6. Buku Sihir Irsiabella Ravelsa
"Aku selalu menunggumu, Irsiabella. Aku selalu merindukanmu, setiap hari."
***
Demi semua hal asing yang bisa disebutkannya di Negeri Terevias, Dimana sebenarnya Regdar menyimpan semua buku-buku sihir milik Irsiabella?!
Stella sudah mencarinya hampir di semua rak yang bisa ditemuinya di rumah Ravelsa. Bahkan, untuk buku tanpa judul, Stella memeriksa semua isinya. Namun alih-alih menemukan mantra-mantra atau pelajaran apapun yang menceritakan seputar sihir, Stella malah harus menyakiti matanya dengan membaca teori-teori dari pencetus yang bahkan belum dapat dipastikan kebenarannya!
Ini semua salah Regdar!
Seperempatnya adalah kesalahan Stella sendiri, karena setuju-setuju saja saat Regdar menceramahi Irsiabella tentang sihir yang seharusnya tidak digunakannya dengan embel-embel usia belum cukup atau lainnya.
Usut punya usut, Irsiabella rupanya sedang mencoba mengeluarkan kekuatan maksimalnya yang menyebabkan tubuhnya shock berat, sehingga menyebabkan dirinya kehilangan ingatan--atau itulah diagnosa akhir yang dikonfirmasi oleh dokter ketika terakhir kali memeriksa keadaannya.
Tidak ada yang tahu alasan Irsiabella memaksakan kekuatannya seperti itu, tapi yang jelas itu menyebabkan jiwa Stella yang tersesat malah menemukan tempat barunya.
Sebenarnya, Stella masih bingung soal itu. Tidak ada siapapun yang bisa ditanyai mengenai perihal itu. Kalaupun ada, memangnya mereka akan membiarkan Stella menggantikan Irsiabella yang luar biasa itu? Tentu tidak.
"Oke ..., dimana Regdar menyembunyikan buku-buku itu," gumam Stella sembari membuka laci pada meja kayu di koridor secara acak.
Hari ini rambut Irsiabella diikat twintail tinggi dan diberi pita merah. Gaun kembang berenda merah maroon-nya sukses membuatnya terlihat seperti boneka. Stella ingat, tadi dirinya tidak sengaja menggeleng kagum ketika melihat dirinya sendiri berdiri di depan cermin. Irsiabella pasti boneka cantik yang tidak sengaja diberi nyawa, begitu pikirnya.
Baiklah, tinggal satu ruangan lagi. Stella mengandahkan kepalanya, menatap ke satu-satunya pintu yang belum dibuka olehnya. Itu adalah master room di rumah Ravelsa, ruangan pribadi Regdar.
Stella sudah mendengarnya dari Sera, bahwa Regdar tidak mengizinkan siapapun untuk masuk ke dalam sana, termasuk pelayan yang hanya bermaksud untuk bersih-bersih. Regdar selalu merapikannya sendiri dan sudah sejak kepergian Nyonya Ravelsa, tidak ada lagi yang pernah ingat bagaimana bentuk ruangan itu.
Stella bisa mengerti bagaimana Regdar terlalu menyayangi mendiang istrinya. Karena kalau tidak, sudah pasti sekarang Irsiabella sudah punya seorang Ibu Tiri lagi. Lagipula usia Regdar juga belum terlalu tua untuk menikah lagi.
Dan hal paling penting yang Stella tahu tanpa perlu dijelaskan oleh siapapun, bahwa wajah Irsiabella sangat merepresentasikan wajah Nyonya Ravelsa. Rambut hitam, manik kuning keemasan, dan bibir merah mudanya.
Tidak heran kalau Regdar sangat menyayangi Irsiabella.
Stella mendekati pintu itu agak ragu, sebelum akhirnya tangannya meraih kenop pintu dan mencoba memutarnya. Macet, rupanya pintu itu masih terkunci.
"Nona? Nona mencari Tuan?"
Seseorang menegurnya, nyaris membuat Stella meloncat karena terlalu terkejut. Rupanya yang menegurnya adalah pelayan rumahnya. Wajahnya terlihat familier, hanya saja Stella tidak sanggup menghafal semua nama-nama mereka.
"I-iya. Ayah kemana ya? Aku belum melihatnya dari pagi," ucap Stella dengan gugup.
"Tuan sedang keluar, Nona." Oh iya, sebenarnya Stella sudah tahu soal itu.
"Oh, begitu. Kapan Ayah pulang?" tanya Stella.
"Sepertinya baru akan kembali sore nanti, Nona," jawab pelayan itu. "Apa perlu saya cari tahu kemana Tuan pergi?"
"Tidak perlu, aku akan menemuinya saja nanti, setelah Ayah pulang," jawab Stella.
Pelayan itu tiba-tiba saja tersenyum cerah, "Ngomong-ngomong, selamat atas kunjungan keluarnya nanti dan untuk akademi publiknya, Nona! Saya turut senang!"
Perlukah Stella mulai membuat daftar untuk orang-orang yang sudah memberikan ucapan selamat untuknya? Ini sudah yang kelima kalinya hari ini dan ini masih di pagi hari.
Memangnya, seluar biasa itu, ya?
"Terima kasih," balas Stella sambil memaksakan senyumnya.
Melihat segerombolan pelayan dari salah satu sudut pertigaan, Stella langsung bersiap-siap untuk kabur.
Sebelum ada ucapan selamat-selamat lainnya dan membuat pencarian buku sihir Irsiabella semakin lama.
"Kalau begitu, aku kembali ke kamar dulu, ya! Sampai jumpa lagi!"
Pelayan di depan Stella tampak kebingungan, jelas saja karena Stella terlalu panik dan tidak mencerminkan sikap Irsiabella sama sekali. Stella lupa akan hal itu dan fokus utamanya hanyalah kabur dari sana secepat mungkin.
"N-Nona Irsiabella, tunggu."
Benar saja, Stella langsung batal berlari karena pelayan itu menahannya.
"Apa yang Nona inginkan untuk makan siang nanti?" tanyanya.
Stella mengedipkan matanya bingung, "Bukannya biasa menunya sudah diatur dan dipersiapkan?"
"Hari ini Tuan meminta kami menanyakannya pada Nona. Tuan bilang, anggap saja sebagai permintaan maaf karena tidak bisa menemani Nona makan siang," jelas pelayan itu.
Apa dia selalu makan dengan Irsiabella? Ayolah, ini hanya satu kali makan. Tidak makan bersama satu kali tidak akan membuat rasa makanannya berubah, kan?
"Apa saja boleh, semua makanan yang kumakan enak." Stella mengucapkannya dengan buru-buru, lalu semakin panik ketika melihat kerumunan pelayan berjalan mendekat ke arahnya. "Sudah dulu, ya!"
"N-Nona! Hati-hati, jangan berlari!"
Stella tetap melanjutkan larinya dan menengok ke belakang sekilas, "Aku tidak berlari, kok! Ini sedang jalan cepat!"
***
Stella sudah berhasil kembali ke kamarnya. Semua usahanya dari pagi tadi tidak membuahkan hasil, dia tidak menemukan satu pun buku sihir yang disimpan Regdar. Mungkin sudah terhitung dua jam yang lalu sejak dia memulai pencariannya setelah menyelesaikan sarapannya.
Nihil. Dimana sebenarnya Regdar menyimpannya?
Stella cukup yakin kalau Regdar tidak mungkin membuang buku sihir itu. Pasti sulit bagi keluarga Ravelsa untuk memiliki buku-buku itu, sebab memang Ravelsa tidak mempunyai kekuatan sihir secara garis keturunan.
Seingat Stella, dalam cerita The Fake Princess, tidak ada siapapun yang tahu mengenai kekuatan Irsiabella sampai umur Irsiabella 16 tahun. The Fake Princess menjelaskan dengan sangat singkat, bahwa kekuatan Irsiabella akhirnya terungkap ketika Irsiabella tidak sengaja menjernihkan telaga di kuil agung.
Stella lupa acara apa yang membawa Irsiabella di kuil agung ketika usianya enam belas tahun, tapi yang jelas dia harus bersiap-siap nantinya.
Setelah kupikir-pikir, aku lebih tahu banyak tentang Putri Felinette daripada Irsiabella sendiri.
Namun, tentu saja itu menjadi hal yang wajar, mengingat cerita itu ditulis oleh seseorang yang terbangun sebagai Putri Felinette.
Apakah dunia ini adalah mimpi? Ataukah dunia ini adalah dunia kedua setelah kematian?
"Memusingkan," gumam Stella sembari berjalan ke arah sudut kamarnya.
Diambilnya sebuah buku paling pojok atas kanan, dimana dia menyimpan rencana yang dicoretnya di buku itu. Stella memposisikan dirinya duduk dan ditaruhnya buku itu di atas pangkuannya. Buku itu tidak berdebu, jadi setidaknya gaun merahnya tidak akan kotor.
Plan B (revisi)-nya masih buntu. Stella tidak bisa menemukan petunjuk lain mengenai pemuda bermata merah yang akan membunuh Putri Felinette. Atau tetap mempelajari sihir sebagaimana seharusnya Irsiabella melakukannya, sebab Stella saja belum mendapatkan kepastian apakah dirinya bisa menggunakan sihir Irsiabella atau tidak.
Lalu mengenai usahanya untuk mencoba berteman dengan Putri Felinette. Astaga, saat ini itu benar-benar terdengar sangat mustahil. Untuk keluar dari kamar Irsiabella saja, Stella agak kesulitan apalagi kalau sampai keluar dari rumah Ravelsa dan pergi ke kerajaan. Mustahil, mustahil, mustahil!
"Astaga, apa yang kupikirkan ketika menyusun rencana B ini?" erang Stella dengan frustrasi.
Tidak ada satu pun rencananya yang bisa dicentang, sebab Stella benar-benar belum melakukan apapun.
Stella menghela napasnya panjang, "Putri Feline saat ini sedang apa, ya?"
Saat ini usia Putri Felinette juga 13 tahun, sama seperti Irsiabella. Tidak ada siapapun yang tahu mengenai 'Putri Felinette yang tidak memiliki sihir' dan itu artinya saat ini, Putri Felinette pasti masih hidup seperti putri pada umumnya.
Baiklah, itu agak melegakan, setidaknya untuk saat ini.
Stella menyandari punggung kursi dan kembali menghela napas panjang. Satu-satunya tempat yang dipikirkannya hanyalah kamar Regdar. Mungkin saja Regdar menyimpannya di dalam sana, kan? Kalau seperti ini, berarti Stella harus menunggunya pulang?
"Padahal masih ada setengah hari tanpa Regdar, kenapa aku malah tidak melakukan apa-apa?" gumam Stella.
Sesuatu dari dalam dirinya membara-bara penuh semangat.
Tidak, tidak! Irsiabella sedang libur dari Regdar dan dari kelas khususnya. Aku harus produktif di hari libur begini!
Refleks, Stella berdiri dan menjatuhkan bukunya.
Stella memungut buku itu sambil tersenyum masam, "Mana mungkin Irsiabella barbar begini."
Mendadak, Stella terdiam, sebab buku itu terbuka di lambaran tengah dan ada sebuah coretan tangan yang agak berbeda daripada tulisan di sekitarnya.
...cara berpindah tempat (T̶r̶a̶n̶s̶p̶o̶r̶t̶a̶s̶i̶ TELEPORTASI).
Eh, tulisan tangan siapa ini? Irsiabella?
Pelan-pelan, Stella mengangkat buku itu dari atas karpet dan mulai membacanya, "Karena memerlukan mana yang banyak, pastikan melakukannya setelah makan dan istirahat cukup ... Apa-apaan ini?"
Stella mengerutkan keningnya dan mulai memeriksa tiap lembar perlembarnya. Namun hanya halaman itu dan halaman paling belakang yang diisi oleh tulisan tangan dengan tinta yang lebih hitam. Halaman yang di tengah sepertinya ditulis oleh Irsiabella yang asli, sedangkan di halaman paling belakang adalah tulisannya mengenai rencana-rencananya.
"Kalau memang ini tulisannya Irsiabella, berarti ini mungkin bisa bekerja!" Stella memeluk buku yang masih terbuka itu sambil melompat-lompat kegirangan. Gaunnya menyentak mengikuti iramanya melompat.
Stella membawa buku itu ke tempat tidurnya, duduk dalam posisi bersila, lalu melanjutkan bacaannya.
"Pejamkan mata dan mulailah membayangkan tempat tujuannya. Kalau mau ke sana, tinggal membayangkan bunga mawar merah dan jangan lupa membungkuk. Hm? Kemana?" Stella mengerutkan kening, tapi tetap mengikuti instruksi yang ditulis di buku itu. "Memangnya ini bisa berhasil? Lalu apa bedanya dengan tidur bia--"
Ketika Stella membuka kembali matanya, semua pemandangan di depannya langsung berubah menjadi gelap.
"H-Hah?"
Hanya ada satu garis putih terang yang melintang, membuat Stella yakin bahwa dia berada di sebuah ruangan gelap dan pintu di depannya. Saat mencoba berdiri, kepalanya malah terbentur dengan sesuatu yang keras di atasnya.
"Aduh ..." rintih Stella pelan-pelan. Dia tidak ingin suaranya malah memancing para pelayan untuk mengetuk pintu kamarnya. "Berteleportasi sih, iya, tapi mengapa malah di tempat sempit seperti ini, sih?"
Sembari mengusap kepalanya, Stella mendorong sesuatu di depannya dengan sikunya. Namun karena terlalu berat, dia mulai mendorongnya dengan bantuan kakinya.
Memalukan. Tidak ada yang boleh melihat Irsiabella seperti ini.
Ketika pintu itu terbuka, Stella pun keluar dari tempat sempit dan gelap itu. Rupanya dia berada di dalam sebuah lemari. Lemari kecil yang tidak terisi apapun.
Lalu, Stella mulai memperhatikan sekelilingnya.
Dia berteleportasi di sebuah ruangan yang tidak dikenalnya.
***TBC***
15 November 2020
Paus' Note
Huhuhu maaf yaaa, aku semalam ketiduran.
Pengin nulis lagi hari ini, semoga enggak ketiduran lagi yaaa!
See you next chapie!
Big Love,
Cindyana
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro