Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

56. Hari Pertama Felinette de Terevias

"Felixence, tidakkah kau berpikir kalau kau terlalu perhatian berlebihan dengan adikmu? Dan mengabaikanku yang merupakan tunanganmu sendiri?"

***

Luna bisa langsung menyadarinya, bahwa Irsiabella tidak lagi menyambutnya seantusias malam itu. Baru beberapa pekan berlalu sejak hari itu, tetapi segala bayangan mengenai kemunculan Irsiabella yang tidak terprediksikan masih saja menghantui pikirannya.

Sekarang pun situasinya tak jauh berbeda. Irsiabella Ravelsa ada di hadapannya, menampilkan wajah yang penuh keresahan dan kegelisahan. Barangkali mengutuk Aurorasia dalam hati karena telah meninggalkannya dengan Putri Felinette.

Luna sudah tahu, banyak rumor yang berseliwuran di luar sana mengenai hal-hal buruk tentangnya. Tampaknya negeri ini memang gemar mencari kelemahan dan kesalahan orang lain, lalu menyebarkannya secepat angin berhembus.

Pertanyaan Luna juga masih sama; mengapa Irsiabella bisa ada di akademi publik?

"Apakah Tuan Putri lapar?" Irsiabella bertanya dengan hati-hati.

Sebenarnya, masih ada sekeranjang makanan ringan yang dibawa dari istana. Namun, Luna lebih penasaran dengan bentuk makanan 'normal' di dunia ini. Dan lagi, Luna tidak boleh hanya berdiam diri di kamarnya. Jika hanya berdiam diri, untuk apa dia bersusah payah membuat permintaan dan membuat alasan untuk bergabung dalam akademi publik?

Masih hanyut dalam pemi  kirannya dan baru saja hendak menjawab pertanyaan Irsiabella, gadis itu malah lebih dulu masuk ke ruangan yang berada tepat di depan kamar Aurorasia—sepertinya kamarnya. Tak lama kemudian, Irsiabella keluar dengan beberapa kue mangkuk yang tertata rapi di atas piring.

"Ini, Tuan Putri, cobalah."

Luna baru saja hendak menolak karena teringat dengan persediaan makanan yang dibawanya. Hatinya agak tidak enak karena menolak niat baik Irsiabella, tetapi Luna terus meyakinkan dirinya untuk tetap memberi batas antara hubungannya dan Irsiabella.

Di masa depan nanti, keberadaan Irsiabella akan mengancam hidupnya. Itu yang terus ditekankan Luna.

Irsiabella mengambil satu kue mangkok dari piring itu dan langsung mencicipinya, "Rasanya enak, lho."

Senyuman polos Irsiabella, entah mengapa membuatnya luluh.

Luna tidak pernah benar-benar mengenal Irsiabella. Namun seingatnya, gadis itu selalu mengucapkan kata-kata apa adanya dan selalu teguh dengan pendiriannya. Sepertinya, Irsiabella tidak akan berhenti menyodorinya kue mangkuk itu sampai Luna menerimanya.

Pada akhirnya, Luna mengambil satu kue mangkuk itu dengan ragu. "Terima kasih."

Luna bisa melihatnya; tatapan tertegun sejenak dari manik emas Irsiabella, yang berikutnya membuat senyuman gadis itu semakin melebar senang.

"Sama-sama, Tuan Putri."

Ah ... sudah lama aku tidak mendengarkan kata itu, pikir Luna.

Biasanya, setiap Luna mengucapkan 'terima kasih', orang-orang akan keheranan dan memintanya untuk tidak berterimakasih, sebab seorang putri mahkota tidak perlu merasa berhutang budi atas apapun.

Luna terdiam cukup lama setelah mencicipi kue mangkuk itu.

Entah mengapa, ada rasa yang sedikit familier di lidahnya.

"Bagaimana rasanya?" tanya Irsiabella, tampak antusias.

"... Enak."

Irsiabella tidak mengatakan apapun lagi setelahnya, hanya tersenyum dan tampaknya bersiap menyodorkan kembali piringnya jika Luna telah selesai menyantap. Sadar akan hal itu, Luna putuskan untuk menikmati kuenya pelan-pelan.

"Oh ya ..., saya ingin meminta maaf atas kelancangan saya terhadap Tuan Putri malam itu."  

Memangnya, kelancangan apa yang kau lakukan?

"Saya terlalu antusias sewaktu melihat Anda. Ah, tapi, Tuan Putri ... mungkin tidak mengingat saya."

Mana mungkin aku tidak mengingatmu.

"Aku ingat." Luna menampakkan sedikit senyumannya. "Kau putri dari keluarga Ravelsa."

Irsiabella tampak kaget dengan hal itu. Tentu saja. Saat ini dia pasti berpikir bahwa keluarga Ravelsa tidak punya koneksi dan kenalan yang kuat untuk bisa membuat anggota kerajaan menyadari keberadaannya. Nyatanya, Luna telah melihat masa depan dan itu tentu akan berubah sebagaimana hasilnya.

"Tuan Putri ternyata mengingat saya ..., saya senang." Irsiabella menutupi senyumannya, meski Luna bisa langsung melihat kesenangan dari matanya.

Terkadang, Luna merasa tidak familier setiap bercermin sebagai Felinette. Refleksi di depannya tampak tidak senyata itu. Tapi pernah, Luna sadar bahwa refleksi Felinette mulai terbiasa di matanya. Felinette punya wajah yang cantik, tapi Luna juga tidak akan menyangkal bila harus mengakui betapa cantiknya Irsiabella.

"Kau sudah lama berteman dengan Nona Swanbell?" Entah darimana ide itu, tiba-tiba Luna mempertanyakan kegelisahannya.

"Sebenarnya, kami baru berkenalan malam itu," jawab Irsiabella setelah keheningan selama beberapa saat.

Meskipun Aurorasia langsung berani membelamu tanpa pikir panjang?

"Kalian seperti sudah berteman lama," ucap Luna, yang tentu saja diam-diam mereferensikannya pada hubungan pertemanan mereka di masa lalu.

Irsiabella tampak salah tingkah, tetapi tidak menyanggah untuk alasan yang tidak bisa ditebak Luna.

Dari perkataan yang dibuatnya sendiri, Luna tersadar bahwa pertanyaannya itu memang bisa membuat orang lain merasa tidak nyaman. Maka dari itu, Luna memilih berdeham pelan.

"Itu kamarmu?" Luna bertanya setelah berjuang keras mencari topik pembicaraan untuk mengakhiri kecanggungan mereka.

"Iya, benar, Tuan Putri," jawab Irsiabella langsung.

Tadi Irsiabella masuk ke kamar itu untuk mengambil kue mangkuk, jadi tentu saja itu memang kamarnya. Namun masih belum ada papan nama tanda pemilik kamar, karena Irsiabella  juga baru datang tadi pagi. Kamarnya dan milik Aurorasia hanya berseberangan, hal yang mungkin membuat keduanya semakin akrab.

Tak lama setelah itu, Aurorasia datang bersama salah seorang wanita paruh baya yang menggunakan seragam pengurus. Setelahnya, keduanya kembali ke kamar masing-masing, membiarkan Luna berbicara empat mata dengan pengurus itu mengenai jadwal pengantaran makanan dan menu yang lebih berbeda daripada yang tersaji di ruang makan akademi.

Dalam hati Luna, ada sedikit perasaan tidak nyaman. Bukan ini tujuannya memilih untuk bersekolah di akademi publik.

*

Hari berganti hari dan akhirnya kelas di akademi publik resmi dimulai.

Luna tidak terlalu sering keluar dari kamarnya. Namun melihat reaksi murid-murid yang menatap kekaguman ke arahnya, Luna tahu bahwa rumor mengenai Putri Felinette yang bersekolah di akademi publik memang telah menyebar luas.

Meskipun manik berwarna biru memang agak umum di negeri Terevias, tetapi rambut pirangnya masih bisa dibilang langka. Dan seragam sekolahnya yang berwarna biru membuat Felinette tampak sangat cocok dengan paduan warna itu.

"Sayangnya saya tidak bisa menemani Tuan Putri untuk masuk ke dalam kelas, karena kita ada di tingkatan yang berbeda," jelas Aurorasia ketika mengantarkan Luna di depan sebuah pintu besar.

Aurorasia memang setahun lebih tua dibandingkan Felinette atau Irsiabella, jadi wajar saja mereka memang ada di tingkatan kelas yang berbeda.

"Bagaimana dengan Nona Ravelsa?" Luna baru memutuskan untuk bertanya setelah keheranan sejak dari perjalanan kamar sampai di kelasnya.

"Hari ini adalah ujian terakhirnya untuk menentukan kelasnya. Sebelumnya Irsiabella belum pernah mengikuti kelas formal dan selama ini hanya mendapatkan kelas informal dari rumah. Jadi, adalah hal yang wajib untuk memastikan bahwa ia memang bisa mengikuti pelajaran di tingkatan seumurannya."

Meskipun selama ini Felinette juga hanya menerima ilmu dari istana, tetapi semua kelas yang diterimanya saat ini juga bisa dikategorikan sebagai kelas formal karena yang mengajarinya adalah guru-guru yang juga berpengalaman dalam mengajar di berbagai sekolah di negeri Terevias.

Luna sudah tahu bagaimana nasib Irsiabella. Dia akan berhasil lolos dan ditempatkan sesuai dengan tingkatan seumurannya. Atau itu yang memang sebenarnya terjadi dalam kisah aslinya, bahwa ketika umur Irsiabella yang ke lima belas tahun, dia akan mulai membuka diri untuk bersekolah di akademi publik, lalu namanya mulai naik ketika umurnya yang ke-enam belas di akademi publik.

"Kau memanggil Nona Ravelsa dengan namanya?" tanya Luna.

Aurorasia langsung tampak panik, "M-maaf, saya refleks, Tuan Putri."

...Sampai kapan Aurorasia akan memanggilnya Tuan Putri?

Apakah Aurorasia baru akan berhenti memanggilnya demikian setelah mengetahui tentang ketidakmampuannya menetralisir racun dan menggunakan kekuatannya?

Luna melirik pintu itu dengan perasaan tidak nyaman. "Terima kasih telah mengantarkanku, Nona Swanbell."

"Tidak perlu berterima kasih, Tuan Putri. Saya sudah berjanji akan membantu jika Anda membutuhkan bantuan," ucap Aurorasia.

Kau berjanji dengan siapa? Kak Felix?

 Luna mengatupkan bibirnya rapat-rapat agar dirinya tidak refleks mempertanyakan hal itu.

Kembali, Luna melirik pintu itu. Rasanya tidak jauh berbeda ketika dirinya pertama kali akan masuk sekolah sewaktu SD dulu. Ada banyak perasaan ragu untuk masuk di antara orang-orang yang tidak dikenalnya sama sekali. Namun, untuk menjadi bagian dari mereka, Luna harus mengalahkan ketakutan itu.

...Waktu itu, ada Stella yang membawanya masuk di hari pertamanya.

Luna menahan diri agar jangan menghela napas. Bagaimanapun juga, Aurorasia sudah memberikan iktikad baik dengan repot-repot mengantarkannya sampai ke pintu depan. Memang, Luna belum bisa mempercayai Aurorasia seratus persen, tetapi selama Aurorasia tidak melakukan hal-hal mencurigakan yang dapat merugikan dirinya, itu tidak masalah.

Bahkan, dia mau menunggu sampai Felinette benar-benar masuk ke dalam!

Apa yang Kak Felix katakan padamu sampai harus mengawasiku seperti itu?

Belum sempat Luna membuka pintu, tiba-tiba terdengar suara dari belakangnya.

"Lho? Irsi—Nona Ravelsa? Kau sudah selesai?" tanya Aurorasia.

"Iya, ternyata selesai lebih cepat dari dugaanku."

Luna pun refleks menolehkan kepalanya, melihat kedatangan Irsiabella yang sudah memakai seragam yang serupa dengannya. Meski tidak selaras dengan warna mata atau warna rambutnya, Irsiabella tampak sangat pantas dengan seragam biru itu.

Setelah Luna memperhatikan lebih jelas, rupanya Irsiabella datang bersama dengan seorang pemuda yang juga berseragam sama sepertinya.

"Selamat pagi, Tuan Putri." Irsiabella dan pemuda bermata hazel yang berdiri di sampingnya menyapa begitu melihatnya.

"Selamat pagi," balas Luna dengan formal.

"Selamat datang di akademi publik, Tuan Putri," ucap pemuda itu sambil membungkuk hormat kepadanya.

Luna mengangguk sekilas, lalu kembali melihat pintu besar yang ada di sampingnya. Tampaknya, Luna tidak akan masuk sendirian di hari pertamanya di akademi publik.

"Kalau begitu, aku izin masuk ke dalam kelas dulu. Terima kasih sudah mengantarkanku sampai di sini, Tuan Muda Whistler."

Pemuda itu tersenyum tipis, "Tidak masalah, Nona Ravelsa."

Rupanya, Irsiabella mengenal putra Marquess Whistler lebih cepat daripada dugaannya. Seingatnya, Marquess Whistler mempunyai dua orang anak putra. Luna tidak terlalu ingat dengan nama mereka, tetapi putra tertua Marquess Whistler cukup terkenal karena memiliki bakat sihir yang hebat.

Irsiabella pun tanpa keraguan langsung mendorong pintu besar itu, lalu membalikkan kepala dan menatap ke arah Luna.

"Ayo, Tuan Putri. Saya akan berjalan di belakang Anda."

Luna pikir, dia akan menyerah di hari pertamanya. Rasanya tidak jauh berbeda seperti memiliki seorang kakak yang membimbingnya di tengah kesesatan dan ketidakpastian. Luna sudah pernah merasakannya, ketika bersama Pangeran Felixence, atau ketika bersama Stella.

Aku ingin lebih berani, pikir Luna.

Luna juga mengerti alasan mengapa karakter Irsiabella sangat disukai oleh semua orang. Irsiabella memang pemberani.

Ketika berjalan masuk, samar-samar Luna bisa mendengar suara Aurorasia yang berbicara dengan putra Marquess Whistler.

"Ray, dimana kakakmu?"

Lalu, suara mereka tidak lagi terdengar karena pintu kelas itu tiba-tiba tertutup kembali.

Luna sama sekali tidak merasa gugup dengan tatapan murid-murid yang memang fokus melihat kedatangannya di kelas. Bukan karena dirinya tidak berdiri sendirian di depan kelas, atau karena yang berdiri di sampingnya adalah Irsiabella Ravelsa.

Namun, Luna merasa sangat janggal karena alasan lain.

Seharusnya,  umur putra Marquess Whistler lebih tua setahun dibandingkan Pangeran Felixence.

Sedangkan, selisih umur putra tertua Marquess Whistler dan putra keduanya terpaut cukup jauh.

Tunggu ... seharusnya memang seperti itu, kan?

***TBC***

23 Juli 2021

Paws' Note

Yak! Seperti yang sudah kalian duga, kita akan memasuki arc. Rayward Whistler!

Sudah mulai kelihatan kan yaaaaa? Kalau kalian enggak ngeh, kalian fix enggak peka!

Petunjuk lain akan mulai kutebar di chapter besok, ketika POV Stella. Namun, akan lebih baik lagi jika kalian sudah mulai menyiapkan konspirasi untuk mencocokkannya dengan petunjuk chapter depan. Kuyakin kalian bakal sukak!

Huhu boleh terharu sama cerita sendiri enggak sih? Enggak nyangka bisa bikin cerita yang misterinya disusun kek gini/hiks/ Enggak nyangka juga kalau Stella dan Luna bisa ngomong normal tanpa saling tahu bahwa mereka kakak-adik.

Selalu ingat kata paus! Cerita ini enggak akan bisa jalan jika kalian hanya fokus dengan POV Stella atau POV Luna. Mereka saling memiliki satu petunjuk untuk membantu konspirasi cerita ini~

Huhuhu, sama boleh bangga enggak sih karena cerita ini lebih menarik karena trope sisterhood-nya? Yaaaa, walau kutahu kalian juga nunggu romance-nya.

Intinya, aku cukup happy sama cerita ini.

oKeee, sudah yuk bacot-bacotnya, Cin. Yuk pamerin fanartnya~

Pemilik fanart ini mohon segera klaim gambarnya, yaa! Biar aku bisa tag kalian secara official. Atau bisa komen aja di inline ini agar aku bisa lebih mudah menemukan kalian. Terima kasih banyak!

See you on the next chapter!

Big love from Trilangit / Triangkasa! (((akhirnya paus galau mau pake yang mana ahahahha))))—tapi sih intinya sama saja, hehehe.

CAO!

Cindyana H / PrythaLize

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro