah diinterogasi pangeran. Semoga saja Terence tidak mengatakan apapun tentang hal itu.

"Mengapa?" Pangeran Felixence bertanya.

"Kami punya waktu yang terbatas untuk mengobrol. Bukankah besok dia akan kembali ke pasukan pemberantas?"

Pangeran Felixence tertawa kecil, "Mereka akan segera selesai. Kau tidak perlu khawatir soal itu."

Luna menahan diri untuk tidak bercerita tentang Terence kembali, takut membuat Pangeran Felixence curiga. "Oh ya, apakah Kakak bertemu dengan mereka bertiga? Apakah mereka baik-baik saja?"

Raut wajah Pangeran Felixence tiba-tiba berubah. Ia tidak lagi tersenyum sebagaimana biasanya. Luna mungkin bertanya terlalu pada intinya. Mungkin seharusnya Luna menunggu Pangeran Felixence mengiyakan lebih dahulu sebelum mempertanyakan kabar mereka. Sekarang, Luna terdengar begitu yakin bahwa Pangeran Felixence memang baru menginterogasi mereka, tapi apakah itu salah? Luna sangat mengenal sang pangeran, jadi sudah pasti pemuda delapan belas tahun itu akan menginterogasi mereka.

"Mereka bertiga baik-baik saja," jawab Pangeran Felixence. "Sekarang, apakah kau bisa menceritakan apa yang terjadi?"

Pangeran Felixence juga menginterogasinya. Luna tidak lagi merasa terkejut dengan itu.

"Aku tidak tahu bagaimana Nona Ravelsa atau Tuan Muda Dalton bisa terjatuh, tetapi yang pasti Terence terjatuh karena berusaha menolongku," jelas Luna.

"Dan bagaimana kau bisa terjatuh?"

Oh, tentu. Pangeran Felixence pasti akan mempertanyakan tentang ini. Manusia tak tahu diri mana yang berani menghimpit Putri Terevias jatuh masuk ke dalam tempat yang berbahaya seperti itu? Tentu saja tidak ada, tetapi Luna sudah menyiapkan jawaban untuk pertanyaan itu.

"Air kolam agung bisa mengeruh, sesuatu yang tidak pernah kutahu. Aku mencoba memeriksanya dari dekat dan terjatuh."

"Apa Terence tidak mengawasimu?"

Jika Terence tidak harus memejamkan matanya sewaktu mendengarkan bait doa masuk dari kuil agung atau menatap lurus ke pendeta agung yang menuntun mereka, maka sudah dipastikan Terence mengawasinya setiap saat selama di kuil agung. Terence menahannya, tapi memang Luna saja yang keras kepala ingin terjun ke sana.

"Terence sudah mencoba menahanku dan bahkan memutuskan untuk melompat turun tanpa berpikir panjang." Tentu saja Luna akan tetap mati-matian membela Terence, semua ini adalah kesalahannya. "Kita bahkan tidak tahu apa yang akan terjadi jika manusia biasa menyentuh air kolam."

"Mau kuceritakan apa yang mungkin akan terjadi?" tanya Pangeran Felixence yang sebenarnya lebih terdengar seperti sedang menantangnya.

"Apa?"

"Mereka akan jatuh sakit setiap musim pemberkatan. Mereka juga tidak akan berumur panjang."

Tentu saja wajah Luna langsung berubah pucat pasi. Bagaimana dengan Terence? Svencer? Dan bagaimana dengan dirinya?

"Itu hanya kemungkinannya." Pangeran Felixence buru-buru menambahkan, begitu menyadari perubahan wajah adiknya. "Belum pernah ada yang terjatuh dan belum pernah ada yang tahu. Saat ini mereka sedang menginvestigasinya dan akan melihat dampaknya satu tahun mendatang. Semoga saja mereka semua baik-baik saja."

"Iya, semoga saja."

Luna tidak tahu apa yang terjadi dengan Svencer sebelumnya, tetapi Svencer baik-baik saja. Mereka semua pun seharusnya begitu, akan baik-baik saja.

"Kita akan melanjutkan perbincangan ini bersama Ayah ketika makan malam nanti. Ada hal lain yang harus kuceritakan. Sekarang, istirahatlah terlebih dahulu, Felinette."

Aneh. Entah apa itu, tapi Luna merasa bahwa Pangeran Felixence menyembunyikan sesuatu.

Dan pemikirannya terbukti benar.

"Menghilangkan ingatan mereka semua?" Luna nyaris tak percaya mendengar pernyataan Pangeran Felixence barusan.

"Hanya saat ini waktu yang tepat. Kita akan repot jika sampai berita itu menyebar sampai seluruh Terevias," jawab Pangeran Felixence dengan tenang, di hadapan Raja Finnebert.

Saat ini hanya ada mereka bertiga di ruang makan yang luas itu. Semua pengawal dan pelayan menunggu di luar dan Pangeran Felixence berinisiatif membuat mantra di setiap celah yang ada. Hanya mereka bertiga yang berbincang tanpa ada telinga lain yang mendengar.

"Felixence benar, Felinette. Bukan hanya ada kaum bangsawan di sana, tapi semuanya. Jika semua anak berusia 16 tahun mengutarakan hal yang sama, semua orang akan percaya dengan kesaksian mereka," ucap Raja Finnebert.

Para pendeta agung akan meminta mereka memanggil nama mereka sendiri dalam hati, lalu memaksakan jiwa-jiwa mereka untuk melupakan kejadian itu. Luna tidak bisa membayangkan jika dirinya ada di sana, karena pemberkatan formal saja sudah bisa membuatnya tak sadarkan diri.

"Apakah manusia biasa yang terjatuh ke dalam Kolam Agung secara tidak sengaja adalah hal yang buruk? Mereka juga tidak menginginkannya," ucap Luna.

Raja Finnebert dan Pangeran Felixence saling bersitatap dan kontak mata amethyst mereka seolah memikirkan hal yang sama.

"Mereka bisa saja diburu oleh musuh-musuh Terevias dan menjadi target utamanya. Semua ini dilakukan untuk keselamatan mereka dan juga Terevias. Mengenai perihal rahasia ini tidak boleh lagi dibicarakan di luar daripada ini." Jika Raja Finnebert sudah berkata demikian, maka pernyataannya adalah absolut dan tidak dapat diubah.

Tapi, seharusnya, hal seperti itu tidak akan terjadi.

"Apakah benar ingatan semua orang akan hilang begitu saja?" tanya Luna.

"Semuanya datang ke Kuil Agung untuk pemberkatan. Mereka akan menuruti apa yang diinstruksikan oleh para pendeta agung. Para pendeta memang punya sumpah untuk tidak akan menceritakan apapun yang terjadi di dalam Kuil Agung di luar dari tempat itu. Semuanya akan aman dalam kendali," ucap Pangeran Felixence dengan yakin.

"Bagaimana dengan bangsawan yang memiliki kekuatan? Apa mereka juga akan lupa?" tanya Luna, tiba-tiba teringat dengan beberapa bangsawan di sana, terlebih dengan Irsiabella.

"Semuanya. Rencananya mereka juga akan menyaring ulang orang-orang yang akan keluar dari Kuil Agung sebelum pulang," tambah Pangeran Felixence.

Jadi, apakah itu artinya mengenai insiden keruhnya air kolam hanya akan menjadi halusinasi belaka?

"Tentang dirimu yang berhasil membangkitkan kekuatanmu hari ini, hanya itu yang akan tersisa," tambah Pangeran Felixence, seolah baru saja membaca pikiran Luna. "Karena itu sesuatu yang wajar, jadi kita boleh membiarkan fakta yang satu itu menyebar."

Fakta. Luna ingin tertawa pahit begitu mendengarnya. Tidak ada sebutirpun fakta dari kejadian itu. Semuanya hanya asumsi, ilusi dan manipulasi yang dibuatnya untuk melindungi diri.

Luna melirik jendela yang memperlihatkan rembulan purnama kepadanya. Jika yang dikatakan Pangeran Felixence memang benar, itu artinya mereka sedang melaksanakan ritual itu saat ini. Mereka tinggal menunggu esok hari setelah orang-orang yang telah diberkati kembali dari Kuil Agung.

Tidak tahu berita apa yang akan menyebar, tetapi apakah dengan melakukan ini, Luna bisa menyelamatkan takdir kejam yang menimpanya?

*

"Itu tidak masuk akal." Stella mengerutkan kening, melipat kedua tangan di depan dada dan memilih untuk menolak mempercayai penjelasan Rayward yang sudah jelas-jelas diketahuinya.

"Mengapa tidak?" Rayward bertanya.

"Dari yang Tuan Muda Rayward jelaskan, aku menangkap makna reinkarnasi, tapi reinkarnasi semacam apa yang mengulang kejadian dan kehidupan yang sama?"

Stella agak merasa bersalah ketika menyadari perubahan raut wajah Rayward yang tampak kecewa karena Stella tidak mempercayainya. Sebenarnya, pasti butuh banyak keyakinan dan leberanian untuk mengungkapkan hal semacam ini.

"Menurutmu begitu? Kau tidak percaya?"

"Bukannya aku tidak percaya dengan reinkarnasi. Kita sudah mempelajari tentang teori-teori dalam buku suci dan Terevias memang mempercayai adanya kebenaran reinkarnasi. Jika tadi Tuan Muda Rayward bilang bahwa dulu kau adalah reinkarnasi dari orang-orang yang pernah hidup di zaman sebelum perpecahan sihir atau peperangan kuno, aku mungkin bisa saja mempertimbangkan kemungkinan untuk percaya."

Kebohongan. Stella percaya, tentu saja. Stella percaya bukan karena apa yang Luna tulis, tetapi karena dirinya juga pernah mengalaminya. Saat ini, di detik ini.

Bagi Stella, pengakuan Rayward adalah keajaiban yang bisa saja menuntunnya pada jawaban yang sejak dulu dicarinya. Tentang Irsiabella yang asli, tentang apa yang sebenarnya diinginkan gadis itu. Tentang apa yang sebenarnya terjadi di dalam kisah The Fake Princess. Semua kebingungannya bisa terjawab, mungkin saja.

"Aku tidak bilang ini tentang reinkarnasi." Rayward berpesan dengan tegas. "Selama ini aku berusaha mencari tahu apa yang sebenarnya kualami. Itu terlalu nyata untuk dianggap sebagai mimpi."

"Bagaimana jika itu hanya visi yang Tuan Muda Rayward lihat? Mungkin saja Tuan Muda Rayward punya kemampuan untuk melihat masa depan."

"Tidak ada kemampuan semacam itu. Nona Ravelsa tahu, kan?"

Stella terdiam, tidak tahu harus membalas apa.

"Ngomong-ngomong, dari yang kuingat, semua kejadiannya sama persis. Nona Ravelsa terjatuh dan Svencer yang menolongmu. Namun waktu itu Kuil Agung tidak melakukan ritual yang sama seperti malam ini, sebab kau adalah keajaiban yang telah dinanti oleh Terevias."

"Keajaiban?" tanya Stella.

"Mungkin kau tidak tahu, tetapi seharusnya Tuan Putri Felinette tidak memiliki kekuatan kerajaan."

... ya, aku tahu. Kau ada di latar waktu yang sama dengan Luna. Stella semakin yakin dengan hal itu.

"Dan aku melihat ada banyak kejadian yang berbeda dengan kehidupan sebelumnya," jelas Rayward.

Itu jelas, sebab Stella berusaha keras membelokkannya.

"Karena itu, aku yakin bahwa ada yang juga tahu tentang kehidupan sebelumnya dan berusaha mengubahnya."

Iya, itu aku. Stella hanya bisa mengucapkannya dalam hati.

"Aku sempat berpikir bahwa kau mengingatnya dan berusaha untuk mengubahnya."

Mengapa? Mengapa Rayward begitu yakin bahwa Irsiabella tidak menginginkan tragedi itu? Memangnya Rayward mengenal Irsiabella? Apakah baginya Irsiabella adalah orang baik yang tidak akan mengancam keselamatan Putri Felinette?

Stella saja tidak yakin dengan itu.

"Mengapa aku harus mengubahnya? Apakah ada hal buruk yang terjadi denganku setelah kekuatanku terekspos?" tanya Stella.

"Tentu saja. Kau menjadi target yang paling diincar oleh musuh-musuh Kerajaan Terevias. Banyak pembunuh dari kerajaan lain yang datang mencoba untuk melenyapkanmu. Bagi mereka, dirimu adalah ancaman, tetapi kau selalu bisa menyelamatkan diri berkat kekuatanmu," jawab Rayward.

Informasi baru. Stella tidak pernah mendengarkan tentang hal ini dari manapun.

Ada beberapa informasi yang sudah Stella ketahui dari penjelasan Luna, ada pula yang belum. Sekarang, misinya adalah mengorek informasi yang belum pernah diketahuinya tanpa membuat Rayward mencurigainya.

"Lalu, mengapa kau tidak memperingatkanku tentang Kolam Agung yang mengeruh? Kupikir kau bilang bahwa kau berpihak denganku."

"Sudah kubilang, kupikir kau mengingat tentang kejadian itu dan sebenarnya aku juga sudah berusaha untuk mengingatkanmu."

Satu-satunya hal yang Stella ingat adalah momen ketika Rayward memberikannya bunga mawar dan memintanya untuk berhati-hati dengan durinya. Apakah itu peringatan yang dimaksud Rayward?

"Apakah aku terlihat seperti mengetahui tentang ini?"

"Aku bisa menjabarkan beberapa alasan. Yang pertama, Nona Ravelsa menampakkan diri di publik lebih cepat."

Masuk akal. Stella harus segera mencari alasan untuk membantah, tapi sebelum sempat Stella mencari kata-kata pembelaan, Rayward lebih dulu memberikan keterangan tambahan dengan agak ragu.

"Atau mungkin, sebelumnya Nona Ravelsa memang seharusnya muncul di publik ketika pesta pernikahan ayahku, tetapi aku tidak menyadari keberadaanmu karena kau tidak terlalu mencolok."

... Irsiabella? Tidak mencolok? Stella rasa pernyataan itu salah. Semua orang yang sudah melihat manik emasnya tidak akan bisa berpaling dari Irsiabella begitu melihatnya.

"Maaf, kau mencolok. Aku saja yang tidak menyadari keberadaanmu. Dan mungkin saja Dayward memang sudah tertarik dengan Nona Ravelsa sejak awal, tetapi aku tidak menyadarinya karena kami tidak terlalu dekat—"

"Tunggu, kalian tidak dekat?"

Stella memilih mengabaikan ucapan blak-blakan dari Rayward tentang Dayward yang tertarik dengan Irsiabella. Itu sudah informasi umum. Hubungan Dayward dan Rayward yang diketahuinya sejak awal memang sudah sangat harmonis, lalu mengapa Rayward malah mengatakan sesuatu yang kontra dan tidak pernah terlintas di pikirannya?

"Itu karena aku tidak bersikap dewasa. Hubungan kami retak hanya karena sifat kami yang sama-sama kekanak-kanakan. Aku sadar jika terus-terusan begitu, kami hanya akan menemukan perpecahan dan jalan buntu. Karena tidak ingin hal yang sama terulang kembali, aku mengoreksi semua kesalahan kami," jelasnya.

Sekarang, Stella bisa mengerti mengapa Rayward lebih bijaksana jika dibandingkan dengan Dayward yang notabene-nya adalah seorang kakak. Namun, semua itu tidak ada artinya.

Apakah tujuan Rayward menghampirinya karena membutuhkan bantuan Irsiabella? Tidak mungkin Rayward mengobservasinya selama ini hanya untuk membunuh kebosanannya, kan? Pasti ada tujuan di balik semua ini.

"Yang kedua ...,"

Kau masih akan menjelaskan tentang asumsi mengapa kau mencurigaiku ingat tentang kejadian di The Fake Princess?! Stella bahkan bukan Irsiabella, jadi mana mungkin Stella punya ingatan apapun. 

"Kau menolak Golden Sun mentah-mentah."

"Apa ...? Itu sudah pasti. Parfum Golden Sun adalah parfum mahal yang begitu langka, jadi wajar saja aku menolaknya. Dan kira-kira gadis mana yang akan menerimanya tanpa merasa tertekan di depan banyak orang?"

Stella pada akhirnya baru bisa menceritakan keluh kesah tentang perasaannya ketika menerima Golden Sun tiga tahun yang lalu.

Botol kecil yang berisi cairan keemasan itu masih tersimpan rapi di atas meja riasnya. Stella tidak pernah menyentuhnya, apalagi mencoba menggunakannya. Barangkali saat ini botol parfum itu sudah dipenuhi debu jika Sera tidak rutin membersihkannya.

"...dan mengapa Golden Sun menjadi alasan? Kalau aku memang benar-benar tahu Golden Sun akan menjadi edisi terbatas yang dicari-cari di penjuru Terevias, aku bisa saja menerimanya dengan sukarela. Ini tidak masuk akal."

"Aku sudah mendengarmu mengucapkan banyak 'tidak masuk akal' hari ini."

"Dan bisakah Tuan Muda Rayward menjelaskannya agar menjadi masuk akal? Aku kesulitan mencerna semua ini karena Tuan Muda Rayward terlalu banyak berbasa-basi dan tidak menjelaskan semuanya dengan jelas," ungkap Stella.

"Sebelumnya, apakah Nona Ravelsa tidak penasaran bagaimana aku bisa meninggal dunia?"

Stella penasaran, tentu saja. Namun Stella merasa bahwa mempertanyakan tentang itu akan membawa mereka ke percakapan yang lebih gelap. Mempertanyakan itu juga sama saja dengan Stella telah percaya dengan cerita Rayward—walau dia memang percaya—dan pembicaraan ini akan semakin dalam. Stella juga telah bersiap-siap  menunggu waktu dimana Rayward akan menjelaskan tentang bagaimana Putri Felinette meninggal ... dibunuh.

Membicarakan tentang kematian memang tidak pernah menyenangkan.

"Apakah itu pantas?" tanya Stella.

"Tidak, tetapi aku mengizinkanmu bertanya."

"Mengapa tidak langsung menceritakannya saja?"

"Bukankah lucu jika aku langsung bercerita sebelum kau bertanya?"

Stella menarik napas panjang, kemudian menghembuskannya perlahan, bersiap mempertanyakan pertanyaan yang cukup mengganggunya.

"Jadi bagaimana Tuan Muda Rayward Whistler ... bisa meninggal dunia waktu itu?"

"Rayward Whistler," sebutnya dengan pelan, menatap ke arah Stella dengan agak redup. "Dia keracunan."

...dia?

Stella mencoba melupakan perkataan Rayward yang cukup mengganggunya.

"Kapan?" tanya Stella.

"Apanya?"

"Kapan Tuan Muda Rayward keracunan? Bukankah alasan kau menghampiriku dan menceritakan semua ini? Agar aku bisa membantumu menghindari kematian itu?"

Klasik. Itu yang Stella tangkap dari perbincangan singkat mereka malam ini. Mungkin hanya itu, atau mungkin memang ada alasan lain di baliknya.

"Oh, mengenai itu, Nona Ravelsa tidak perlu repot-repot."

Stella memiringkan kepalanya sedikit, "Mengapa? Tuan Muda Rayward akan berhati-hati dalam mengosumsi makanan?"

"Aku sudah melewati masa itu."

Stella lantas mengerutkan kening dan hanya dalam waktu singkat, bisa langsung mendapatkan sebuah kesimpulan. Tanpa sadar, Stella bergumam, "Itu tidak masuk akal."

"Ya, memang seharusnya tidak." Rayward tampaknya sudah tidak akan protes kembali tentang ketidaklogikaan yang terus menerus menghantui Stella.

Sedikitpun, Stella tidak bermaksud untuk menipu Rayward kali ini. Yang satu ini memang tidak masuk akal, membuatnya bergumam secara refleks.

Jika Rayward sudah tahu tentang hal yang akan membunuhnya, wajar saja ia bisa menghindari kematiannya sendiri. Namun, jika Rayward sudah melewati masa itu, bukankah itu artinya sebelumnya Rayward telah meninggal bahkan sebelum acara pemberkatan Irsiabella? Lalu bagaimana dia bisa tahu tentang kejadian di Kuil Agung? Bagaimana cara ia tahu bahwa Irsiabella akan jatuh?

"Mohon maaf atas kelancangan kata-kataku, tapi apakah mungkin Tuan Muda Rayward bergentayangan?"

"Apa Nona Ravelsa tidak punya jawaban yang lebih logis?" tanyanya.

"Tidak ada yang logis, semua ini tidak masuk akal. Mana mungkin tiba-tiba Tuan Muda Rayward ada du—"

Stella langsung terdiam begitu melihat Rayward menatapnya penuh maksud.

"Apakah Tuan Muda Rayward...?" Stella membulatkan kedua matanya.

Rayward tersenyum, seolah memang telah lama menunggu reaksi Stella. "Ya, seperti itu. Aku terbantu karena Nona Ravelsa sangat cerdas, jadi aku tidak perlu repot menjelaskan lagi."

"Tapi mengapa—"

"Ngomong-ngomong, Nona Ravelsa." Rayward memotong, tidak membiarkan Stella bertanya lebih lanjut tentang asumsi terburuknya. Raut wajahnya tidak lagi tersenyum. "Perubahan saat ini dan waktu itu sangat drastis. Dan jika Nona Ravelsa tidak mengingatnya, tampaknya aku tahu siapa orang lain yang kemungkinan ingat."

***TBC***

25 Juni 2022

Paws' Note

Deg-degan banget, huhuhu.

2700 KATA! HEBAT!  Kalau terus-terusan banyak kata kayak gini, bisa tamat sebelum 100 chapters nggak yaaaaa.

Kalian ngeh ga sih sama pembicaraan mereka? Wkwkwk.

Kalau ngeh, ini mayan plot twist yak (yes, egen)

Oke, kalau kalian nggak ngeh, baca ulang aja sampai ngerti, atau cek komen aja siapa tau udah ada yang ngeh. Aku tidak akan memberikan clue lain lagi tentang Rayward. Ini sudah lumayan jelas. Semuanya akan dijelaskan di POV Rayward setelah semua konflik kelar dan kemungkinannya sih masih lama banget banget.

Arc Rayward Whistler dinyatakan selesai. Setelah ini Ray akan menjadi teman bagi Irsiabella. Teman diskusi sih, tepatnya. Rayward bisa membantu Stella dalam memecahkan misteri dunia ini ahahah /g

Apakah ada peluang dua kakak adik ini saling tau? Kalau menurut kalian, bagaimana?

Fanart Irsiabella hari ini dari @iyuinn0 di instagram. Akun wattpad kamu yang manaaaa


Tjantiii sekaliii, terima kasiiiiihhh. 

See you on my next chapter!

Cindyana

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro