Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

51. Pemuda Bermata Merah dan Irsiabella Ravelsa

"Bahkan setelah tak mendengarnya sekian lama,
Aku masih bisa ingat bagaimana suaramu waktu tertawa."

***

"Selamat malam, Irsiabella."

Pemuda bermata merah itu menyapanya dengan nada rendah. Suaranya pelan, seolah bisa tenggelam dibawa oleh angin. Namun, Stella yakin bahwa itu memang suara pemuda itu.

Manik merah darahnya menatapnya dalam. Stella tidak bernyali untuk menatapnya lama-lama, tetapi entah apa yang membuatnya terus membalas balik tatapannya.

Apakah ini yang terjadi dengan Luna? Apakah ini yang Luna rasakan? Stella punya banyak pertanyaan yang masih mengganjal di pikirannya, tetapi tidak ada apapun yang bisa dilakukannya selain terbungkam dan menyaksikan lensa merah itu tengah menatapnya lekat-lekat.

Hanya ada suara gesekan dedaunan dari pepohonan yang tumbuh di dalam kawasan rumah Ravelsa. Sesekali hembusan angin malam melewati mereka, membuat rambut hitam Irsiabella yang terurai ikut dipermainkan oleh angin. Jubah gelap yang membungkus tubuh pemuda bermata merah itu ikut berkibar sesekali.

Sudah terlalu lama terdiam dalam keheningan dan hanya melihat detail-detail yang ada, Stella pun akhirnya tersadar bahwa itu bukanlah jawaban. Stella harus melakukan sesuatu, ia harus menyelamatkan dirinya sebelum memiliki nasib yang berakhir sama dengan Putri Felinette.

"...Kau mengenalku?" Itu satu-satunya pertanyaan yang diluncurkan Stella dari sekian banyaknya pertanyaan yang ada.

Pemuda bermata merah itu melangkah turun dari balkon. Stella juga refleks mengambil satu langkah mundur, mencoba tetap menjaga jarak mereka. Stella sudah tahu berapa lama waktu yang dibutuhkannya untuk melarikan diri dengan teleportasi. Ia tahu bahwa nyawanya akan tetap aman jika tetap mempertahankan jarak di antara mereka.

Pemuda bermata merah itu terdiam selama beberapa saat setelah menyadari bahwa Stella menghindarinya terang-terangan, tetapi akhirnya dia memutuskan untuk menjawab pertanyaan gadis itu.

"Aku sudah memperhatikanmu cukup lama," jawabnya singkat.

...Penguntit?

Mau tak mau, Stella makin merasa waswas dan memutuskan untuk memperjauh jarak mereka satu langkah lagi.

Berlama-lama terjebak bersama seorang pembunuh hanya berdua di tengah malam sepertinya adalah ide terburuk yang pernah ada. Jika ada satu gerakan saja yang mencurigakan dari pemuda ini, Stella sudah bersiap-siap menjerit sambil melakukan teleportasi. Itu rencana sempurna untuk tetap aman dan membuat keributan yang akan membuat pemuda bermata merah itu pergi.

"Itu membuatku sadar kalau kau kehilangan ingatanmu," lanjutnya.

Stella yang tadinya berperang batin untuk meninggalkan kamarnya secepat mungkin, langsung menatapnya tertegun.

Apa katanya? Stella terbungkam, bersama banyaknya keinginannya yang terjatuh bebas menyisakan keraguan yang dalam.

Apakah mungkin...?

"Apa kita saling mengenal?" tanya Stella, berusaha untuk tidak terdengar ketakutan.

Saat ini Stella bukan takut tentang hidupnya yang mungkin terancam bahaya.

Stella takut bahwa asumsinya selama ini tentang Irsiabella memang benar.

"Namamu Irsiabella Ravelsa. Kekuatanmu muncul pertama di musim gugur sewaktu umurmu sepuluh tahun, ketika kau tidak sengaja menumbuhkan bunga mawar-mu yang mulai kering. Aku tidak tahu apakah kau masih mengingatnya atau tidak, tapi setidaknya itu yang dulu kau ceritakan kepadaku." Ia mulai bercerita, tetapi semakin cerita itu memanjang, semakin besar pula ketakutan dan kengerian yang dirasakan Stella. "Ada tiga orang yang mengetahui kekuatanmu; Ayahmu dan pelayanmu yang bernama Sera."

Stella tidak mempertanyakan tentang orang ketiga yang mengetahui kekuatannya, sebab jawabannya sudah pasti ada di depan matanya. Fakta itu amat mengguncang hatinya, bahwa pemuda bermata merah itu mengetahui rahasia besar Irsiabella dan bahwa sebenarnya Irsiabella yang asli memang mengenalnya.

... Tolong, jangan bilang alasannya membunuh Putri Felinette karena ...

Malam ini cukup banyak kejadian yang membuatnya terpukul. Semua datang di saat bersamaan, membuatnya tidak sempat mencerna semuanya satu persatu.

Pemuda itu mengambil satu langkah untuk mendekat. Namun, semua kenyataan yang sedang dihadapinya ini membuatnya tak mampu mundur lagi.

Jika saja ternyata akhir The Fake Princess memiliki latar belakang seperti yang diasumsikan Stella, maka kemungkinan besar antagonis utama dalam kisah ini bukanlah Aurorasia atau pemuda bermata merah di depannya. 

Mungkin saja, masalah utamanya adalah Irsiabella Ravelsa.

Setelah dipikir-pikir lagi, Stella memang merasa janggal dengan penempatan tokoh yang dipikirkannya. Aurorasia tidak tampak seperti seseorang yang akan melakukan hal itu tanpa alasan, jadi bisa saja Irsiabella yang memberikan pengaruh buruk untuknya. 

Itu artinya, dugaan Stella tentang salah pergaulan Aurorasia memang benar. 

Dari dalam hati Stella yang paling dalam, Stella ingin menolak mempercayai itu. Namun semua bukti-bukti nyatanya telah terpampang di depan mata. Kemungkinan bahwa Irsiabella juga adalah akar di balik semua permasalahan yang dihadapi Putri Felinette.

Pemuda bermata merah itu menurunkan tudung gelapnya, memperlihatkan rambut peraknya yang mengkilat karena cahaya rembulan. Angin malam itu juga membuat helaian rambut berantakannya bergerak sesekali. Diaturnya jubah agar tidak mengganggu pergerakannya, tetapi Stella hanya diam mengamati pergerakannya yang masih dinilai normal baginya.

Berdasarkan deskripsi yang pernah dituliskan Luna, Stella tahu bahwa ada sebilah pedang yang tersembunyi di balik jubah itu, tetapi Stella lebih suka memastikan bahwa pemuda itu memang tidak akan mengeluarkan pedang itu untuk menyakitinya, apalagi dalam jarak mereka yang hanya selisih beberapa langkah.

"Aku tahu apa yang kau pikirkan sekarang," ucap pemuda itu.

Stella agak kaget, tetapi mencoba untuk tetap tenang dan bertanya, "Apa?"

"Ini seperti pertama kalinya kau melihat seseorang dengan mata berwarna merah, kan?" tanyanya balik.

Bukan seperti. Kenyataannya, ini memang pertama kalinya.

"Kau tahu apa yang kau katakan saat pertama kali melihatku?"

"Apakah kita berteman?" Stella memutuskan untuk mengabaikan pertanyaan dari pemuda itu dan mempertanyakan hal yang lebih membuatnya penasaran.

"Sejujurnya, aku tidak tahu kau menganggapku apa," jawabnya.

"Apa aku tidak pernah mengatakannya?" tanya Stella.

"Tidak, kau tidak pernah bilang."

Pada akhirnya satu-satunya pilihan yang tersisa hanyalah mengikuti apa yang diinginkan pemuda ini. Stella tidak bisa menyangkal perkataan pemuda bermata merah tentang Irsiabella yang melupakan ingatannya, sebab itulah peran yang Stella mainkan saat ini; Irsiabella yang amnesia.

Selain itu, Stella tidak punya pengetahuan apapun tentang hubungan kedua orang yang ternyata berperan penting dalam cerita The Fake Princess, jadi sangat mustahil bagi Stella untuk mengarang cerita lain. Bahkan Luna juga sama sekali tidak memprediksikan tentang hubungan dua orang ini, kan?

Entah apa hubungan Irsiabella dan pemuda bermata merah ini. Bahkan, pemuda bermata merah itu saja tidak tahu apa apa yang dipikirkan Irsiabella.

"Jangan tersinggung, tapi aku sama sekali tidak mengingatmu sedikitpun."

"Kalau kau ingin aku jujur, aku sangat lega karena kau kehilangan ingatanmu."

Lagi-lagi, Stella merasa waswas. Kenapa? Kenapa dia harus merasa lega? Apakah ada pembahasan berbahaya yang pernah dibicarakan antara Irsiabella dan dirinya? Hanya itu satu-satunya alasan yang dapat Stella dipikirkan.

"Mengapa?" Meski dipenuhi kebingungan, Stella bertanya dengan harapan mendapatkan jawaban yang dapat memberikan pencerahan.

"Karena ..."

Stella menyadari bahwa ia sengaja menggantungkan jawaban untuk menunggu bagaimana reaksinya, karena itu Stella mati-matian mempertahankan raut wajahnya yang tegas.

"Itu artinya, kau tidak membenciku."

... Jawaban macam apa itu?!

"Aku tidak mengerti," ucap Stella.

"Itu membuatku tahu bahwa kau berhenti mengunjungiku karena kau kehilangan ingatanmu, bukan karena kau membenciku," jawabnya.

Mengunjungi?

Secara ajaib, semua logika itu langsung terhubung begitu saja.

Stella langsung teringat dengan keberadaan tempat rahasia yang memiliki taman bunga mawar yang sering dikunjungi oleh Irsiabella. Bahwa di tempat itu, Irsiabella yang asli menghabiskan waktunya bersama dengan pemuda bermata merah ini.

Namun, jika itu memang benar, itu akan memperkuat teori dan asumsi Stella tentang Irsiabella.

Stella benar-benar berharap bahwa taman bunga mawar itu tidak ada hubungannya sama sekali dengan pemuda bermata merah ini.

"Sepertinya ada banyak hal yang berubah sejak kau kehilangan ingatanmu." Pemuda bermata merah itu menatap manik emas Irsiabella dalam-dalam.

Stella hanya bisa diam tanpa memberikan komentar.

"Dulu, kau sangat menghindari publik karena takut kekuatanmu akan terekspos. Namun, sekarang kau melihat bulan purnama di alun-alun kota, menghadiri pesta minum teh dengan bangsawan sebayamu, bahkan mempersiapkan gaun untuk menghadiri pesta besar kerajaan."

 Stella sudah pernah menduganya, bahwa Stella memang pernah melihatnya ketika di malam Winter Moon waktu itu. Dari sana saja, Stella sudah bisa menyimpulkan bahwa pemuda bermata merah ini memang telah mengikutinya sejak musim dingin.

"Itu sebuah kemajuan." Stella mencoba membela diri.

"Ya, kau berubah drastis," ucapnya lagi.

"Aku ingin meluruskan satu hal."

Stella menatap manik merah itu dalam-dalam, mencoba mengabaikan wajah tampan yang tampak pantas dengan surai rambut perak. Stella terus meyakinkan dirinya.

Wajah ini yang paling ditakutkan oleh Luna.

Wajah ini yang menatap Putri Felinette dengan dingin, ketika menggores lehernya dengan pedang.

Stella kembali membuka suara. "Aku tidak tahu apakah perkataanmu memang dapat dipercaya atau semua itu hanyalah hasil bualanmu setelah menguntitku selama beberapa musim. Tapi, jika seandainya itu memang benar—bahwa kita memang sudah saling mengenal sebelum aku kehilangan ingatanku—aku ingin kau sadar bahwa kau tidak terlalu mengenalku sedalam itu untuk menyimpulkan bahwa aku berubah drastis atau tidak."

Hanya sekilas, tapi Stella bisa melihat raut wajah pemuda itu tampak sedikit berubah karena perkataannya. Dia terlihat agak sedih, tapi selanjutnya wajahnya kembali datar.

"Tentu, itu benar. Sepertinya aku memang menyimpulkan terlalu cepat. Aku memang tidak terlalu mengenalmu, ada banyak hal yang tidak kau ceritakan. Maaf kalau kau tersinggung, aku tidak bermaksud membandingkan," ucapnya.

Stella bahkan tidak tahu mengapa dia harus merasa tersinggung. Faktanya, Stella tidak pernah suka dibanding-bandingkan dengan Irsiabella. Setiap Regdar tidak sengaja melakukannya, Stella juga merasa tidak nyaman.

Padahal, Stella tahu bahwa dirinya memang bukan Irsiabella.

"Mengapa kau bisa kehilangan ingatanmu?" tanyanya.

Stella terdiam untuk beberapa waktu. Pemuda ini tahu tentang kekuatannya, tetap Stella merasa sangat tidak nyaman untuk menceritakan tentang kekuatan Irsiabella.

Apakah menceritakan kejadian sebenarnya adalah pilihan tepat? Bahwa sebenarnya Irsiabella menggunakan kekuatannya terlalu banyak hingga menimbulkan ledakan mana ... apakah pemuda ini harus mengetahuinya?

"...Mengapa aku harus menceritakannya?" tanya Stella.

"Tidak, kau tidak harus. Kau juga bisa mengaku kalau kau juga melupakan kronologinya," jawabnya tepat sasaran. "Atau mungkin kau sudah mendengar kronologinya. Kalau dari tebakanku, kau memaksakan kekuatanmu sampai-sampai membuat ledakan mana."

Sialnya, tebakannya benar. Untuk beberapa alasan, Stella tersadar bahwa pemuda bermata merah ini memang sangat mengenal Irsiabella, bahkan mungkin jauh melebihi Stella.

"Kalau memang kau kehilangan ingatanmu karena itu, ingatanmu pasti bisa kembali," ucap pemuda bermata merah itu, tampaknya mencoba menghiburnya.

Yang dia tidak tahu, itu sama sekali tidak bisa menghibur Stella. Jika itu terjadi, Irsiabella yang asli akan kembali dan itu artinya semua upaya-upaya yang dilakukannya selama ini untuk mencegah akhir buruk The Fake Princess akan berakhir sia-sia.

"Aku tidak bisa mempercayaimu," ucap Stella.

"Aku kemari tidak dengan keyakinan bahwa kau akan langsung mempercayaiku," ucapnya.

"Jadi, mengapa kau kemari?" tanya Stella.

"Aku tahu bahwa kau melupakan ingatanmu. Meskipun kau juga melupakanku, aku tetap ingin kau tahu keberadaanku ada," jawabnya. "Eksistensiku nyata dan dengan ingatanmu saat ini, aku ingin kau tahu bahwa aku hidup di dunia ini."

Dramatis, puitis, melankolis. Stella pasti akan berkomentar demikian jika seandainya ada yang mengatakan seperti itu kepadanya dulu. Namun, kini Stella hanya bisa terdiam karena melihat kesungguhan dari kata-kata pemuda itu.

Stella berusaha melihat segala hal dari sisi positifnya. Jika memang Irsiabella adalah biang dari masalah ini, setidaknya Stella dapat mengendalikannya sesuai keinginannya. Stella akan memanfaatkan keuntungan sekecil apapun untuk tetap teguh pada prinsipnya.

Walaupun Putri Felinette bukanlah Luna, walaupun sikap Putri Felinette seperti itu, Stella ingin menyelamatkannya. Stella bisa menyelamatkannya. Stella bisa melakukan sesuatu untuk mengubah alur cerita The Fake Princess.

Stella tidak akan membiarkan pemuda ini membunuh Putri Felinette, lagi.

"Haruskah aku memperkenalkan diri?" tanya pemuda bermata merah itu.

"Tentu saja. Atau seterusnya, kau akan terus menjadi orang asing yang baru kutemui hari ini."

Sang pemuda bermata merah menatapnya selama beberapa saat. Stella berusaha tidak memutus kontak mata dengan lensa merah yang masih menatapnya balik.

"Kita bertemu secara ajaib, ketika percobaan pertama teleportasi membawamu ke dalam lemari kamarku," ceritanya singkat.

Dalam lemari. Dari sana saja, Stella sudah sangat yakin bahwa itu adalah tempat yang sama dengan tempat rahasia Irsiabella.  

"Bukan itu." Stella buru-buru menyela bersamaan dengan debaran jantungnya yang memburu karena belum siap mendengarkan cerita asli.

Cerita yang sepertinya akan semakin membawa alur The Fake Princess dalam kekelaman. Akan ada fakta gelap yang terungkap, Stella tahu itu.

Tentu saja. Sejak awal, itu adalah mimpi buruk dan bukannya dongeng indah pengantar tidur bagi Luna.

Stella belum mempercayai pemuda bermata merah ini sepenuhnya, tetapi dia adalah satu-satunya orang yang mengetahui dan mengenal sifat asli Irsiabella Ravelsa.

"Siapa namamu?" tanya Stella.

"Aku Wolf."

Stella terdiam selama beberapa saat. Wolf? Serigala?

Bermata merah dan berambut perak, sosok yang eksistensinya berbahaya dan tanpa diketahui orang lain. Sepertinya dia memang mirip dengan serigala.

Serigala penyendiri.

Tak mendapatkan respons yang berarti dari Stella, pemuda itu menghela napasnya.

Lalu, tanpa bisa memprediksikan apa yang terjadi berikutnya, dia menaruh tangan kanannya di dada kiri, menempatkan kaki kanannya di belakang. Ketika dia membungkuk, Stella langsung tersadar bahwa itu adalah gaya perkenalan bangsawan secara formal.

Baru kali ini ada yang memperkenalkan dirinya secara formal di depannya. Selama ini Stella baru berkenalan dengan keluarga yang tingkatannya setara atau melebihi Viscount, jadi sejujurnya melihat perkenalan pemuda itu membuat Stella agak tertegun.

"Perkenalkan, namaku Wolverioz," ucapnya.

Setelah membungkuk selama beberapa saat, pemuda bermata merah kembali mengangkat kepalanya dan menatap kembali manik emas Irsiabella. Stella nyaris tersentak karena melihat tatapan matanya yang begitu fokus dan yakin.

"Apa kau sudah puas?" Wolverioz kembali bertanya.

Wolverioz ....

Nama pemuda bermata merah yang selama ini tidak muncul di cerita The Fake Princess akhirnya terungkap malam ini.

***TBC***

13 Juni 2021

Paws' Note

Bingung ga? Bingung dooong.

Semakin banyak teori konspirasi yang bertebaran         ~

Siapa yang benar tentang Wolf yang udah lama temenan sama Irsia? Unjuk jari!

Nah iya, namanya Wolverioz. Aku yakin tadi pada panik waktu dia ngenalin diri sebagai Wolf dan kalian be like "MANA 9 HURUFNYA?!"

Tapi karena aku baik hari mengungkapkannya di detik-detik terakhir, komenan Wolverioz yang memperkenalkan namanya di inline selanjutnya bakal dipenuhi sama komen "NAH 9 HURUF AKHIRNYA BISA BOBOK NYENYAK!"

Tapi paus tidak akan membiarkan kalian tidur nyenyak! HAHAHAHA!

AH, Aku tidak bisa melihat masa depan, tapi ini asumsi berdasarkan komentar kalian tentang huruf-hurufan di cerita ini. Akhirnya ya, semua nama tokoh penting dalam cerita ini terungkap di chapter 51 lol.

BTW Clue tambahan untuk kalian. Dua saudari ini sama-sama pintar. Jadi walaupun punya misi yang sama, mereka punya rencana yang berbeda jauh dari persepsi masing-masing.

Lalu, Wolverioz di sini sekarang menjadi satu-satunya orang yang tahu tentang rahasia Irsiabella yang asli. Soalnya, bahkan Felinette enggak tahu, kan?

Ya, sejak awal aku sudah sering bilang bahwa cerita ini bakal ribet banget. Dan inilah yang kumaksud. Tapi, aku juga mengerti bahwa kalian menyukai keributan, jadi mari kita lanjutkan keributan ini sampai tamat! /woi/

Aku udah lama banget enggak nanyain ini, tapi sampai di chapter ini, apakah kalian masih bisa ngikutin ceritanya?

Barangkali ada sesuatu yang aku skip secara tidak sengaja karena pikiranku meliar gegara kita sudah mulai manjat konflik utama.

Dan dengan segala kerendahan hati, aku minta kritik kalian untuk cerita ini. Apakah alurnya terlalu lambat dan seharusnya bisa dikejar pace-nya? Atau bagaimana? Apakah penjelasanku beribet? Apakah ada kekurangan yang bisa kuperbaiki? Mohon koreksinya ya, kalau kalian menemukannya. /bow/

Sudah di chapter 51, tapi aku jarang banget bilang 'makasih' buat kalian yang masih setia mengikuti ceritaku. Enggak hanya cerita ini, tapi juga cerita-ceritaku yang lain. Kalian beneran sabar banget ngikutin jadwal updateku yang random banget.

Jadi, terima kasih banyak ya!

Aku tahu banyak dari kalian yang rekomen cerita ini ke orang-orang yang juga suka tema isekai. Dan aku belum sempat mengucapkan terima kasih yang banyak-banyak-banyak-banyak-banyak!

Hari ini aku ngebacot panjang lebar begini karena ..., ada sedikit keraguan dalam diriku buat publish chapter ini. Aku agak rada gimana sama chapter ini. Takut ngecewain, tapi cepat atau lambat chapter ini tetap harus ditayangkan :')

Sebenarnya masalahku di cerita lain juga sama. Aku ragu buat update karena takut ngecewain. Huhuhuhu, maafkan malah curcol di sini.

Oke, banyak banget sih bacotanku :')

Terima kasih banyak, semua!

Maaf lagi karena aku enggak bisa ngetag pemilik asli gambar ini, soalnya IG-ku negehapus sendiri semua chat kalian denganku. Padahal sudah kupindah ke chat utama, tapi tetap hilang :')

Mohon pemilik gambar ini segera mengklaim gambarnya, ya!

Love you all! Paus sayang kalian! <3

See you on the next chapter!

Cindyana H / PrythaLize

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro