Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

61. Mimpi Felinette de Terevias

"Sedikit keberanian dapat membuat perubahan besar.
Tapi, aku tidak bisa melakukan apapun. Sedikitpun, aku tidak memiliki keberanian itu."

***

Pertengahan musim gugur telah datang dan bertepatan dengan hari ini, Putri Felinette berulang tahun. Kabar itu memang belum menjadi informasi yang umum, sebab ulang tahun Putri Felinette baru akan diumumkan ketika memasuki musim gugur dua tahun berikutnya. 

Luna sendiri tidak tahu mengenai alasannya. Yang jelas, jika disamakan dengan bulan lahir Luna di bulan Oktober, jelas mereka ada di musim yang sama. Untuk penanggalannya sendiri, orang-orang di dunia ini masih melihat penanggalan dari kalender lunar. 

Entahlah cara perhitungannya sama atau tidak, yang jelas Luna dan Putri Felinette lahir di bulan yang sama. 

Umur Putri Felinette saat ini sudah lima belas tahun. Salah satu alasan Luna memilih untuk mengikuti akademi umum adalah untuk menghindari perhatian dan pertanyaan berlebih dari sang Raja Finnebert yang terus-terusan mempertanyakan kondisi tubuh Felinette untuk mempersiapkan kekuatan yang datang tiba-tiba. 

Masalahnya, Luna sudah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Kekuatan itu tidak pernah datang sekalipun kepadanya, bahkan sampai ketika Felinette menemui ajalnya. Luna sudah tidak terlalu ingin mengharapkan datangnya keajaiban yang jelas sudah diketahuinya tidak akan pernah datang. 

"Laki-laki!" Aurorasia memekik pelan setelah membaca surat di tangannya, kemudian melebarkan senyumnya dan memeluk salah satu Whistler—entah Dayward atau Rayward. 

"Selamat ya, kalian sudah menjadi kakak!" 

"Aku kan memang sudah menjadi Kakak sejak awal," balas Whistler yang tengah dipeluk Aurorasia. Dayward memeluk Aurorasia balik dengan senang. 

"Rayward, sekarang kau sudah menjadi Kakak!" ucap Aurorasia dengan antusias sambil menoleh ke arah Rayward yang hanya diam memperhatikan mereka. 

Rayward hanya tersenyum tipis, tetapi bisa terlihat bahwa dia juga turut berbahagia dengan kabar itu. 

Aurorasia mendapat kabar dari Duke Swanbell. Luna juga tidak mengerti mengapa bukan kembar Whistler yang mendapat kabar itu dari surat keluarganya, tetapi sedikit-banyak Luna bisa menangkap bahwa ketidakharmonisan keluarga Whistler memang telah terendus sejak dulu, hanya saja tidak ada yang mengeksposnya. 

"Selamat ya, Tuan Muda Whistler," ucap Irsiabella sambil tersenyum. 

"Ketika musim semi nanti, kami akan membuat pesta teh lagi. Nona Ravelsa datang ya, agar bisa melihat bayinya!" Dayward mengucapkannya dengan begitu antusias, sementara Irsiabella hanya bisa tersenyum menanggapinya. 

Luna bisa langsung menyadari bahwa Dayward memiliki perasaan terhadap Irsiabella, hanya dari melihatnya ketika interaksi pertama mereka. Dayward memang terlalu terang-terangan dan tidak tahu cara menyembunyikan perasaannya dengan baik. 

"Aku juga ingin melihatnya, tapi ..." Aurorasia menghela napasnya dalam-dalam, memendam keinginannya dan menelan kata-katanya. 

"Tapi kenapa?" Luna bertanya. 

"Sepertinya namaku ada di daftar hitam," ucap Aurorasia sambil tertawa hambar. 

Oh, ngomong-ngomong, sekarang mereka mulai mengurangi pemakaian bahasa formal atas permintaan Luna sendiri. 

Saat ini mereka sedang ada di taman 'khusus' untuk Putri Felinette. Itu salah satu fasilitas ketidakadilan yang disediakan oleh pengurus. Awalnya, Luna pikir dia tidak akan menggunakannya lagi, tetapi taman khusus itu begitu berguna dan sayang untuk tidak digunakan. 

Sengaja pula, Luna mengundang beberapa orang yang mulai dekat dengannya di akademi. Luna berpikir untuk mengumpulkan semua orang yang akan terlibat dengan kisah di masa depan, tetapi Luna juga perlu menambah koneksi, dan ternyata mencari orang yang dapat dipercaya benar-benar sulit. 

Terkadang, Svencer Dalton juga bergabung, tetapi saat ini putra Viscount Dalton itu lebih bersemangat untuk mempelajari semua materi pelajarannya untuk persiapan ujian yang akan dilaksanakan beberapa pekan ke depan. 

Luna tidak pernah dengar tentang prestasi Irsiabella sebelumnya, tetapi gadis itu berhasil mendapatkan nilai tertinggi, lalu berhasil memancing Svencer untuk belajar lebih giat lagi. 

Luna sendiri mendapatkan ujian khusus yang mengharuskannya mempelajari hal yang tidak didapatkan oleh murid biasa dan kebetulan juga mendapatkan nilai yang tinggi, tentunya. 

Jadi, sebenarnya apa yang membuatnya memiliki nama akademi umum?

"Siapa yang menaruh namamu di daftar hitam?" tanya Luna lagi. 

Aurorasia bersidekap tangan, lalu melirik ke arah para Whistler, seolah meminta mereka menjawabnya. Mereka pasti bertelepati lagi dan Irsiabella juga pasti mendengarkan pembicaraan mereka tanpa mereka sadari. 

"Marquess Whistler masih dibayang-bayangi masa lalu," balas Rayward, yang sontak membuat Dayward tertawa lepas. 

"Kalau menyebutnya begitu, jadi agak berlebihan," ucap Aurorasia dengan wajah datar. Aurorasia kembali menoleh ke arah Luna. "Marquess Whistler sudah memiliki kehidupan baru, jadi putus hubungan begitu sudah biasa." 

Irsiabella tiba-tiba membuka suara, "Jadi karena itu, Nona Swanbell tidak terlihat sewaktu pesta pernikahan dan acara minum teh?"

Aurorasia hanya tersenyum tipis, mengiyakan. 

Luna agak prihatin, mengingat hubungan antara Aurorasia dan Twinnie-Ward bisa dikatakan cukup akrab. Itu sebutan sayang yang diberikan oleh Aurorasia kepada mereka. Dan tampaknya Aurorasia masih mempertahankan keinginannya untuk berada di akademi publik hanya untuk bertemu mereka—ralat, sekarang Irsiabella juga menjadi alasannya. 

"Tidak apa-apa, kok. Aku tetap bisa melihatnya secara diam-diam," ucap Aurorasia sambil tersenyum optimis. 

"Kalau kau mau ..., aku bisa membantumu." Entah mendapat ide darimana, Luna menawarkan bantuan.

Seperti yang telah diduganya, Aurorasia memilih untuk menolak tawaran itu. "Tidak perlu sampai sejauh itu, Tuan Putri. Aku pasti bisa bertemu dengan sepupu kecilku, meskipun dengan cara ilegal." 

"Aurora, kalau Svencer mendengar perkataanmu, bisa memicu kesalahpahaman, lho," timpal Dayward dengan semangat. 

"Tuan Muda Dalton tidak seberlebihan itu," balas Aurorasia dengan malas. 

"Kau tidak tahu saja teguran-teguran pedasnya," tambah Rayward yang membuat keadaan memanas. 

"Nona Ravelsa saja sudah dipedasinya. Iya, kan?" tanya Dayward yang membuat Irsiabella langsung tertawa kecil. 

"Eh, dia juga melakukannya kepadamu?" tanya Aurorasia dengan kaget.

Berikutnya, mereka semua tertawa. Luna yang melihat mereka tertawa bahagia dengan topik pembicaraan barusan pun akhirnya ikut tertawa. 

Andai saja bisa terus damai seperti ini

*

"Mengapa kau ada di sini?" tanya Pangeran Felixence. 

"Apa aku tidak boleh di sini?" Putri Felinette bertanya balik. 

Tempat pelatihan ada di dekat Istana Tenggara, tempat yang dikhususkan untuk melatih ilmu pedang latihan pedang. 

"Di sini berbahaya, Putri Felinette." Pangeran Felixence melempar pedang kayunya di sisi lain, lalu menghampiri Putri Felinette dengan buru-buru. "Bagaimana kalau kau terluka?" 

Faktanya, segala hal tentang perlatihan pedang telah terjeda sejak kedatangan Putri Felinette. Bukan saja karena kedatangannya yang mencolok dengan gaun di antara orang-orang yang menggunakan pakaian latihan, tetapi Putri Felinette yang mungil juga membuat orang-orang penasaran dengan sosok Putri Terevias yang selama ini hanya terdengar dalam rumor. 

Putri Felinette belum pernah menampakkan dirinya sejak Terevias mengumumkan tentang kelahiran seorang putri cantik bagi Terevias delapan tahun silam. Sebab itulah, wajar bagi orang-orang untuk mulai meyakini bahwa keberadaan Putri Felinette memang ada nyatanya. 

"Karena Tuan Putri telah datang, Anda boleh beristirahat sebentar, Tuan Pangeran." 

Putri Felinette sampai mendongak melihat seorang pria tinggi bermanik hitam itu. Baru melihat keberadaannya, Putri Felinette merinding ngeri dan bersembunyi di balik jubah Pangeran Felixence. 

"Itu tidak sopan," tegur Pangeran Felixence sambil menghela napas. "Maafkan sikap Putri Felinette, Guru Arsenio."

"Guru?" Putri Felinette bertanya.  

Pria itu tersenyum tipis, lalu memperkenalkan diri. "Suatu kehormatan dapat bertemu dengan Anda, Tuan Putri." 

Baru melihat senyumannya, Putri Felinette melupakan semua ketakutannya. Gadis kecil yang berumur delapan tahun itu melangkahkan kakinya ke depan, melebarkan gaunnya dengan formal. "Selamat pagi, Guru Arsenio." 

"... Guru Arsenio bukan gurumu," bisik Pangeran Felixence. 

Putri Felinette tidak mengindahkan ucapan Pangeran Felixence dan mengamati keadaan. Saat sedang menelusuri sekitaran Istana Tenggara dengan seksama, Putri Felinette menangkap sosok laki-laki yang sedang berlatih sendirian di salah satu sudut yang tidak terlalu terekspos. 

Usianya sepantaran Putri Felinette dan dirinya sibuk mengayunkan pedang kayu, sampai-sampai tidak menyadari bahwa lapangan latihan yang tadinya gaduh sudah mulai tenang karena kedatangan Putri Felinette. 

Sesuai arahan dari Guru Arsenio, Pangeran Felixence pun beristirahat di salah satu tribun yang terbuat dari batu. 

"Pangeran Felixence," panggil Putri Felinette. 

Pangeran Felixence menghela napas lagi, "Ada apa?" 

Putri Felinette menunjuk ke sudut istana, "Siapa?" 

"Itu anak Guru Arsenio," jawab Pangeran Felixence. 

Putri Felinette hanya mengangguk mengerti, "Mengapa sendirian di sana?" 

Pangeran Felixence memilih untuk mengabaikan pertanyaan adiknya dan mempertanyakan hal yang lebih membuatnya penasaran. "Putri Felinette, apakah Yang Mulia Raja tahu kalau kau datang ke sini?"

Niat Putri Felinette tadinya hanya mengunjungi Pangeran Felixence, tetapi sang pangeran tidak ada di Istana Timur dan akhirnya Putri Felinette langsung mendatangi dimana pangeran berada. 

Oh, dan tampaknya Raja Finnebert tidak tahu bahwa dirinya datang ke sana. 

"Mungkin tidak," jawab Putri Felinette dengan polosnya. 

"Ini belum waktunya bagi orang-orang melihatmu," ucap Pangeran Felixence sambil menghela napasnya. Aneh memang, melihat anak laki-laki sepuluh tahun terus menerus menghela napas seolah mengemban banyak masalah hidup. 

"Kapan Pangeran Felixence akan kembali?" tanya Putri Felinette. 

"Iya, sebentar lagi aku selesai. Kau di sini dulu, ya, jangan kemana-mana." 

Selanjutnya, Pangeran Felixence kembali ke lapangan latihan, berbicara sejenak dengan Guru Arsenio, sebelum akhirnya kembali latihan berpedang untuk segera mengakhiri sesi pelajarannya hari ini. 

Putri Felinette telah diasingkan di tribun agar jangan terlalu dekat dengan lapangan latihan yang berbahaya. Latihan kembali dilanjutkan meskipun masih banyak mata yang menatap ke arah Putri Felinette dengan penasaran. Bagaimanapun juga, ini pertama kalinya mereka melihat sosok sang putri. 

Manik biru dan rambut pirang ... Putri Felinette sangat mirip dengan mendiang ratu. 

Putri Felinette kembali mengamati orang-orang yang berpedang. Banyak yang berusaha membuat sang putri terkesan, tetapi gadis berumur delapan tahun itu tidak mengerti dengan dunia perpedangan. Setelah bosan mengamati Pangera Felixence yang terus mengulang ayunan pedang ke samping, Putri Felinette kembali melirik ke sudut istana. 

Kemana

Putri Felinette pun berjalan ke sudut lapangan dan keluar dari area latihan, mencoba mencari laki-laki yang dilihatnya tadi. 

Tidak butuh waktu lama untuk langsung menemukannya, karena anak laki-laki itu tampak begitu mencolok ketika berjalan di antara bunga-bunga yang berwarna terang. Rambut dan pakaiannya yang serba hitam membuatnya semakin mencolok ketika dihujani cahaya matahari yang begitu terik. 

"Mau kemana?" tanya Putri Felinette, yang membuat anak laki-laki itu langsung berbalik menatapnya. 

Ia melihat Putri Felinette sekilas, lalu memalingkan wajahnya agar dapat menghindari tatapannya dengan sang putri.

"Ke sana ...," jawabnya ragu sambil menunjuk satu arah yang jelas juga membuatnya bingung harus menjawab lokasi persisnya. 

"Siapa namamu?" 

Anak laki-laki itu menunduk tanpa berani melabuhkan pandangannya pada Putri Felinette. Bersamaan dengan itu, angin bertiup kencang dari belakangnya, membuat kelopak-kelopak bunga beterbangan menuju arah Putri Felinette. 

Ia memberanikan diri mengangkat wajahnya, lalu melihat Putri Felinette yang tersenyum ke arahnya. 

"Terence. Nama saya Terence."

.

.

.

Luna membuka matanya ketika merasakan sinar matahari yang masuk melalui jendela mulai mengganggu tidur nyenyaknya. Dengan agak kebingungan, Luna bangkit dari posisi tidurnya dan berganti ke posisi duduk. 

Ini ... kali pertama Luna tidak memimpikan tentang kematiannya. 

Sebaliknya, Luna memimpikan sesuatu yang tidak pernah diketahuinya. 

Apa ini ingatan Felinette? Bingung, tentu. Selama ini, Luna belum pernah sekalipun memimpikan hal lain, apalagi sampai memimpikan tentang kejadian di masa lalu. 

... pertemuan pertama Felinette dan Terence. 

Luna menggelengkan kepalanya, memaksa dirinya agar jangan terlalu terlarut dalam bunga tidurnya barusan. Ada hal lebih penting yang harus dilakukannya daripada bertanya-tanya tentang masa lalu. Luna ingin lebih fokus terhadap masa depan yang lebih menjanjikan. 

Surat untuk Brittania seharusnya sudah sampai padanya hari ini. Luna memberikan ucapan selamat atas kelahiran putranya dan menegaskan tentang hubungan pertemanannya dengan kedua Whistler. Apa itu saja sudah cukup untuk membuatnya tidak berani melakukan apa-apa? Luna tidak yakin. 

Sejujurnya, Luna juga belum bisa memastikan siapa di antara mereka yang akan bertahan.

Terkadang, ketika dirinya sudah terlibat terlalu dalam, Luna kembali mempertanyakan tentang kemampuannya untuk mengubah takdir. Takdir Putri Felinette saja masih penuh dengan ketidakpastian, mengapa dia harus membantu orang lain yang tidak akan menyadari pengorbanannya? 

Kau sudah terlalu melekat dengan dunia ini, jawab Luna kepada dirinya sendiri. 

Luna menghela napasnya, memangku dagu dengan menahan siku pada tangannya yang lain. 

Sekarang yang harus Luna lakukan adalah bersabar menunggu surat lain dari Pangeran Felixence tentang kepribadian Brittania di dalam rumah Whistler. Dengan begitu, Luna bisa mengetahui kemungkinan dan motif sang nyonya. 

Jika dugaannya salah, maka Luna harus memulai semua asumsinya dari awal. 

Hanya pikiran sederhana itu yang terbesit di pikiran Luna, karena begitu mendapatkan balasan surat dari Pangeran Felixence, Luna langsung menyadari betapa buruk rencana untuk memata-matai Brittania. 

Pelayan yang menyusup di kediaman Whistler tidak pernah meninggalkan kediaman Whistler, tetapi juga tidak pernah membalas pesan. Keberadaannya tidak ditemukan, apalagi jejak kehidupannya. 

Semua informasi dalam rumah Whistler kembali menjadi tanda tanya yang penuh rahasia. 

***TBC***

17 Agustus 2021

Paws' Note

Bakalan jump time lagi, saudara-saudara. Tenang ya, tenang!

Luna kita bakal menyelamatkan Whistler yang diracun. Mungkin banyak dari kalian yang sudah membuat dugaan siapa yang akan diracun dan apa motif Brittania. 

Sejujurnya aku lagi bingung bagaimana cara menceritakan kisah di The Fake Princess secara natural dalam plot. Karena, yang benar-benar tahu kejadian itu adalah Luna, dan Luna tidak tahu apapun tentang kisah Irsiabella sampai dia muncul.

Mungkin bakal ada satu chapter khusus—yang ini agak berisiko dan enggak smooth—tapi aku bakal cari opsional lain untuk bisa menjelaskan cerita ini dengan epik! Karena, banyak hal yang terjadi di The Fake Princess yang juga masih menjadi pertanyaan bagi Luna. 

OH ya! Kalau kalian jeli, Luna tidak pernah menyebut mimpi yang dialaminya sebagai Felinette sebagai The Fake Princess dan hanya Stella yang mereferensikannya demikian. Apakah kalian peka? 

Aku bisa melihat kalian yang mulai sibuk bolak-balik nyari clue di chapter-chapter awal dan ya, kalian cukup jeli dengan detail-detail kecil, tapi ada beberapa petunjuk yang gagal dihubungkan—tapi ini pun karena petunjuk yang kuberikan belum lengkap, sih—jadi kalian tidak perlu takut kejatuhan bom, karena seterusnya kalian pasti bisa lebih waswas daripada di Arc. Rayward Whistler. 

Question of the chapter. Menurut kalian, mengapa nama Arc-nya adalah Rayward Whistler dan bukan Arc. Whistler?

Ketika di final Arc Rayward Whistler, kalian pasti bakal mengerti. 

Oke, mari kita akhiri bacot-membacot ini dengan memamerkan fanart! Terima kasih banyak untuk fanartnya, dari LepyraTzhi

Cindyana / PrythaLize

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro