40. Kekhawatiran Felinette de Terevias
"Panggil aku Aurorasia, dan aku akan memanggilmu Felinette.
Kita tidak perlu repot-repot saling menghormati ketika sedang berdua.
Dan mulai hari ini, aku akan menganggapmu sebagai rival-ku."
***
Luna pikir dirinya hampir gila setelah menerima macam-macam pelajaran yang berbeda dalam kurun waktu beberapa jam.
Di kehidupan sebelumnya, Luna dalam kondisi sakit-sakitan dan hanya menerima pelajaran seadanya. Terkadang, Stella juga memberikan pelajaran tambahan jika Luna terlalu bosan di kamar rumah sakit tanpa kegiatan apapun. Sebenarnya, Luna bisa menangkap pelajaran apapun, asalkan materi itu konsisten dengan hal yang dipelajarinya.
Ketika menjadi Putri Felinette di usia yang ke tujuh belas, Putri Felinette sudah menyelesaikan semua pelajaran yang harus didapatkannya. Sekarang, melihat jadwal Putri Felinette yang padat, Luna jadi paham mengapa Putri Felinette bisa menyelesaikan semuanya lebih cepat. Luna juga ingat, yang dilakukannya saat itu hanyalah berdiam diri di kastelnya karena dirinya tidak diperbolehkan keluar dari kawasan Istana Terevias.
Oh ya! Dan sekarang, satu hal lain yang membuatnya hampir gila adalah fakta bahwa ternyata ...
"Maksud Kakak, Marquess Arsenio?!"
Sejauh ingatan Luna tentang Marquess Arsenio, beliau adalah seorang panglima perang yang berpengaruh penting dalam pertahanan di Negeri Terevias. Tidak sampai di sana, jasa-jasa keluarga Arsenio juga patut dipuji.
Jasa yang panas dibicarakan ketika Putri Felinette berusia delapan belas tahun. Putra tunggal Marquess Arsenio berhasil memimpin para prajuritnya untuk membawa pulang kemenangan atas peperangan yang pecah di laut Barat Terevias. Para perompak yang menyebut diri dengan sebutan Death Wave, terbantai habis tanpa sisa.
Seperti namanya, mereka menyerang dari laut. Banyak sekali pembajakan kapal yang menampung sumber daya yang diekspor dari negeri lain. Death Wave semula dibuat dengan alasan untuk memerangi aturan-aturan dari kerajaan yang merugikan rakyat dan laksana tokoh dongeng yang diingat Luna, mereka seperti Robin Hood yang membela rakyat kecil.
Lama kelamaan, Death Wave semakin berkembang dan menyebar pesat. Bukan lagi hanya di lautan, tetapi mulai berpencar di daratan. Masih dengan tujuan yang sama, membajak kereta bangsawan untuk membagikan sumber daya secara merata kepada rakyat kecil.
Seiring berjalannya waktu, usai mendapatkan begitu banyak dukungan, visi Death Wave mulai berbelok. Mereka berniat merekrut orang-orang sebanyak mungkin, mengajari ilmu pedang dan memanah. Orang-orang yang baru direkrut itu akan didoktrin untuk membenci sistem kerajaan.
Mereka juga menyusun rencana untuk menyerang para bangsawan yang mendukung sistem kerajaan dan visi terbesar mereka adalah untuk melakukan kudeta. Dan semua hal akan mereka lakukan untuk menumbangkan kerajaan, termasuk membunuh anggota kerajaan.
Namun seperti yang sudah dijelaskan tadi, rencana mereka nyatanya tidak berjalan semulus itu. Putra Marquess Arsenio terlebih dulu menyadari situasi dan memulai pembantaian dari kapal ke kapal dan melacak siapapun yang berhubungan dengan Death Wave.
Dan orang hebat yang dimaksud di atas adalah ksatria pribadinya, Terence Arsenio.
Terence akan menjadi seseorang yang 'berjasa' di masa depan.
Bulu kuduk Luna langsung berdiri begitu mengingatnya. Padahal, saat ini mereka sedang dalam kereta yang hangat dalam perjalanan pulang ke Istana Barat. Ya, Pangeran Felixence sedang mengantarkan adiknya pulang.
"Kau ini benar-benar tidak mempedulikan keberadaan Terence?" tanya Pangeran Felixence dengan tidak percaya.
Ya, bukannya Luna bermaksud melakukannya dengan sengaja.
"A-aku sebenarnya berpikir kalau dia terlalu belia untuk menjadi ksatria-ku. Bukankah seharusnya dia terus latihan agar bisa lebih baik lagi?" Luna berusaha mengalihkan topik.
"Untuk bisa terpilih sebagai ksatria pribadimu, semua murid terlatih dari Marquess Arsenio diseleksi dan memenangkan duel. Terence adalah yang terbaik di antara semuanya, terlepas dari usianya yang baru empat belas tahun." Pangeran Felixence bersidekap tangan dan menatap ke luar jendela, di mana Terence sedang berkuda dan mengikuti mereka dari kanan.
Luna sudah membuat keputusan yang benar untuk menanyakan hal ini kepada Pangeran Felixence terlebih dahulu. Untunglah, Luna tidak mengungkit topik ini ketika makan malam tadi.
"Kau bersikap aneh hari ini, Feline," ucap Pangeran Felixence yang membuat Luna tersentak kaget.
"Aneh bagaimana?" tanya Luna.
"Kau tidak pernah peduli dengan pelayanmu atau pengawalmu," jawab Pangeran Felixence.
Luna menunduk, memperhatikan tangannya yang mengepal erat. Semoga dalam keremangan seperti ini, Pangeran Felixence tidak menyadari tekanan di kepalan tangannya yang nyaris meledak.
"Aku ... bukannya tidak peduli," sahut Luna.
Pangeran Felixence hanya diam, menanti kelanjutan cerita Luna.
"Waktu itu, aku belum menemukan semua keberanianku."
Luna tahu, perkataannya memang aneh. Putri Felinette yang pendiam itu tidak mungkin berbuat dan mengatakan hal-hal seperti ini.
"Kau aneh." Pangeran Felixence menatapnya datar, lalu menopang sebelah dagunya. "Kita bukan menemukan keberanian, kita hanya tidak membuatnya."
"Tapi, sekarang, aku sudah berani!"
Luna tertawa ketika melihat Pangeran Felixence bersikap sarkastik seperti itu. Akhirnya, Pangeran Felixence sudah bersikap seperti dulu.
Hanya itu hal 'seperti dulu' yang diinginkan Luna. Itu satu-satunya memori indah selama dirinya menjadi Putri Felinette.
Sisanya, semuanya hanyalah mimpi buruk.
***
Ini malam pertama sejak Luna kembali menjadi Felinette. Sulit sekali rasanya untuk terlelap di kamar yang merupakan tempat kejadian perkara terbunuhnya Putri Felinette.
Di saat inilah, Luna punya banyak kesempatan untuk memikirkan peluangnya untuk memikirkan kelanjutan hidup ke depannya. Misalnya, rencana untuk segera pindah ke kamar lain tanpa balkon di Istana Barat.
Juga tentang Emma. Luna harus memperhatikan gerak-gerik anak itu. Di usianya yang masih belia, tentu saja akan ada banyak hal yang perlu dipelajarinya. Cepat atau lambat, Emma akan membuat kesalahan. Namun, sembari menunggu keputusan Raja, Luna akan mencari cara untuk menyingkirkannya sesegera mungkin.
Mungkin Luna tidak perlu berlarut-larut mengenai Emma. Jika seandainya Luna gagal mengusir Emma dari Istana Barat, setidaknya Luna bisa mengawasi semua pergerakannya. Oh, dan hal yang paling penting; Luna tidak boleh menerima minuman yang dibuat atau dibawakan oleh Emma. Jika perlu, Luna mungkin harus meminta pelayannya menyeduhkan teh di depan matanya.
...terlalu berlebihan, sih. Luna memejamkan matanya, menyetujui pemikirannya yang satu itu.
Kepalanya menoleh ke arah pintu balkonnya. Luna benar-benar tidak tenang. Namun, pemuda bermata merah itu tidak akan mungkin datang, kan?
Belum ada siapapun yang tahu bahwa Putri Felinette tidak memiliki kekuatan. Seharusnya, Luna akan baik-baik saja, kan?
Seharusnya, belum ada siapapun yang ingin membunuhnya, kan?
Pemikiran itu terus menerus menghantuinya. Bahkan, ketika Luna memperhatikan pintu balkon terlalu lama, Luna mulai mengira bahwa sebenarnya dia telah mulai bermimpi tanpa disadarinya. Semuanya akan dimulai dari suara kenop pintunya yang bersuara nyaring, lalu dipaksa buka.
Namun Luna terus menampiknya. Saat ini masih malam musim panas ketika umur Felinette masih tiga belas tahun, sedangkan latar di mimpi buruknya terjadi di malam musim dingin ketika Felinette sudah berumur delapan belas tahun.
Luna tahu, malam ini dia tidak akan bisa terlelap. Pikirannya mulai melayang, memikirkan apa yang sebenarnya sedang dilakukan oleh Irsiabella saat ini. Faktanya, saat ini Viscount Ravelsa sedang mati-matian menyembunyikan fakta dari kerajaan bahwa Irsiabella Ravelsa telah memiliki kekuatannya sejak umurnya sepuluh tahun.
Itu artinya, seharusnya Irsiabella memiliki kekuatan yang lebih besar jika dibandingkan dengan pangeran. Luna ingat, orang-orang yang mengetahui fakta itu terus mendesak agar Irsiabella diberi kesempatan untuk diangkat sebagai putri kerajaan. Sedangkan Felinette yang tidak memiliki kekuatan? Felinette tidak pantas ada di posisi itu.
Dalam tradisi Negeri Terevias, semua orang yang telah berumur enam belas tahun harus datang ketika hari pemberkatan. Namun, hari pemberkatan waktu itu nyaris diundur karena kolam pemberkatan di Kuil Agung tiba-tiba mengeruh, seolah Dewa tidak memperkenankan mereka melaksanakan pemberkatan.
Namun, berdasarkan cerita yang didengar Luna, Irsiabella terdorong jatuh ke kolam secara tidak sengaja. Lalu, mendadak air di kolam itu kembali jernih.
Irsiabella tidak bisa berenang. Tanpa menyadari bahwa dirinya telah menjernihkan kolam dan membuat kagum orang-orang, gadis itu tenggelam tanpa bisa meminta bantuan. Gaun yang dikenakannya waktu itu pasti sangat berat, sampai-sampai sulit untuk membuatnya tetap mengapung. Dan menurut cerita yang beredar, Irsiabella diselamatkan oleh teman sekolahnya, anak dari keluarga Viscount Dalton.
Luna tidak ingat namanya, tetapi Luna ingat dengan Viscount Dalton karena beliau nantinya akan menjadi salah satu kandidat penasihat kerajaan yang baru. Putra-putri Viscount Dalton juga akan terlibat dalam penelitian ilmiah yang nantinya akan berkembang pesat.
Irsiabella ..., sebenarnya waktu itu tidak sengaja ketahuan memiliki kekuatan. Namun efeknya begitu mengerikan untuk kelangsungan hidup Felinette. Luna mencoba mencerna segala hal yang berhubungan dengan Irsiabella.
Lalu, Luna tidak sengaja mengingat percakapannya dengan Irsiabella, di suatu hari ketika mereka sedang minum teh berdua.
"Mengenai pertanyaan Tuan Putri waktu itu, saya pikir saya sudah tahu jawabannya." Mata emas Irsiabella menatapnya dalam. "Ya, saya akan melakukannya."
Luna mengedipkan matanya beberapa kali lantaran terlalu kebingungan, "Ini ..., pertanyaan yang mana?"
"Tentang menjadi kandidat Putri Kerajaan," balas Irsiabella dengan yakin. "Saya ingin melakukannya."
Irsiabella tidak tampak seperti seseorang yang ambisius untuk memiliki kekuasaan, tetapi kala itu dia mengaku padanya bahwa dia ingin melakukannya dengan keyakinan yang begitu dalam.
Sebenarnya, jika Irsiabella memang menginginkan kekuasaan, bukankah sebaiknya dia langsung mengungkapkan tentang kekuatannya? Apakah semua itu semata-mata karena Viscount Ravelsa memang tidak mengizinkannya?
Luna tidak bisa mempertanyakan apapun, sebab Irsiabella langsung berdiri dan izin pamit untuk pulang saat itu juga. Padahal, Irsiabella-lah yang mengajukan pertemuan untuk bertemu dengannya, dan dia menggunakannya hanya untuk mengatakan hal itu.
Rumor beredar di antara kerajaan setelah itu, bahwa Irsiabella akhirnya membulatkan tekad untuk menjadi kandidat. Tampaknya Viscount Ravelsa tidak menyetujui hal itu, sampai-sampai ada rumor bahwa Irsiabella dan ayahnya tidak saling berbicara sejak hari itu.
Luna kembali mengubah posisi tidurnya, meratapi langit-langit kamarnya yang redup. Berapa kali pun Luna berdoa berharap rasa kantuk segera datang dan membuatnya terlelap, dia tetap tidak bisa tidur.
Jika ini memang mimpi, Luna ingin segera tidur dan mengakhiri mimpi ini.
Luna ingin bangun dan melihat Stella menunggunya di sisi tempat tidurnya.
Luna ..., merindukan kakaknya.
***TBC***
25 April 2021.
Paws Note
Pertama-tama, AKU INGIN MINTA MAAF KEPADA KALIAN atas note chapter kemarin. Maksud hati-ku adalah nulis 'SEE YOU AGAIN', tapi yang kuketik malah 'See you Tommorow' adoh emang oleng sekali paus ini.
Terus aku baca komennya telat banget pula. Pengin menanges.
Semoga bisa menemani sahur kalian!~~~~
Oh ya, BTW sebenarnya cerita di atas itu masih satu hari yang sama ketika Luna masuk ke badan Felinette lagi. Hadeh lambat.
Oke, karena bagian-bagian penting sudah kutulis dalam 'satu hari' setelah Luan kembali menjadi Felinette, kita bakal jump time sedikit, mkay? Kalo enggak alurnya ga jalan-jalan ahahahhaa.
Jadi, sekarang kalian sduah tahu siapa Terence? Alurnya bukan berubah, tapi dia enggak jadi ksatria Felinette lagi di umur 17 (ketika Luna masuk pertama kali) karena punya misi memberantas Death Wave.
Meanwhile di chapter ini, kalian juga tahu bahwa: IYA, Irsiabella yang asli mau jadi putri, bahkan sampai berantem sama Regdar.
Sebenarnya masih ada banyak kejadian yang enggak diketahui Stella, tetapi diketahui Luna. Karena itulah, kita bakal tetap di POV Luna dulu sampai aku gantungin scene seru Luna (ohoho, iya, aku emang kezam).
Jadi, rencananya aku bakal balik ke POV Stella ketika Luna ada di masa scene gantung kayak keadaan Stella sekarang.
Scene gantung Luna diperkirakan bakal terjadi ketika malam di hari ulang tahun Raja, tepatnya setelah Stella bertemu dengan Putri Felinette malam itu. Jadi, aku bakal ceritain scene malam itu di POV Luna (alasan sebenarnya aku cuma nyeritain dikit di POV Stella).
Kind reminder, kita masih di latar waktu ketika Felinette dan Irsiabella masih di umur 13 ketika musim panas. Itu artinya, kejadiannya bakal terjadi setahun mendatang. Tapi tenang, ini aku jump time di Luna lumayan cepet, kok. Pokoknya tenang!
Ini sebenarnya ceritanya masih bisa diikutin nggak sih? Ahahahhaa. Paus pusing nih, kalau semisal kalian susah ngertinya. Soalnya, aku udah berusaha bikin segampang dimengerti mungkin.
Okeeee, fanart kita hari ini dari palieusaa
Ini terlalu cogan siiih. Sebenarnya rambutnya acak-acakan gegara sering pake tudung. Tapi liat rambutnya rapi begini, paus jadi salting sendiri.
See you again!
Cindyana
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro