63. Kebohongan Felinette de Terevias
"Tidak, bukan apa-apa. Kita bisa membahasnya kembali lain kali.
Sekarang, tidurlah. Besok akan menjadi hari penentuan.
Apapun hasilnya, tidak akan ada yang berubah di antara kita.
Mimpi indah, Feline."
***
Tadinya, Luna pikir mengurung diri di dalam kamar ketika malam musim dingin dapat membuatnya tenang. Namun bermimpi ada di tanggal yang sama dengan kematiannya rupanya dapat membuat mimpinya berubah. Mimpi buruk itu bukan lagi berlatar di kamarnya di Istana Barat, tetapi berubah menjadi di kamarnya di akademi publik.
Entah berapa lama Luna berperang dengan dirinya sendiri untuk memeluk dirinya di dalam selimut, mendengar suara kobaran api di perapian yang terus membara. Rasanya tidak berbeda jauh seperti mendengarkan jam yang berdetik di kamar rumah sakit.
Luna ingin keluar dari kamarnya untuk mencari perlindungan. Namun, sebenarnya tidak ada tempat yang benar-benar aman di Terevias. Luna sudah tahu konsekuensi meninggalkan istana dan hal yang diinginkan Luna saat ini hanya satu; Luna tidak ingin sendirian.
Jadi, Dewi keberuntungan seperti tengah memihaknya, ketika Luna menemukan siluet Irsiabella di tengah lapangan lepas yang bermandikan cahaya rembulan yang redup.
Dalam hati Luna yang terdalam, Luna agak lega karena bisa bertemu dengan gadis itu di tengah malam begini.
"Mengapa Tuan Putri keluar malam-malam begini?" Irsiabella bertanya.
"Hm ... aku ... bermimpi buruk," jawab Luna.
"Bermimpi buruk?"
Sepertinya, ini pertama kalinya Luna bercerita mengenai mimpi buruk yang dialaminya.
"Bagaimana dengan Nona Ravelsa? Mengapa keluar malam-malam begini?" tanya Luna, agak penasaran.
Ekspresi Irsiabella memang tampak cerah, tetapi remangnya malam tidak mampu menipu penglihatan Luna. Matanya tampak sayu, hidung dan tulang pipinya memerah tidak wajar, dan bibirnya sangat pucat.
Apa ada yang merudungnya malam-malam begini?
Dari sekian banyak asumsi buruk yang dibuat Luna dalam kepalanya, Luna mendapatkan jawaban terpolos dari Irsiabella. "Aku sedang ingin melihat bulan."
... kau suka melihat bulan? Pertanyaan itu hampir saja keluar dari bibir Luna, tetapi Luna mengurungkan niat untuk tidak mempertanyakan hal itu.
Irsiabella memang akan dikenal sebagai gadis dengan kekuatan terhebat di Terevias nantinya, tetapi dia tetap manusia yang bisa mengalami hiportemia, kan?
Pertemuannya dengan Irsiabella memang suatu keajaiban, tetapi Luna tidak boleh egois dengan memperpanjang percakapan mereka dan membuat Irsiabella harus menahan kedinginan lebih lama lagi.
"Ayo, kita kembali bersama-sama."
Ya, walau nyatanya, aku tidak ingin kembali.
"Baik, Tuan Putri."
Luna memutuskan untuk berjalan lebih dulu. Setelah mengenal lebih dekat Irsiabella Ravelsa selama enam bulan belakangan ini, Luna sadar bahwa Irsiabella masih segan terhadapnya dan akan tetap memberi jarak meskipun Luna juga berusaha menyeimbangkan langkah mereka.
Sejujurnya, akan lebih baik jika garis di antara mereka tidak pernah ada, karena Luna masih ingat jelas tembok besar yang membatasi mereka berdua ketika pertama kali bertemu dengan Irsiabella Ravelsa, di pesta ulang tahun Felinette yang ke delapan belas. Dimana Irsiabella menjadi perhatian, sedangkan Felinette dibandingkan dengannya.
Pertemuan mereka memang terjadi lebih cepat dari seharusnya.
Atau mungkin bukan.
Luna sering bertanya-tanya; Apakah masa depan telah berubah, atau sebenarnya memang inilah yang terjadi di antara Irsiabella dan Felinette? Luna sama sekali tidak mempunyai petunjuk. Namun yang jelas, hubungan mereka sudah pasti berubah dibandingkan yang seharusnya.
"Kudengar, besok kau kembali?"
"Iya, Tuan Putri. Ada kerabat ayahku yang sakit."
Luna sudah mendengar kabar itu dari Aurorasia dan sebenarnya Luna sudah berencana untuk begadang sampai besok pagi, jadi setidaknya Luna bisa berpartisipasi mengantar Irsiabella sampai di depan gerbang.
"Kurasa itu artinya kita akan bertemu lagi di musim semi nanti."
Luna masih berjalan di depan, hingga akhirnya tersadar bahwa Irsiabella tidak lagi mengikutinya di belakang entah sejak kapan. Baru saja Luna berpikir untuk memeriksanya, Irsiabella lebih dulu mengeluarkan suara.
"Maaf atas kelancanganku, Tuan Putri, tetapi aku punya sebuah permohonan."
Tanpa bisa Luna duga, Irsiabella mengejarnya, lalu berhenti melangkah ketika sudah bertukar pandang dengannya. Manik emas Irsiabella menatapnya begitu serius, membuat Luna kembali bertanya-tanya.
"Permohonan?"
"Tiga pekan lagi, hari ulang tahunku akan datang," ucapnya.
Fakta baru yang Luna tahu; Irsiabella lebih muda beberapa bulan daripada Felinette.
"Baik, lalu?"
Luna bisa melihat keraguan yang terus menghentikan Irsiabella dalam menyampaikan permohonannya. Apakah itu hal yang besar, sampai-sampai sulit bagi Irsiabella untuk menyampaikannya?
Diam-diam, Luna ikut menerka permohonannya.
Irsiabella tidak mungkin bilang padanya bahwa dia ingin menjadi putri, kan?
... ya, mungkin bukan sekarang. Ada bisikan dalam kepala Felinette yang menyertai pemikirannya.
"Bolehkan aku memberikan pelukan kepada Tuan Putri?"
Luna yakin, dia tidak bisa mengendalikan ekspresinya dengan baik. Seisi dunia yang ada di sekitarnya seolah memudar dan menghitam, hanya Irsiabella yang bisa dilihatnya.
Ada banyak hal yang dipikirkan Luna. Apakah ini hanya tipuan? Apakah ini usaha Irsiabella untuk mencari perhatian? Apakah ini yang kau inginkan, Irsiabella?
Melihat Luna yang tampak tidak merespons, Irsiabella langsung membungkuk dalam, "Kalau itu tergolong lancang, tolong jangan segan-segan menghukumku."
Luna sempat melihat ekspresi wajah Irsiabella sebelum gadis itu membungkuk. Ada tatapan bersalah yang tenggelam dalam lensa emasnya. Bibirnya juga sedikit gemetar, mungkin karena terlalu kedinginan.
"Aku ... tidak keberatan," ucap Luna pada akhirnya.
"Sungguh?" Ketika Irsiabella mengangkat wajahnya, ada kelegaan yang tampak jelas di matanya.
"Permohonanmu tidak akan melukai siapapun."
"Jadi ..., boleh?"
Luna tidak menjawab apapun, hanya mengamati raut wajah Irsiabella yang tampak begitu alami. Irsiabella tampak benar-benar tulus dan itu membuatnya tidak bisa menolak permohonan kecilnya. Hanya satu pelukan.
Irsiabella merentangkan tangan, membalut lengannya di pundak Luna dan hal itu berhasil mengalihkan pikiran Luna yang mengganggunya.
... Apakah kau orang baik?
Apakah kau akan memihak kepadaku?
Luna memejamkan matanya, lalu membalas pelukan Irsiabella. "Kau ..., dingin sekali."
Alih-alih mendapatkan respons dari Irsiabella, pelukannya terasa semakin berat dan akhirnya sampai di titik ketika Luna tidak mampu menopangnya. Mereka berdua terjatuh di atas rerumputan yang dingin.
Luna agak terkejut tatkala melihat titik-titik salju yang berjatuhan dari atas langit, dia menghembuskan napas pelan-pelan dan mendapati uap keluar dari mulutnya. Butuh waktu bagi Luna untuk mencerna apa yang sebenarnya tengah terjadi.
"Nona Ravelsa?"
Luna mendorong pelan tubuh Irsiabella yang ada di atasnya, lalu menyadari bahwa gadis itu sudah tidak sadarkan diri.
Bibir Irsiabella mengatup rapat, menahan dingin yang menusuk. Wajahnya tampak damai dan tenang, membuat Luna mau tidak mau langsung panik seketika.
"Nona Ravelsa?!"
Dengan semua tenaga yang ada, Luna mencoba bangkit dari posisinya. Luna berhasil, tapi dia tidak yakin bahwa dia mampu membopong Irsiabella sendirian. Tubuh Felinette terlalu lemah, walau untuk mengangkat gadis kurus itu sendirian.
Tidak mau membuat Irsiabella kedinginan lebih lama lagi, Luna mengikuti isi pikirannya. Tanpa berpikir panjang, Luna melepas syal dan selimut tebal yang membungkus dirinya, lalu menyelimuti tubuh Irsiabella yang tergeletak di atas rerumputan yang bersalju tipis.
Tangan Luna agak gemetar. Selain karena kedinginan, juga karena merasa seperti tersangka yang hendak pergi meninggalkan korbannya. Rasa bersalah menyergap, meskipun Irsiabella seperti itu bukan karena salahnya.
Namun, Luna tidak menunda lebih lama lagi. Ia segera berlari masuk kembali ke koridor kamar-kamar, lalu mengetuk pintu kamar Aurorasia dengan terburu-buru.
.
.
.
"Untunglah ada Tuan Putri."
Irsiabella saat ini hanya tidur di atas lantai keras berlapis selimut. Mereka menempatkannya di depan perapian yang ada di kamar Putri Felinette. Perlahan, keadaan Irsiabella tampak lebih membaik dibandingkan sebelumnya.
Luna masih memilih mengatupkan bibir, tidak membicarakan lebih detail tentang apa yang sebenarnya terjadi. Yang Aurorasia tahu saat ini, Putri Felinette tidak sengaja menemukan Irsiabella dalam keadaan seperti itu.
"Dia memang sering keluar dari kamarnya malam-malam. Padahal, aku sudah pernah mengingatkannya." Aurorasia mengucapkannya sembari menoleh ke arah Irsiabella, seolah tengah mengomelinya. "Kurasa akan menjadi ide yang buruk jika kita melaporkan kondisi Irsiabella ke pengurus sekolah. Rencana untuk pulang bisa batal karena Irsiabella harus melewati masa hukuman."
Aurorasia mengetahui detail kecil seperti itu. Menyadari bahwa Aurorasia memiliki perhatian sebesar itu dengan Irsiabella, membuat Luna mengerti mengapa mereka berdua bisa berteman akrab, dulu ataupun sekarang.
"Mengapa Nona Ravelsa keluar?" tanya Luna penasaran. Barangkali Aurorasia tahu jawabannya.
"Entahlah ..., mungkin dia merindukan ayahnya," jawab Aurorasia.
Obrolan mereka seharusnya lancar-lancar saja, seandainya Luna sepakat dengan opini Aurorasia. Menurut Luna, Irsiabella tidak mungkin keluar dari kamarnya karena alasan seperti itu, apalagi besok adalah waktu baginya untuk bertemu kembali dengan ayahnya.
Luna merasakan sesuatu yang janggal.
Apakah Irsiabella akan keluar di malam musim dingin karena hal seperti ini?
"Apa kau merindukan keluargamu?"
Untuk pertama kalinya, Luna mempertanyakan pertanyaan yang agak pribadi. Bagaimana pun juga, Aurorasia sudah lebih dulu sampai di akademi dan hanya sesekali kembali ke kediaman Duke Swanbell bila ada acara penting yang digelar.
Aurorasia terdiam sejenak, sebelum akhirnya melemparkan senyum tipis, "Tentu saja."
Keluarga Duke Swanbell bisa dikatakan cukup harmonis. Ada Tuan Swanbell, Nyonya Swanbell dan Aurorasia Swanbell. Luna pernah mendengar rumor tentang keluarga bahagia ini, bahwa sebenarnya orangtua Aurorasia sangat menginginkan anak laki-laki sebagai penerusnya, tetapi Nyonya Swanbell sakit keras dan hal itu menjadi tidak memungkinkan.
Sebenarnya hal yang normal, menginginkan anak laki-laki sebagai penerus nama. Di dunia ini, masalah itu memang bisa menjadi sumber keretakan rumah tangga.
Aurorasia pun pasti bernasib sama sepertinya. Lahir menjadi putri tunggal di keluarga bangsawan besar pasti juga membuatnya memiliki tekanan yang besar. Sama seperti tekanan yang dimiliki Felinette, sesuatu yang tidak bisa dihindari Luna.
"Bagaimana dengan Tuan Putri?" tanyanya dengan hati-hati.
"Aku juga," jawab Luna sambil tersenyum. Aurorasia ikut tersenyum.
Hanya ada beberapa hal yang bisa dirindukan di istana.
"Tuan Putri," panggil Aurorasia. Ada nada keraguan di dalam sana, tetapi akhirnya Aurorasia langsung melanjutkan, "Jika nanti kita sudah di luar akademi, apakah kita boleh tetap seperti ini?"
Luna mengerti dengan konteks yang dimaksud Aurorasia, tetapi tetap aja Luna ingin mempertegasnya, karena sesungguhnya itu adalah salah satu hal yang diinginkan Luna.
"Seperti apa maksudnya?"
"Bisa tetap berbicara dengan Tuan Putri." Aurorasia memejamkan matanya. "Aku ingin berteman baik dengan Tuan Putri."
Luna tertegun selama beberapa saat, lalu mengiyakan tanpa berpikir panjang, "Tentu saja. Kita bisa terus seperti itu."
Aurorasia yang meminta dan semoga bukan dia yang mengingkar. Luna juga memiliki harapan yang sama, bahwa mereka bisa tetap berteman baik bagaimanapun situasi yang akan mereka hadapi ke depannya.
Ketika mereka tahu kenyataannya, apakah mereka akan tetap memihak Felinette?
Apakah itu tetap akan terulang seberapa keras pun Luna mencoba?
"Terima kasih, Tuan Putri."
... jangan berterimakasih.
Cukup tepati janjimu.
Luna memperhatikan Irsiabella yang masih berbaring. Warna kulitnya sudah tidak lagi sepucat sebelumnya. Keheningan berlangsung selama beberapa saat dan tampaknya Aurorasi menyadari hal itu.
"Istirahatlah, Tuan Putri. Aku akan memastikan Irsiabella tetap hangat."
Luna terdiam selama beberapa saat, sebelum akhirnya bangkit dari duduknya di atas sofa, lalu memilih duduk di samping Aurorasia yang duduk di atas karpet di depan Irsiabella yang berbaring.
"Ada apa, Tuan Putri?" tanya Aurorasia ketika menyadari raut wajah Putri Felinette yang menatapnya serius.
"Ada hal penting yang harus kau ketahui."
"Hal penting apa?"
... Sedikit kebohongan tidak akan menyakiti siapapun.
"Aku sudah mendapatkan kekuatanku," ucap Luna.
Usai mengatakan sebaris kebohongan itu, Luna mengalihkan pandangannya ke arah api di perapian. Keheningan menguasai tempat itu. Luna terus-terusan meyakinkan diri bahwa masa depan yang dilihatnya adalah hal yang kemungkinan besar akan menjadi nyata. Luna tahu, Aurorasia tidak menyukainya, jadi Luna tidak tahu reaksi apa yang akan ditampilkan Aurorasia.
Di luar dugaan, Aurorasia membekap bibirnya, menahan agar senyuman lebarnya dapat disembunyikan di balik kedua telapak tangannya.
Luna ... tidak percaya dengan reaksi Aurorasia.
Apakah itu juga reaksi bohong? Tapi kepribadian Aurorasia cukup terus terang dan apa adanya. Apakah Luna boleh percaya bahwa Aurorasia bahagia dengan kabar itu?
"Tapi ini masih rahasia." Luna buru-buru menambahkan, membuat Aurorasia membekap mulut sambil mengangguk-angguk antusias. "Jangan sampai ada orang yang mengetahuinya."
"Selamat ya, Tuan Putri!" ucap Aurorasia. "Tapi ..., mengapa Tuan Putri memberitahu hal ini?"
... Luna tidak bisa melakukan misinya seorang diri.
Harus ada seseorang yang bisa membantunya, dan Luna memilih Aurorasia sebagai seseorang yang bisa dipercayanya.
Walau hanya untuk sementara waktu.
"Aku ..., melihat masa depan yang kurang indah di keluarga Whistler."
***TBC***
31 Agustus 2021
Paws' Note
I-ini aku update tengah malam ya?
Aku ... demi apa ketiduran terus sampai lupa update :')
Daaaaan Luna mutusin buat spill kekuatan 'palsu' ke Aurorasi agar bisa nyelamatin Whistler. Adudu Luna-ku tayang. Bae banget.
Apa effect yang bakal terpengaruh dari Iki? Apa yang bakal terjadi? Mari kita tungguuuu~~~
Sejujurnya aku udah ngantuk pas ngetik author note ini huhuhuhu, tapi tetap harus update malam iniiii.
Munculin PrythaLize sekali, eh insomnia satu malam, eh jam tidur langsung buyar wkwkwkwkwk. Pengin konser jadinya.
pusing pala paus.
Aku tidak bisa bacot banyak-banyak ya hari ini. Maaaaaaf.
Fanart hari ini dari Keibrow
Terima kasih banyak atas gambarnya!
with a lot of loveee
Cindyanaaah
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro