69. Pertemuan Kembali Irsiabella Ravelsa
“Semoga bulan dan bintang senantiasa melindungimu kala tidur.”
***
Sekalipun dipenuhi dengan keinginan untuk berbincang secara pribadi dengan Putri Felinette, Stella tetap saja tidak bisa memberanikan diri untuk meminta sedikit waktu sang putri.
Hari ini adalah malam terakhir Putri Felinette di akademi. Setelah ini, sang putri akan kembali ke istana dan menjalankan hidupnya kembali sebagai seorang putri mahkota. Meskipun banyak hal yang telah berubah dari alur semestinya, Stella tetap saja dipenuhi oleh perasaan waspada.
Memang belum ada kejadian buruk yang terjadi sampai hari ini, tetapi tetap tidak menutup kemungkinan bahwa hal buruk bisa saja terjadi kepada dirinya sendiri.
Setelah insiden di festival bulan purnama, Stella mulai mencoba memikirkan apa yang mungkin terjadi dengan Irsiabella, jika seandainya kekuatannya tidak pernah terungkap. Minimnya informasi tentang Irsiabella masih membuatnya kebingungan, tetapi mendapatkan mimpi tentang ingatan Irsiabella ketika pertama kalinya gadis itu mendapatkan kekuatannya adalah pertanda baik. Stella yakin, dia akan mendapatkan petunjuk lain seiring berjalannya waktu.
… tapi, sedikitpun Stella tidak pernah menduga bahwa petunjuk itu akan datang malam ini juga.
Ada ketukan pintu yang membuatnya berhenti menyulam. Stella memang sedang mencoba untuk menyulam pita sederhana yang pernah dipelajarinya dulu. Rencananya, ia akan memberikannya kepada Putri Felinette besok pagi.
Sempat terpikir oleh Stella untuk menyulam di lembaran saputangan, tetapi Stella juga tidak bisa sembarangan memilih motif atau tulisan apa yang akan disulamnya. Jika menyulam lambang kerajaan, Stella takut Putri Felinette salah paham dan mengira bahwa Stella menyukai pangeran mahkota--meskipun sebenarnya Stella bukan memberikannya kepada pangeran. Jika menyulam nama ‘Felinette’ juga terkesan kurang menghormati, mereka belum terlalu dekat untuk saling memanggil nama.
Stella beranjak dari duduknya, membukakan pintu dan menemukan kekosongan menyambutnya. Sempat diliriknya kiri kanan untuk memeriksa, sebelum akhirnya ia tersadar bahwa ada sebuah kantong kecil berwarna gelap yang tergeletak begitu saja di depan pintu kamarnya.
Rasanya sangat familier.
Stella langsung mampu membuat bermacam-macam asumsi, tetapi hanya ada satu asumsi kuat yang amat diyakininya. Diangkatnya kantong itu dengan agak hati-hati untuk segera memeriksa isinya. Dugaannya tepat, isinya adalah bibit-bibit bunga mawar persis seperti yang pernah diberikan Wolverioz kepadanya.
Maka dari itu, tanpa keraguan, Stella segera membawa penerang, menutup pintu kamarnya dan mulai mencari orang yang telah meninggalkan kantong itu di depan kamarnya.
Tidak butuh waktu lama untuk menemukan siluet berjubah yang telah menunggunya di kegelapan. Stella tidak langsung mendekat, hanya diam dan berusaha mencari balasan pandang di antara kegelapan. Stella belum bisa melihat wajahnya, tubuh siluet itu juga lebih tinggi daripada yang ada di ingatan Stella, tapi Stella sangat yakin bahwa itu adalah pemuda yang dicarinya selama ini.
“Wolf,” bisik Stella, memanggilnya.
“Irsiabella.” Untungnya, suara itu membalasnya, sehingga membuat keberanian Stella muncul lagi. Tanpa menunggu lebih lama, Stella langsung mengarahkan penerangnya ke arah siluet itu. Dan benar saja, cahaya dari penerang yang dibawanya menampakkan manik merah milik pemuda itu.
Stella tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Jika ia tidak tahu persoalan mengenai Death Wave, Stella yakin bahwa dia akan tersenyum lega karena pemuda itu masih hidup, tetapi peluang bahwa pemuda itu adalah bagian dari organisasi illegal itu sangat besar.
“Kau … kemana saja?” Stella sadar bahwa dia terlalu gugup dan membuat suara Irsiabella menjadi agak serak, tetapi hanya itu yang bisa ia pertanyakan lebih dulu.
Wolverioz tidak langsung menjawab. Pemuda itu lebih memilih diam sembari memperhatikan Stella yang berjalan menghampirinya dengan pelan.
“Bagaimana kabarmu?” Wolverioz mengalihkan topik.
“Aku sehat,” balas Stella agak kesal, dia mengulang kembali pertanyaannya, “Kemana saja kau selama ini?”
“Apakah aku boleh beranggapan bahwa kau mencemaskanku?” tanyanya.
“Kau bebas berasumsi, tapi jangan menghindar dari pertanyaanku.” Stella merasa semakin jengkel, apalagi setelah menyadari bahwa Wolverioz memang sengaja menghindar dari pertanyaannya.
“Keadaan tidak terlalu baik, jadi aku bersembunyi,” jawabnya.
“Selama setahun?” Stella melangkah mendekat. “Sebenarnya kau bersembunyi dari siapa?”
Sebenarnya Stella lebih ingin mempertanyakan tentang dimana ia bersembunyi, tetapi Wolverioz akan terus menghindar dan berbasa-basi.
“Dari siapapun yang merasa bahwa keberadaanku membahayakan,” balas Wolverioz pendek. Berikutnya, Wolverioz juga ikut melangkah mendekat, mulai menjauh dari bayangan. “Kau merindukanku?”
“Mengapa harus? Melihatmu yang terus bersembunyi dan menghilang tanpa kabar, sepertinya kau tidak ingin dirindukan,” balas Stella dengan agak sarkastik.
Wolverioz tampak terdiam selama beberapa saat. Stella sudah di titik dimana ia bahkan tidak akan peduli jika pemuda itu memang tersinggung.
“Apa kau terlibat dengan Death Wave?” tanya Stella, langsung pada intinya.
“Tidak.”
“Lalu mengapa kau bisa menggunakan atribut mereka?”
“Bukankah aku terlalu mencolok untuk berkeliaran di kota tanpa menggunakan jubah?”
“Itu tidak menjawab pertanyaanku.”
Stella mengambil napas, lalu kembali mengajukan pertanyaan berulang, "Apakah kau bagian dari mereka?"
"Tidak." Sekali lagi, Wolverioz memberikan jawaban yang serupa.
“Lalu, apa ini?” Stella menarik jubah yang Wolverioz kenakan, mengarahkan lenteranya untuk menunjukkan simbol dari organisasi itu.
Jika itu dapat membakar jubahnya, barangkali rasanya sama persis seperti bagaimana amarahnya saat ini.
“Apa kau akan merasa puas jika aku melepaskan atribut mereka dan diumumkan sebagai manusia yang terkutuk?” tanya Wolverioz yang tampak seperti tengah mencari simpati, meski sebenarnya nada bicaranya lebih terkesan ingin tahu.
“Mungkin itu lebih baik, jadi aku tidak perlu repot-repot memikirkan dimana kau berada.”
“Kau pernah memikirkanku?” tanyanya.
“Aku memang terkadang mengingatmu, tapi tidak sesering itu,” jawab Stella dengan maksud agar dia tidak kedengaran sepeduli itu.
“Aku juga mengingatmu setiap hari, Irsiabella,” ucapnya dengan lembut.
“Aku tidak bertanya.” Bahkan ketika kata-kata maut dari Wolverioz keluar, Stella tetap menolak untuk meleleh.
“Aku hanya ingin kau mengetahuinya.”
Stella tidak tahu apa yang sebenarnya tengah terjadi. Ia pikir hilang kontak selama setahun penuh akan membuat pembicaraan mereka semakin canggung, terlebih karena Stella memang terus-terusan bersikap dingin, tetapi rasanya sifat Wolverioz yang suka mengatakan hal-hal ‘tak tahu malu’ itu masih sama saja.
“Apakah mudah bagimu untuk menyelinap masuk ke tempat-tempat aman seperti ini?” tanya Stella.
“Maksudmu?”
“Tempat ini mungkin tempat teraman ketiga setelah istana dan kuil agung, tapi tampaknya kau bisa melewati penjagaannya dengan mudah.”
Wolverioz mengendikkan bahu, merendah diri, “Mungkin mereka tidak menjaga tempat ini dengan baik malam ini.”
Padahal, Stella tahu bahwa ia akan mampu menembus pertahanan ketat istana suatu hari nanti.
“Dimana kau bersembunyi selama ini?” tanya Stella.
“Tidak pasti. Mengapa?”
“Aku ingin menemuimu lain kali,” jawab Stella.
Baru saja mengatakan begitu, suara rerumputan janggal yang kental tertangkap di telinga Stella.
Tanpa mengubah posisi, Stella menggunakan kekuatannya untuk mendeteksi keberadaan orang-orang di sekitarnya.
Hasilnya, Stella mendeteksi aura seseorang di sudut bangunan asrama dan aura dirinya hanya seorang diri di antara pepohonan.
Stella mengangkat kepalanya, lalu tidak lagi menemukan Wolverioz di depannya. Sama seperti biasanya, ia menghilang dengan cepat, Stella tidak lagi mengkhawatirkan hal itu. Mereka memang tidak banyak berbicara malam ini, tapi Stella yakin bahwa dia dan Wolverioz dapat dipertemukan lagi dalam waktu dekat.
Sekarang, pertanyaannya hanya satu.
.... siapa? Apa dia melihatku?
Suara itu kembali terdengar, membuat Stella yakin bahwa orang itu memang telah melihat mereka. Merasa terancam, Stella berusaha mengejar ketika melihat ada lentera jatuh yang meredup. Sudah ada pemikiran bahwa ia bahkan harus menggunakan kekuatan teleportasinya bila perlu, tetapi langkahnya seolah membeku.
Ada gadis berambut pirang yang berlari menjauhinya di dalam kegelapan. Samar, tapi Stella amat yakin, Putri Felinette telah melihatnya dan mungkin juga mendengar percakapan mereka.
Harapan Stella hanya satu: agar Putri Felinette tidak melihat dengan siapa dirinya berbicara.
Agar Putri Felinette tidak pernah tahu tentang keberadaan pemuda bermata merah.
Stella ingin mencari tahu tentang hal itu pada keesokan harinya, tetapi … Putri Felinette kembali ke istana Terevias lebih cepat dan bahkan tidak mengucapkan kata-kata perpisahan kepada siapapun.
Selanjutnya, entah hanya kebetulan belaka atau memang ditakdirkan seperti itu, sulit sekali bagi mereka untuk bertemu lagi.
***
4 Maret 2022
Paus' Note
Oke, judulnya pas banget ya. Pertemuan kembali.
Hello lagi semua. Ini pasti updatean pertamaku di cerita bersambungku di tahun 2022. Enggak mendadak kan ya? Hehehe.
Aku bosan di kamar doang ga ngapa-ngapain. BTW tgl 2 kemarin, aku positip dan disuruh karantina. Parah sekali penyebaran omicron. Cepeeet banget padahal aku jaga prokes banget 😢
Bisa dibilang sekarang aku lagi istirahat dari kerjaan. Yaaa, kalo yang ini sih namanya healing ya ehe. Tenang, soalnya disuruh jangan stress.
Kalian juga jaga kesehatan kalian ya. Jangan sampai sakit. Semoga kalian semua dijauhkan dari virus dan penyakit.
Aku minta maaf karena baru nongol lagi hari ini. Belakangan memang rada ngeeeeng ngegas dan aku ga bisa ngerem. Ya, jadinya kayak gini deh.
Okee, jujur kangen banget sama duo anak ini dan jujur AKU LUPA UMUR MEREKA SEKARANG DI BERAPA🤣🤣🤣 (((baca ulang tengah malam dan akhirnya tau kalo mereka sudah 15 tahun saat ini--soalnya kan Felinette masuk ke sini pas 14 dan ceritanya setahun udah berlalu dan dia sudah harus meninggalkan akademi))).
Ini juga rencananya mau jump time langsung pas di Kuil Agung. Mantap kaaaaan (((kelamaan sih))).
Kita sudah menunggu masa-masa ini. Huhuhuhu.
Sekali lagi maaf aku lambat updateee.
Fan art kali ini dari oliviarainaa_
Thank you for the fan art!
See you tonight!
Cindyana H
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro