Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

77. Fakta Baru untuk Irsiabella Ravelsa


"Katanya, semua orang punya rahasia yang tidak bisa diceritakan kepada siapapun. Apakah kau juga?"

***

Hanya Putri Felinette yang kembali ke istana. Sisanya masih ada di Kuil Agung untuk melaksanakan ritual pemberkatan secara formal. Stella bisa melihat bagaimana risaunya wajah Terence karena ternyata dirinya juga harus tetap di Kuil Agung. Ia sudah berusaha agar bisa kembali, tapi pemberkatan formalnya masih belum dilaksanakan.

Malam ini, semua saksi mata atas kejadian hari ini sedang berkumpul di sini. Semuanya memang diwajibkan untuk menginap di Kuil Agung satu malam untuk menyelesaikan ritual hingga selesai.

Karena itu, hanya Pangeran Felixence dan Putri Felinette yang berhasil keluar dari Kuil Agung, membawa rahasia besar ke dunia luar yang begitu berbahaya. Sama seperti biasanya, Stella bisa merasakan berbagai sorotan mata yang tertuju ke arahnya, tetapi bukan hanya ke arahnya seorang. Svencer dan Terence juga mendapatkan perhatian yang sama. Entah apa yang tersirat dari tatapan mereka semua, yang jelas itu benar-benar mengganggu kenyamanannya.

Mereka tengah mendengarkan ceramah dari Petinggi Agung yang sedang menjelaskan tentang berkat Yang Teragung dan menceritakannya dengan begitu serius, seolah kejadian pagi tadi bukan sesuatu yang harus diperdebatkan, tidak perlu dibicarakan.

Mereka semua berdiri dengan mengenakan pakaian putih pemberian kuil di sebuah ruangan putih yang membuat semuanya terlihat seperti berbaur menjadi satu. Semuanya mengenakan hal yang sama, seolah tidak ada perbedaan kasta apapun yang membatasi mereka.

Semakin larut, Stella semakin mengkhawatirkan hari esok. Bagaimanapun juga, kejadian itu di luar kendalinya. Mustahil juga baginya untuk memutar waktu dan yang bisa dilakukannya hanyalah berdoa agar efek yang diterimanya atas kejadian hari ini tidak seburuk pemikirannya.

"Kalau kubilang, kalian berdua punya keberanian untuk berkumpul bersama kami di sini." Violene Veilor mundur selangkah dan berbisik, berharap agar bisikannya dapat didengar oleh mereka.

"Sebaiknya kita jangan terlalu ikut campur. Kita tidak tahu apakah Dewa bisa memaafkan para pendosa ini," bisik temannya yang lain, menyarankan agar Violene tidak berbicara dengan Stella atau Svencer.

"Pendosa?" Violene menahan tawanya. "Mereka bukan pendosa, tapi orang sial yang malah jatuh di acara besar seperti ini."

Stella tahu bahwa ejekan Violene ditujukan khusus kepadanya, sebab hanya dirinya yang terjatuh sementara Svencer atau Terence menjatuhkan diri untuk menyelamatkan orang lain. Violene juga tidak mungkin mengatakan bahwa Putri Felinette seorang pendosa, sebab dialah yang menjadi pahlawan dalam kejadian kali ini, seseorang yang berhasil membuat acara pemberkatan ini berjalan lancar.

Stella tidak kesal dengan hal itu, meskipun ia tahu bahwa dirinya akan disalahkan dan dikambinghitamkan sebagai manusia tak tahu malu yang tidak pantas menyentuh air di kolam suci setetespun. Namun keselamatan dan pandangan dunia ini terhadap Putri Felinette adalah salah satu prioritas besarnya.

Sekarang, masalahnya hanya satu. Bagaimana reaksi dunia luar begitu tahu tentang ini? Tentu, Putri Felinette akan baik-baik saja. Lalu, bagaimana dengan dirinya? Bagaimana dengan Svencer yang telah berkorban untuknya?

"Kau harus bersyukur karena Tuan Putri ada di sana. Jika tidak, mungkin kau sudah habis tak bersisa," ucap Violene.

Terkadang, Stella berharap dia bisa sekali saja membungkam bibir Violene dengan sepatunya. Kedua sepatunya pasti muat untuk ke mulut besarnya.

"Aku turut bersimpati untuk kalian," sahut Violene dan setelah itu dia duduk tegak kembali memperhatikan ke depan, diikuti oleh teman-temannya yang hanya melemparkan tatapan ejekan.

Entahlah itu rasa simpati yang tulus atau tidak, jelas itu tidak akan membantu Stella dalam menghadapi situasi ke depannya. Dirinya melirik Svencer, berharap pemuda itu menyalahkannya walau sedikit, tapi sepertinya Svencer lebih tertarik untuk mengabaikan apapun ucapan Violene dan mendengarkan pembicaraan yang disampaikan pendeta tinggi dibandingkan harus menceramahi Violene.

"Pemberkatan Agung yang resmi akan dilaksanakan malam ini. Pejamkan mata kalian dan sebutkan nama lengkap kalian dalam hati. Jiwa kalian akan dimurnikan di Kuil Agung. Selama proses itu, jangan ada yang membuka mata sampai ada instruksi lebih lanjut," ujar Pendeta Agung di depan sana.

Stella memejamkan mata, memanggil nama lengkap Irsiabella dalam hatinya.

Irsiabella Caroliza Ravelsa.

Apakah ritual ini bisa berhasil? Dirinya bahkan bukanlah Irsiabella yang sesungguhnya.

Apakah itu penting?

Stella hanya datang kemari karena keharusan dan kewajiban. Tidak ada alasan khusus, seharusnya Stella tidak perlu terlalu mendalaminya sampai seserius ini. Di saat-saat seperti ini, lebih baik Stella fokus memikirkan bagaimana cara dirinya menghadapi esok hari yang semakin rumit.

"Nona Ravelsa, buka matamu."

Suara Rayward terdengar. Stella tidak yakin bahwa itu adalah instruksi, jadi dirinya hanya memberikan kerutan di kening, tanda bahwa suara Rayward memang mengganggunya.

"Aku ada di pihakmu, percayalah denganku."

Stella tidak pernah mempercayai Rayward, terlebih setelah Stella menyadari segala gerak-gerik Rayward yang mencurigakan. Namun, entah mengapa, kali ini Stella membuka kedua matanya.

Rayward ada tepat di depannya memberikan senyuman, puas dengan jawaban Stella meski gadis itu tidak mengatakan apapun.

Stella memperhatikan sekitarnya, semuanya masih berdiri memejamkan mata dan tenggelam dalam fokus mereka untuk menyebut nama lengkap mereka dalam hati.

"Apakah kau mempercayaiku?"

Stella membulatkan mata ketika menyadari bahwa Rayward sama sekali tidak membuka bibir untuk mengatakan hal itu. Rayward menggunakan kekuatan telepati. Lagi dan lagi, Stella terjebak di pancingan Rayward, secara langsung mengatakan bahwa dirinya memiliki kekuatan.

Jika ada cara paling bodoh untuk mengakui itu, ini pasti adalah salah satunya.

Rayward menangkapnya.

"Tidak perlu panik begitu, Nona Ravelsa. Bukankah kau sudah berasumsi bahwa aku tahu tentang kekuatanmu sejak awal?"

Stella tidak ingin menjawab dalam bentuk apapun; suara atau gestur. Hanya diam, menatap manik kedua manik hazel Rayward yang amat mengganggunya. Jika milik Dayward hangat dan penuh kekaguman, milik Rayward mungkin janggal dan penuh misteri.

"Apa kau takut akan membuat kesalahan seperti Aurora?" Rayward mengulurkan tangan, pasti menawarkan agar mereka berdua pergi dari tempat itu.

Itu hanya satu dari ketakutan Stella; membalas telepati Rayward dan tidak sengaja mengucapkannya dengan jelas. Mungkin hanya orang-orang berkekuatan yang mampu mendengarkannya, tetapi tetap saja itu risiko besar. Ibaratnya, Stella seperti mengakuinya secara langsung kepada orang-orang yang juga memiliki kekuatan. Itu sangat berbahaya.

Campur aduk antara takut dan juga penasaran, Stella akhirnya menerima tangan Rayward. Ia menyempatkan diri memeriksa Svencer yang masih fokus memejamkan mata, sedikit khawatir bahwa Svencer akan menyadari dirinya yang menghilang tiba-tiba.

"Ayo, Nona Ravelsa."

Dan cahaya putih mengepungi penglihatan Stella. Mereka berteleportasi.

.

.

.

Ketika cahaya putih itu memudar, Stella menemukan dirinya berada tepat di depan bangunan putih Kuil Agung yang tengah bercahaya pula. Ternyata begini wujud Kuil Agung ketika melaksanakan ritual pemberkatan: begitu tenang, seolah galaksi tidak peduli ada dunia yang sedang berjalan.

"Apa tidak apa-apa aku pergi dari sana?" tanya Stella.

"Jika kau ragu, mengapa kau menerima tanganku?" tanya Rayward balik, langsung membuat Stella terdiam.

"Aku ingin berbicara banyak hal dengan Tuan Muda Rayward." Stella menautkan kedua alis dengan serius, lalu melipat kedua tangan di depan dada.

"Wah, saudara kembarku akan cemburu jika mendengar ini." Rayward tersenyum, berpura-pura antusias.

"Siapa saja yang sudah kau beritahu? Tuan Muda Dayward? Aurora? Pangeran?" tebak Stella langsung.

"Apa maksud perkataanmu, Nona Ravelsa?"

Stella mengatupkan bibir, tidak ingin mengakui secara langsung tentang kekuatannya meski sebenarnya Rayward sudah sukses mengeksposnya. Stella tidak pernah sekalipun mengatakan kepada siapapun bahwa Irsiabella memiliki kekuatan.
Orang-orang yang tahu hanyalah Regdar, Sera, dan Wolverioz. Itupun mereka mengetahuinya tanpa harus diceritakan oleh Stella.

"Rahasiaku. Darimana kau mengetahuinya?"

"Kau tidak ingat?" Rayward mengulang kata-kata yang sama persis seperti tadi siang, ketika Stella menanyakan tentang kabar Svencer dan Terence, seketika membuatnya langsung curiga.

"Tidak ingat apa?"

Stella mendadak curiga. Jangan-jangan Irsiabella juga sudah pernah berinteraksi dengan Rayward sebelum insiden ledakan mana dan lupa ingatan. Atau jangan-jangan, Rayward juga menjadi salah satu teman Irsiabella yang tahu tentang rahasia itu? Tapi mengapa di pertemuan awal mereka Rayward harus berpura-pura tidak mengingatnya?

Ada banyak pertanyaan yang terus menerus berdesakan masuk di kepalanya.

"Aku benar-benar sempat berpikir bahwa kau mengingatnya," ucap Rayward yang membuat Stella semakin bingung.

"Mengingat tentang apa? Apakah kau bisa menjelaskannya lebih detail?" Stella agak geram karena merasa bahwa perbincangan mereka hanya berputar-putar, tidak membawa mereka kemanapun.

"Aku ingin menjelaskannya secara spesifik, tapi bagaimana caranya aku menjelaskannya jika kau sendiri tidak mengingatnya?"

Justru karena aku tidak ingat, kau harus menceritakannya. Stella menahan diri untuk tidak mengatakan hal sebar-bar itu.

Stella mengangkat kedua tangannya di udara, sejajar dengan dagunya, meminta Rayward untuk berhenti berbicara.

"Bisakah kau menjelaskannya tanpa harus memintaku mengingatnya?"

"Ini rumit jika kau tidak ingat sedikitpun," jawab Rayward.

"Begini, Tuan Muda Rayward ..., sebenarnya aku kehilangan ingatanku ketika usiaku 13 tahun dan aku sama sekali tidak punya ingatan apapun tentang kejadian sebelumnya. Aku sudah berusaha untuk mengingatnya, tetapi aku tidak bisa." Stella menatap manik Rayward dalam-dalam. "Ini juga rumit, tapi aku bisa menceritakannya dengan baik, kan?"

"Kau kehilangan ingatanmu?"

"Iya, benar dan aku tidak pernah menceritakan hal ini kepada siapapun," tambah Stella untuk mempertegas bahwa Rayward tidak boleh menyebarkan informasi ini.

"Apa yang terjadi?" Rayward memperlihatkan raut wajah khawatir, ini pemandangan baru bagi Stella.

"Apa yang terjadi sebelum aku kehilangan ingatan? Aku juga tidak tahu sama sekali," jawabnya.

Kalau Stella mengakui tentang kehilangan ingatan ini kepada Svencer, pemuda itu pasti akan bertanya apakah dia membenturkan kepalanya terlalu keras lantaran stress harus melihat pemandangan yang sama lewat jendela rumahnya. Namun Rayward tampak cemas, seolah-olah dia sudah tahu tentang ledakan mana, tapi Stella sudah berencana menjawab 'tidak tahu' sampai di akhir dialog mereka.

"Pertama, aku akan menjelaskan asumsiku tentang penyebab kau bisa kehilangan ingatanmu."

Nah, ini dia.

"Baiklah, apa itu?" tanya Stella, pura-pura tertarik.

"Ada suatu hal yang mengguncang jiwamu," ucap Rayward.

Ledakan mana. Rayward bisa langsung menerkanya dengan benar.

"Apa maksudnya dengan itu?" Stella tetap konsisten dan terus bertanya seolah dirinya tidak tahu apa-apa.

"Kau akan melihat contohnya secara langsung. Para pendeta Agung sedang melakukannya saat ini."

Stella penuh dengan keheranan, tapi juga agak frustrasi karena tidak kunjung mengerti dengan maksud Rayward.

"Ketika kita kembali nanti, pura-puralah tidak ingat tentang insiden tadi pagi. Mereka sedang melakukan ritual untuk membuat semua orang yang ada di sini melupakan kejadian itu."

Manik emas Irsiabella langsung membulat sempurna. "... Mereka melakukan apa?"

"Tenang, itu bukan ritual yang berbahaya. Para pendeta hanya menguncang sedikit jiwa-jiwa mereka agar melupakan sedikit kejadian. Semua ingatan mereka akan menjadi sama. Tidak ada yang tercebur jatuh ke dalam Kolam Agung, kecuali Tuan Putri. Itu kejadian yang cukup berbahaya untuk kalian bertiga. Bukan hanya pihak Kuil Agung, tapi pihak kerajaan juga mengajukan ritual ini untuk keselamatan kalian," jelas Rayward.

Kini, mata Stella seolah terbuka begitu saja. Ia langsung dapat memahami maksud Pangeran Felixence mewawancarai mereka bertiga: untuk mendapatkan keterangan paling awal, lalu membiarkan semuanya lupa. Hanya pihak kerajaan dan pihak kuil agung yang tahu, hanya mereka. Semua rahasia kembali tertutup rapat.

Selama mereka berhasil menemukan orang yang menjernihkan kolam, tidak ada yang perlu dikhawatirkan sama sekali.

... begitukah?

"Aku membawamu kemari karena aku tidak ingin kau melupakan kejadian hari ini," ucap Rayward.

"Mengapa?" tanya Stella.

"Kupikir kau mengingatnya." Rayward lagi-lagi mengatakan hal yang sama, membuat tingkat kejengkelan Stella meningkat sekian kali lipat.

"Aku sudah menjelaskannya barusan, aku kehilangan ingatanku. Apa ada hal lain yang bisa kulakukan?" tanya Stella agak kesal.

"Kau bilang kau akan mempercayaiku, kan, Nona Ravelsa?"

"Aku tidak pernah bilang akan langsung mempercayaimu begitu saja. Aku yang akan menentukan apakah aku harus mempercayaimu atau tidak setelah mendengarkanmu," sahut Stella dengan tegas.

Rayward berusaha mengunci kontak mata agar hanya ada manik emas dan hazel yang bertemu, tapi pemuda itu masih penuh dengan keraguan yang membuatnya terus menghindar. Rayward memilih untuk melihat angkasa gelap bertabur bintang-bintang di atas mereka.

"Ini ... bukan pertama kalinya," gumam Rayward.

"Apanya?"

"Insiden tadi pagi bukan yang pertama kalinya."

"Maksudmu, setiap beberapa tahun Kolam Kuil Agung akan mengeruh dan membuat seseorang menjernihkannya?" Itu yang Stella tangkap dari perkataan Rayward. "Lalu Kuil Agung akan mengadakan ritual untuk mengguncang jiwa orang-orang yang melakukan pemberkatan untuk membuat mereka lupa dengan insiden itu?"

"Bukan begitu, Nona Ravelsa." Rayward menjawab dengan sabar.

Stella kali ini diam, memilih membiarkan Rayward menjelaskannya sendiri tanpa membiarkan Stella membuat asumsi lain yang lebih liar.

"Kejadian tadi pagi, ketika kau terjatuh ke Kolam Agung bukanlah yang pertama kalinya. Dulu, kau juga pernah terjatuh, ketika pemberkatan."

Tunggu, arah pembicaraan ini ...

"Tapi, saat itu, kau yang menjernihkan Kolam Agung."

Rayward ...?

"Maksudku, hari ini pun begitu. Sebenarnya kau yang telah menjernihkan Kolam Agung, tapi entah mengapa hari ini mereka semua mengira bahwa Tuan Putri—"

"T-tunggu. Apa maksudmu?" tanya Stella dengan sungguh-sungguh.

"Jangan bilang aku berhalusinasi hanya karena kau tidak mengingatnya. Aku tahu ini tidak masuk akal. Sebenarnya kita semua sudah pernah melewati kejadian yang sama sebelumnya, tapi tidak ada yang mengingatnya." Rayward tampak kesulitan mencari kata-kata, "Aku bahkan tahu bagaimana cara aku bisa meninggal dunia."

Stella kehilangan kata-kata. Semua kedongkolan, kejengkelan dan sumpah serapah terhadap Rayward yang ditelannya sedaritadi langsung lenyap entah kemana.

Rayward ... ingat tentang kehidupan pertamanya, cerita yang sama dengan The Fake Princess.

***TBC***

9 Juni 2022

Paws' Note

DUAR!!!

Kamu jejeritan? SAMA! AKU JUGA!

JEJENG! ARC. RAYWARD WHISTLER IS OPEN! TJEJEEEEENG!

Aku tahu sudah banyak yang curiga dengan Rayward, karena aku beberapa kali memberikan little hint. Rayward terus-terusan mengode Irsiabella dengan bunga mawar merah. Di chapter Luna sebelumnya, aku menuliskan tentang meledaknya penjualan mawar merah setelah ada rumor tentang Irsiabella yang menyukai bunga itu. Rayward tahu tentang mawar merah karena itu.

Jadi, iya, sejak pertemuan mereka di chapter yang sangat awal, sebenarnya Rayward sudah tahu, ehehe. Untuk penjelasan selanjutnya nanti akan dilanjutkan oleh Rayward - Stella di chapter selanjutnya.

Sekarang, kita punya kesempatan untuk mendengarkan sifat Irsiabella yang asli dari sisi Rayward. Tapi— (ya begitulah).

Oke, aku akan mengumumkan ini, ehehe. Akan ada satu chapter khusus dengan judul belakang Rayward Whistler, tapi mungkin baru akan kutulis setelah beberapa rahasia terbuka (such as, identitas antagonis).

Dan iyak, betul sekali, Rayward juga sedang berusaha menghindari kematian salah satu dari mereka.

HAYO KALIAN PIKIR HANYA DUA ORANG YANG BERUSAHA MENGGERAKKAN ALUR THE FAKE PRINCESS? TIDAK, KAWAAAAN. ADA TIGAAAAAAAA. WHAOWOWOWOWO.

Nulis chapter ini bikin aku deg-degan setengah mati. Sengaja kuendapin dulu seharian sebelum mutusin buat upload.

Is this plot twist? MANA KALIAN YANG KEMARIN KOMEN MINTA PLOT TWIST? SUDAH KUKASIH NIH. Eh, tapi gadeng, ini ga terlalu mengejutkan karena Rayward terlalu terang-terangan memberikan kode bahwa dia tahu soal kekuatan Irsiabella.

Dan berkat adanya informasi dari Rayward, alur cerita ini pun akan mendekati klimaks dalam beberapa (sekian-sekian-sekian) chapter lagi. Ahahaha.

Tapi kekuatan Irsiabella belum terekspos, lho. Iya, iya, nanti kita ekspos lebih heboh daripada waktu Irsiabella jatuh ke kolam agung, oke? Haha. (ini jahat apa engga, sih?)

Aku baru akan nulis chapter 78 besok. Kumpulin tenaga dulu ahahahaha.

Fanart kita hari ini dari JavaStar11

Gambar ketika pertama kali Stella terbangun sebagai Irsiabella (gambarnya sudah dikasih sejak Desember 2021, tapi baru sempat aku publish hari ini :')

Terima kasih banyak atas gambarannya.

See you on the next chapter!!!

Cindyana

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro