5. Misi Irsiabella Ravelsa
"Kak, apa mungkin kita bisa bertemu lagi di kehidupan berikutnya?"
***
"Apa makanan hari ini tidak enak? Apakah kau tidak suka? Mengapa kau tidak menjawab Ayah?"
Makanan Stella sudah hampir habis dan ini sudah hampir sepuluh menit sejak pertanyaan pertama Regdar tentang bagaimana pelajaran yang diterimanya hari ini. Namun Stella masih teguh pada pendiriannya untuk tidak mempedulikan pria itu.
"Apakah ada sesuatu yang membuatmu kecewa?" tanya Regdar lagi.
Lagi dan lagi, Stella tidak menjawab sama sekali.
"Apakah ini tentang Nona Dalton?"
Stella berhenti menggerakkan sendok dan menoleh ke arah Regdar. Enggan menjawab, tapi juga enggan melibatkan Arlina dalam rajukannya, Stella akhirnya hanya membalas pertanyaan ayahnya dengan gelengan kepala.
Namun bagi Regdar, itu adalah sebuah kemajuan. Akhirnya dia mendapatkan respons dari Irsiabella!
"Apakah kau menyukai Nona Dalton?" tanyanya.
Stella nyaris memicingkan matanya dan menatap pria itu sinis, tapi ia memilih melanjutkan makannya dan menganggukkan kepalanya pelan.
"Lantas apa yang membuatmu kecewa, Nona Ravelsa?" Regdar bertanya lagi, kali ini tanpa memanggil namanya.
Stella bisa melihat beberapa pelayan berusaha menyembunyikan senyuman karena melihat Tuan mereka seputusasa itu dengan sikap yang diberikan Nona mereka. Namun mereka tetap berusaha bersikap seprofesional mungkin, berdiri tegak dan tanpa ekspresi.
Tidak mendapat jawaban dari putri semata wayangnya, Regdar melakukan terkaan lain.
"Apa kau ingin belajar materi lain?"
Benarkah? Materi lain? Stella kesal sendiri dalam hati.
"Ayah pikir kau akan senang soal itu."
Stella melirik ke arah Regdar yang sepertinya sudah mulai kehabisan akal. Apa Stella terlalu kejam kepadanya?
Regdar akhirnya menghela napas pelan, lalu kembali menoleh ke arahnya.
"Bagaimana kalau begini ..., Ayah akan membawamu ke pesta pernikahan Marquess Whistler yang akan digelar sepekan yang akan datang."
Stella tidak langsung menjawab. Baiklah, ganti rencana. Tadinya Stella sudah mau menyudahi aksi merajuknya karena memang tidak etis melakukannya kepada seorang pria yang bukan ayahnya, tapi tawarannya kini malah membuat Stella sakit kepala.
Irsiabella mungkin tahu apa yang harus dilakukannya di pesta besar seorang Marquess. Namun Stella jelas bukan Irsiabella yang cemerlang itu. Stella tahu itu adalah bangsawan yang berkelas tinggi. Regdar sendiri juga bergelar Viscount seperti ayah Arlina Dalton. Stella hanya mempelajarinya sekilas, gelar tertinggi dipegang oleh Raja, disusul Duke, Marquess, Count, Viscount, dan terakhir Baron.
Mendapat kesempatan untuk menghadiri pesta pernikahan seorang Marquess berarti:
Pertama, bisa bertemu lebih banyak orang. Bukannya Stella punya ketakutan bertemu dengan orang banyak, tetapi Stella benar-benar takut salah langkah dan malah memperburuk reputasi Irsiabella. Opini masyarakat itu benar-benar hal yang menakutkan di dunia ini.
Kedua, bertemu dengan banyak orang dan sekelas bangsawan berarti kemungkinan besar Stella akan bertemu dengan orang-orang yang memiliki kekuatan. Namun hal terpenting yang harus Stella ingat adalah dirinya--Irsiabella--adalah satu-satunya orang yang dianggap pantas menggantikan posisi Sang Putri, berdasarkan cerita The Fake Princess.
Ketiga, Stella belum melakukan apapun sebagai Irsiabella. Jadi, sangat mustahil baginya untuk mencolok di pesta itu.
Lagi, yang paling tidak boleh dilupakan Stella; Irsiabella pasti sangat ingin menghadiri pesta itu. Dan karena saat ini dirinya adalah Irsiabella, Stella harus pergi untuk menggantikannya.
"Akan ada banyak hal yang harus disiapkan," ucap Stella.
Kedua sudut bibir Regdar terangkat begitu mendengar putrinya membalas ucapannya. Regdar tidak tahu apa yang membuat Irsiabella kecewa, tetapi dia akan berusaha membuat gadis itu senang.
"Gaun baru? Pita baru? Perhiasan baru? Parfum baru? Apapun akan Ayah siapkan."
Stella menggeleng, "Aku harus mengulang semua pelajaran etika dan tata krama. Maksudku, aku lupa ingatan, jadi ..."
"Maksudmu, karena sudah membiarkan ayahmu berbicara sendiri selama makan malam?" goda Regdar.
Benar-benar! Stella tiba-tiba merasa menyesal karena sudah berbicara lagi dengannya.
"Ayah hanya bercanda. Alismu jangan mengerut begitu. Irsiabella-ku tidak cocok cemberut seperti itu." Regdar tertawa sembari mengelus kening Stella--ralat, kening Irsiabella--lalu kembali melanjutkan, "Sebenarnya Ayah tidak mau memamerkanmu di pesta pernikahan Marquess Whistler, tapi pasti kau akan mencolok sekali. Putri ayah terlalu cantik dan manis untuk menarik perhatian semua orang."
Lagi-lagi, bukan Stella yang dipuji, tapi dia yang malu setengah mati.
"Mungkin di pesta itu kau akan bertemu dengan banyak teman seumuranmu. Kau bisa berkenalan dengan mereka dan bertukar surat. Barangkali, kalian akan langsung dekat sebelum kau menghadiri akademi publik tahun depan."
Stella langsung membulatkan matanya, "Benarkah?"
"Hm? Soal apa? Mendapatkan teman? Tentu saja, kau pasti akan punya banyak teman," jawab Regdar.
"Bukan. Maksudku, menghadiri akademi publik. Apa aku akan menghadirinya tahun depan?" tanya Stella.
Ini aneh. Stella suka dengan Arlina sebagai gurunya dan tidak akan keberatan jika seandainya Arlina mengajar lebih lama lagi. Namun entah mengapa Stella seolah merasakan kebahagiaan yang seharusnya dirasakan Irsiabella. Memasuki akademi publik dan bertemu dengan banyak orang pastilah keinginan Irsiabella.
"Tentu saja. Keadaanmu sudah membaik saat ini, kau sudah bisa mengikuti akademi publik tahun depan dan tidak akan pernah ketinggalan apapun." Regdar mengelus kepala Irsiabella.
"Benarkah?" Stella tampak ragu.
"Kalau soal ingatanmu, Ayah yakin ingatanmu akan segera kembali."
Kebahagiaan Stella seolah padam seketika, tetapi Stella tidak bisa menunjukkannya terang-terangan.
Stella memaksakan senyumnya, "Terima kasih banyak, Ayah."
Namun, Regdar begitu cepat membaca kecemasannya. "Jangan khawatir, Irsiabella. Ingatanmu kembali atau tidak, Ayah yakin kau akan beradaptasi dengan mudah. Yang paling penting, kau tidak bisa didefenisikan hanya oleh keberadaan ingatanmu. Kau tetap Irsiabella, putri dan harta Ayah satu-satunya di dunia ini. "
Saat perjalanan menuju kamar pribadinya dan diikuti pelayan pribadinya, Stella tidak mendengar apapun ucapan selamat dari Sera tentang acara pernikahan Marquess Whistler, atau tentang dirinya yang akan menghadiri akademi publik tahun depan. Stella jelas tahu, itu adalah hal yang didambakan Irsiabella selama tinggal di rumah ini.
Makan malam berakhir membuat perasaan Stella campur aduk. Banyak sekali hal yang dibicarakan di meja makan, tetapi ketika berbaring di atas tempat tidurnya yang empuk dengan rambut terurai berantakan, Stella hanya bisa mengingat kata-kata terakhir Regdar.
Kau tetap Irsiabella.
Bukan. Stella bukan Irsiabella.
Apakah saat ini Stella sedang merebut kebahagiaan yang seharusnya dimiliki Irsiabella?
Sejak awal membaca cerita The Fake Princess, Stella tidak pernah sekalipun membenci sosok Irsiabella. Baginya, Irsiabella bukanlah tokoh antagonis yang menghancurkan hidup Putri Felinette. Luna hanya sial karena menjadi Putri Felinette saat itu.
Lalu beberapa penggal kalimat yang pernah ditulis Luna, kembali terngiang-ngiang di kepala Stella.
Mengapa Feline tidak bisa menggunakan kekuatannya?
Apakah karena aku bukan Feline yang sesungguhnya?
Apakah karena aku bukan berasal dari dunia ini?
Jika aku menjadi Feline, kemana Feline yang asli pergi?
Sekarang, semua keheranan dan pertanyaan yang ditulis Luna jadi terdengar begitu masuk akal.
Kemana sebenarnya Irsiabella yang asli?
Stella langsung bangkit dari tidurannya. Kepalanya mendadak terasa begitu berat dan tenggorokannya seperti tengah ditusuk. Menyakitkan.
Beginikah perasaan bersalah yang dirasakan Luna selama menjadi Putri Felinette?
Tapi daripada merasa bersalah, Luna mengalami hal yang lebih menyedihkan. Dia menanggung semua hal yang seharusnya dialami Putri Felinette, menggantikannya dihasut publik dan menggantikannya terbunuh.
Stella menggelengkan kepalanya keras-keras. Ada satu jawaban yang harus dicari tahu olehnya sebelum ia tidur malam ini. Jika tidak, kepalanya benar-benar akan meledak!
Apakah Stella bisa menggunakan kekuatan Irsiabella?
Stella segera berdiri untuk menyalakan lampu tidurnya dan berjalan ke arah sudut ruangan dimana buku-buku tersusun rapi di atas rak buku. Usai membaca satu persatu judul buku di sana, Stella jadi yakin bahwa tidak ada satu pun dari buku itu yang menceritakan tentang sihir.
Lalu, Stella kembali teringat dengan kata-kata yang dilontarkan Regdar di malam ketika pertama kali Stella menjadi Irsiabella.
"Ayah akan menata ulang semua buku di rakmu."
Siaaaaal! Stella hanya bisa merutuk dalam hati tanpa berani mengutarakannya dalam wujud Irsiabella.
Dimana Regdar menyembunyikan buku-buku sihirnya?
Besok, Stella harus menemukan setidaknya satu buku sihir yang disita Regdar dan mencobanya dengan tubuh ini.
Dengan begitu, dia mungkin bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mengganggu Luna dan menjawab keingintahuannya.
***TBC***
10 November 2020
Paus' Note
Halo!
Aku tidak menyangka bisa menulis cerita yang beneran slow pace kayak gini. I mean, kayak satu chapter cuma satu momen di ruang makan + sedikit di kamar tidurnya. Apakah pace-nya terlalu lambat?
Aku bakal ngasih clue kepada kalian, karena aku baik hati dan tidak sombong. Di pesta pernikahan Marquess, Stella bakal bertemu dengan seseorang. Wanna take a guess?
Kemungkinan scene di pesta bakal diketik tiga sampai empat chapter lagi, karena chapter depan Stella harus nyari buku sihir dulu~ Dan mencobanya, tentu saja~
Mungkin kalian yang baru baca sampai sini masih bingung; Sepanjang apa sih cerita ini?
Well, aku hanya bisa bilang kalau ceritanya masih panjaaaaaaang banget. Itu aja sih, hehe.
Mkay, see you next chapie!
Big love,
Cindyana
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro