Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

31. Malam Panjang Irsiabella Ravelsa (2)

"Seharusnya, kita tidak perlu dipertemukan."

***

Aula Istana Selatan masih menyisakan sangat banyak luang, meskipun sudah semua bangsawan memasuki kawasan istana. Stella pikir, di tempat seperti itu, mungkin saja dirinya tidak lagi menjadi pusat perhatian. Pemikirannya memang separuh benar dan salah, sebab saat ini dirinya tetap menjadi pusat perhatian bagi para bangsawan-bangsawan kelas atas yang memang belum pernah melihatnya. 

Beberapa Count dan Earl terang-terangan mempertanyakan namanya langsung pada Regdar dan mau tak mau, Regdar harus memperkenalkan putrinya. Yang menjadi masalah adalah ketika seorang Earl tanpa putra atau putri, dengan sengajanya memperkenalkan diri dengan formal di depan Stella. Stella tidak terlalu ingat siapa namanya, tetapi rasanya agak meresahkan karena Irsiabella bahkan belum berumur lima belas tahun. 

Untungnya, Stella tidak sepenuhnya menjadi pusat perhatian di pesta ulang tahun raja. Beberapa kelompok lainnya memusatkan perhatiannya pada seorang gadis bergaun putih berpadu merah muda yang berdiri di antara bangsawan tinggi Duke dan Marquess. Rambut coklatnya yang panjang mengkilat dan mata hijau emerald-nya sukses menarik perhatian orang-orang. 

Regdar mendekatkan diri pada Stella, berbisik pelan karena menyadari bahwa putrinya penasaran, "Itu putri tunggal Duke Swanbell."

Duke Swanbell?!

Stella tidak menyangka akan dipertemukan secepat ini dengan calon tunangan sang pangeran. Siapa namanya? Stella tidak ingat. Yang Stella ingat dari gadis itu adalah bahwa dia adalah gadis yang selalu bisa mendapatkan apapun yang diinginkannya, termasuk hubungan pertunangannya yang tentu saja bersifat politik dengan Pangeran Terevias. 

Nona Swanbell mungkin adalah tokoh antagonis di cerita The Fake Princess. Luna terbangun sebagai Putri Felinette di usianya yang ke-17, ketika rumor tentang Putri Felinette yang tidak bisa menggunakan kekuatannya telah berseliweran di luar sana. 

Memang, Nona Swanbell tidak menindasnya seperti antagonis kebanyakan, tetapi perlakuan Nona Swanbell terhadapnya sangat tidak logis; dia sama sekali tidak memperlakukan Putri Felinette sebagai seorang putri. Nona Swanbell juga sering cemburu buta karena tunangannya lebih perhatian dengan Putri Felinette dibandingkan dirinya.

Seolah, Nona Swanbell yakin 100% bahwa Putri Felinette bukanlah putri yang sesungguhnya dan bisa merebut pangeran darinya.

Sementara itu, dalam cerita The Fake Princess menjelaskan kedekatan antara Nona Swanbell dan Irsiabella yang tidak biasa. Jelas, gadis itu percaya bahwa Irsiabella-lah Putri Terevias yang sesungguhnya. 

Dalam hatinya, Stella bersumpah tidak akan berteman dengan putri Duke yang satu itu. 

"Putri-mu benar-benar mirip dengan istrimu, ya." 

Perkataan itu sukses membuat perhatian Stella teralihkan. Yang mengatakan itu adalah Felix. Ya, Earl Felix Liberty. Stella mengetahuinya setelah menyadari Nona Liberty yang berdiri di samping ayahnya, lalu sesekali melemparkan senyuman ke arahnya. 

Tidak bisa. Setiap Stella melihatnya tersenyum, Stella langsung mendengar kata-kata buruk yang dikatakan para bangsawan itu kepada Putri Felinette ketika pesta minum teh kemarin.

Stella menahan segala kekesalannya dalam hati, lalu kembali mengangkat kedua sisi gaunnya dengan tenang, "Irsiabella Ravelsa." 

Sudah beberapa kali Stella melakukannya hari ini, setiap memperkenalkan diri, dia akan terbiasa. Stella harus menutup telinganya dan meladeni semua omong kosong orang-orang yang terlalu penasaran dengannya. 

Saat tidak sengaja mengalihkan pandangannya, Stella tidak sengaja bersitatap dengan Nona Swanbell yang ternyata sedang menatapnya. Namun, bukannya membuang muka atau berpura-pura melihat ke arah lain, gadis itu masih menatapnya dengan tatapan menilai. 

Tentu saja, Stella yang saat ini bukanlah siapa-siapa harus lebih menghormati seseorang yang lebih terhormat dibandingkannya. Stella tersenyum, membungkuk hormat, lalu kembali menatapnya di mata. Stella yakin, siapapun bisa terintimidasi dengan mata emas milik Irsiabella.

Di sana, barulah Nona Swanbella membuang muka dengan kesal. 

Siapapun pasti takut tersaingi oleh kecantikan Irsiabella, begitu pikir Stella sambil tersenyum puas. 

Belum lagi kekesalan Stella menurun, Violene Veilor datang dengan gaun berwarna ungu muda. Stella sudah bertanya-tanya dalam hati, apakah dirinya benar-benar harus merelakan semua kesabarannya pergi. 

"Selamat malam, Nona Ravelsa," sapa Violene. 

"Selamat malam, Nona Veilor," balas Stella. 

"Jadi, apakah kau sudah memutuskan akan berdansa dengan siapa?" tanyanya. 

Kemana arah pembicaraan ini? Stella mencoba menebak-nebak, tetapi tidak kunjung mengerti dengan pemikiran gadis itu. 

 "Belum. Bagaimana dengan Nona Veilor?" 

Apakah dia ingin aku menanyakan itu?

"Ah, iya, jadi rencananya, aku akan berdansa dengan putra Marquess Elaront."--oh, jadi memang mau pamer--"Hei, apakah kau memakainya?" 

"Memakai apa?" Stella bertanya dengan waswas. 

"Golden Sun. Aku tahu kalau Tuan Muda Whistler memberikannya sedikit untukmu," ucap Violene. 

Stella tertegun mendengarnya. Dia pikir, Violene tidak melihatnya, sebab setelahnya, dia terus menerus memojokkan Stella karena tidak menerima satu botol parfum itu. Jadi, setelah Stella menerima sedikit, itu tidak dipermasalahkan?

"Alasan kau tidak menerima parfum itu, karena banyak yang melihat Tuan Muda Whistler memberikannya kepadamu, kan?" Violene menebak. 

Stella menjawab dengan tegas, "Bukan begitu. Menolak barang pemberian orang lain memang tidak baik, tapi menerimanya tanpa bisa menjamin kalau aku bisa membalasnya dengan setimpal juga tidak baik." Rasanya, untuk pertama kalinya Stella berterus terang mengatakan isi hatinya. 

"Oh ... kau hanya takut berhutang budi." Violene bersidekap tangan, mengelus siku tangannya. "Tapi, menurutku, kau harus mempertimbangkan hubunganmu dengan Tuan Muda Dayward Whistler. Dia sangat terang-terangan denganmu. Dan bukankah dia mengajakmu berdansa, tadi? Itu kesempatan yang sangat bagus untukmu dan keluargamu."

Sebenarnya, perkataan Violene tidak adalah salahnya, hanya saja terdengar begitu salah di pendengaran Stella, karena gadis itu dnegan mudahnya mengatakan hal seperti itu. Violene memberikannya sebuah saran dan sepertinya dia memang selalu ditanami saran semacam itu, sampai-sampai mengucapkannya dengan mudah kepada Stella dan mungkin juga orang lain. 

"Atau mungkin kau tidak secemerlang yang diucapkan Nona Dalton." Violene mengendikkan bahu, "Sudah diberi barang bagus, tapi tidak kau pakai. Padahal ini juga kesempatanmu untuk menarik perhatian bangsawan lain."

Dan ... dia kembali menjadi gadis yang tidak tahu cara menyaring kata-kata. 

Stella hanya memberikannya senyuman, "Tidakkah menarik perhatian dengan benda seperti itu akan membuatku terlihat putus asa?"

Violene kembali memperlihatkan kedua alisnya yang mengerut, "Itu sindiran?" 

"Bukan. Itu pertanyaan," balas Stella, masih tersenyum. 

Violene kehabisan kata-katanya selama beberapa saat, sebelum akhirnya berhasil bersuara kembali, "Ya sudah. Baguslah kalau kau tidak menggunakan Golden Sun. Itu akan terasa curang untuk semua orang yang hadir di pesta." 

Dan sekarang, Stella jadi tahu. Cara untuk membalas seseorang seperti Violene adalah dengan senyuman dan juga kata-kata manis. Kalau memakai cara Svencer, perdebatan pasti tidak akan selesai. 

Ketika nada terompet yang merdu terdengar dan pintu besar yang ada di atas tangga mulai perlahan bergerak, semuanya secara otomatis mendongak ke atas.

Tanda bahwa orang yang telah ditunggu kehadirannya telah datang.

Jantung Stella berdetak tak beraturan. Stella tak sengaja melirik ke luar jendela, melihat bagaimana jejak bercak kejinggaan di langit mulai menghilang. Ini pastilah waktu yang selama hampir setahun ini telah ditunggu-tunggu olehnya ...

Pertemuannya dengan Putri Felinette akan segera terjadi. 

Yang lebih dulu keluar dari tempat itu adalah para pengawal-pengawal kerajaan. Selanjutnya, suara terompet berhenti. Seseorang yang berdiri di atas sana mulai membacakan isi sebuah kertas. 

"Yang Mulia Raja Terevias, Finnebert de Terevias memasuki aula."

Sosok seorang pria berambut hitam dan bermata ungu amethyst keluar dari pintu yang terbuka tadi. Raja Terevias. Sang Raja menggunakan pakaian putih yang berpadu sempurna dengan warna emas. Jubah kebesarannya juga tampak sangat kontras dengan lambang dari kerajaan Terevias. 

Semuanya langsung serampak menyilangkan tangan kanan mereka di pundak kiri, lalu membungkuk hormat.

"Keagungan abadi dan berkat mulia di bawah langit Terevias." Semuanya mengucapkannya secara bersamaan. 

Setelahnya, semuanya kembali berdiri tegak setelah mendengar para pengawal memberikan satu hentakan kaki, tanda penghormatan telah selesai. 

Stella mulai memperhatikan ke arah pintu dengan perasaan tidak tenang. Sebentar lagi pertemuannya dengan Putri Felinette akan terjadi.

Suara terompet lagi-lagi memecah keheningan. Stella tidak bisa berhenti melepaskan pandangannya dari atas sana. 

"Yang Mulia Pangeran Terevias, Felixence de Terevias memasuki aula." 

Tubuh Stella langsung menegang begitu mendengar nama itu. Debaran jantungnya yang memang sudah memberontak sedaritadi semakin tidak terkendali.

Manik ungu amethyst dan rambut pirang membuat sang pangeran sangat pantas dengan pakaian terang putih berpadu biru muda. Pemuda itu memang sangat tampan, seperti yang dideskripsikan oleh Luna.

Meski begitu, Stella tetap mengendalikan diri dan menyilangkan tangan kanan di pundak kiri, memberikan penghormatan dan kata-kata pemberkatan untuk menyambut anggota kerajaan. 

Nama pangeran mahkota adalah Pangeran Felixence, yang mana halnya menjadi satu-satunya kandidat yang memenuhi kriteria sebagai Felix Anonim.

Pangeran Felixence berusia enam belas tahun saat ini. Seorang bangsawan yang sibuk, jelas. Seseorang yang pastinya mengerti dan paham dengan sihir. Seseorang yang memiliki wewenang untuk melaksanakan dan menghentikan pemeriksaan besar dengan cepat. Seseorang yang jelas akan mendapat undangan resmi dan dapat dimaklumi bila tidak bisa menghadiri pesta minum teh. 

Tapi, apakah selama ini Stella benar-benar bertukar pesan dengan putra mahkota? Apakah alur cerita The Fake Princess memang menjadi sekacau ini hanya karena Stella menggunakan kekuatannya? 

Ini tidak terjadi di alur cerita The Fake Princess, kan?

Suara terompet terdengar sekali lagi. Stella memfokuskan segala perhatiannya ke pintu yang ada di atas tangga itu.

"Yang Mulia Putri Terevias, Felinette de Terevias memasuki aula."

Mendengar itu, keinginan dan antusias Stella seolah baru kali ini, pernah sampai di batas maksimalnya. Rasanya, Stella benar-benar ingin menangisi momen itu.

Saat itulah, untuk pertama kalinya Stella bertemu langsung dengan Putri Felinette. Manik biru muda itu tampak menunduk sekilas ke bawah untuk menyaksikan kerumunan orang-orang yang menantinya. Rambut pirangnya bergelombang indah. Gaun yang dikenakannya selaras dengan warna lensa matanya. 

Kali ini, Stella mencoba sejeli mungkin mencerna ekspresi sang putri. Hari ini adalah kali pertamanya bertemu dengannya, tetapi Stella bisa menangkap raut ekspresi yang dingin hanya dari mata sapphire-nya. 

"Keagungan abadi dan berkat mulia di bawah langit Terevias."

Raja Finnebert memberikan kata-kata sambutannya dan berterimakasih kepada para bangsawan yang menyempatkan diri untuk menghadiri acaranya. Hanya beberapa bagian dari pidatonya yang benar-benar masuk ke telinganya, karena pemikiran Stella benar-benar kacau balau terbelah dua; tentang Felix Anonim dan Putri Felinette. 

Namun, pemikiran tentang Putri Felinette mendominasi jauh lebih banyak, dibandingkan fakta baru yang berhasil dikuak oleh Stella. 

Sepanjang pemikiran Stella, dirinya hanya terus mendongak menatap ke Putri Felinette yang kini telah duduk di singgasana bersama sang raja dan sang pangeran. 

Satu pertanyaan di kepala Stella terus mengusiknya; Luna, apakah itu dirimu?  

***TBC***

24 Januari 2021

Paws' Note

Gimana? Apakah kaget karena diberikan dua keajaiban sekaligus? /bukan. 

Oke fix, tiga chapter nggak bakal cukup buat nyeritain kejadian satu malam di acara ulang tahun raja. Belum lagi dansanya. Belum lagi dansanya (2). Belum lagi dansanya (3). Belum lagi dansa-- /udah, cukup

Beneran 9 huruf kan, nama pangerannya? Yaiya, kapan sih paus pernah bohong? Hm? 

BTW cara baca nama rajanya Fain-bert. Cara baca nama pangerannya Fe-Lix-Sen.

Nah, setelah scene pertemuan kayak gini, harapan kalian yang harus segera direalisasikan, apa?

Fanart hari ini dari ... @PrythaLize
Iya, dari diriku sendiri.

Ini masih first draft yaa, buat gambaran gaun kayak gimana yang dipakai sama mereka berdua.

Biarkanlah versi berantakan ini nangkring di sini satu chapter, nanti aku drop versi lebih bagusnya ke sini yaaak.

Kenapa aku gambarnya mereka selalu terlihat lebih anak-anak ya? Heraaaaan.

(((Kode: buat kalian yang mau sekalian nge-fanart hehehe)))

Ini masih ada beberapa fanart yang aku simpan, tapi enggak kupasang di chapter yang judulnya "Malam Panjang Irsiabella Ravelsa" yaa, soalnya menyesuaikan chapter. Entar chapter ini kelar, kita baru publish lagi fanart lainnya.

Makasih yaaaa!

c u next chapie!

Cindyana H

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro