Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

30. Malam Panjang Irsiabella Ravelsa

"Kalau kau sudah sembuh nanti,
Kakak akan mengajakmu ke taman bunga.
Janji."

***

Rasanya, sulit mempercayai situasi seperti ini; masuk bersama kereta-kereta kuda dengan banyak lambang keluarga bangsawan. Pemeriksaan telah dilakukan kurang lebih setengah jam yang lalu dan kini semuanya serampak memasuki area jalan masuk istana. 

Banyak kuda-kuda kerajaan yang mengiringi mereka semua untuk masuk hingga Istana Selatan Terevias. Istana selatan adalah satu-satunya istana yang bisa terlihat dari luar. Bisa dikatakan ukurannya sangat besar, sehingga bisa menutup keberadaan Istana Utara, Barat dan Timur. Atau, rumor lain mengatakan bahwa ukuran istana lain juga sama besarnya seperti istana selatan, hanya saja letaknya memang sangat jauh dari tembok raksasa Terevias. 

Stella sangat yakin, istana inilah yang dilihatnya di antara kabut musim dingin. Kastil ini nyaris dikelilingi benteng dari tembok raksasa di sekitarnya. Rasanya, itu harus dimaklumi mengingat istana ini adalah istana yang paling dekat dengan gerbang masuk. 

Ukuran tamannya juga tidak bisa dibandingkan dengan taman milik Marquess Whistler, apalagi kalau sampai dibandingkan dengan taman rumah Ravelsa. Stella berdecak dalam hati, penuh kekaguman. 

Bunga-bunga yang bermekaran itu tidak akan pernah 'dirusak' untuk melakukan upacara penyambutan selamat datang, sebab tidak ada satupun orang dari Negeri Terevias yang memiliki posisi yang lebih besar daripada pemilik tempat ini. 

"Kenapa? Gugup?" Regdar bertanya saat mendapati Stella sedikit memucat gugup.

"Tidak. Ini ... besar sekali," jawab Stella. 

"Tentu saja, kita sedang berada di tempat yang paling megah di Terevias," balas Regdar. 

Stella mencoba menenangkan diri sambil mencerna keadaan. Saat ini sudah hampir sore hari dan pesta ulang tahun raja akan dimulai ketika malam hari. Regdar dan Stella sudah makan lebih awal untuk pesta ini, walaupun mereka sama-sama yakin akan mendapati banyak makanan di pesta.

Berdasarkan yang Luna tulis di cerita The Fake Princess, Putri Felinette tinggal di Istana Barat. Sebenarnya, hal itu adalah sesuatu yang cukup rahasia dan hanya diketahui oleh orang-orang dalam kerajaan. Jadi, ketika Stella melihat bentuk istana yang sebenarnya, dia mulai bingung bagaimana cara pemuda bermata merah itu bisa mengetahui rahasia itu. 

...apakah ada orang dalam kerajaan

Semua lamunan Stella harus terhenti ketika dirinya merasakan kereta kuda berhenti bergerak. Itu membawa kabar baik dan kabar buruk bersamaan. Kabar baiknya, mereka sudah sampai di Istana Selatan dan kabar buruknya, Stella harus menghadapi momen yang telah ditunggu-tunggu olehnya, siap atau tidak. 

Seperti biasa, Regdar turun terlebih dahulu dari kereta kuda, lalu membantu Stella untuk turun dari kereta kuda. Stella bisa melihat banyak bangsawan-bangsawan yang mulai turun dari kereta kuda mereka. Hanya beberapa dari mereka yang membawa kereta lebih dari dua, sebab tidak ada satupun kereta kuda penjaga dan pengawal yang diizinkan untuk memasuki area taman kerajaan di pemeriksaan tadi. 

Stella menggenggam tangan Regdar erat-erat. Regdar tidak berkomentar, walaupun dia melihat ke arah putrinya dengan penasaran. Setiap berada di tempat baru dan lingkungan baru untuk adaptasi baru, putrinya memang selalu begini. 

"Selamat sore, Tuan Ravelsa." 

Arlina beserta keluarganya datang menghampiri mereka. Stella melupakan kegugupannya untuk sejenak, ketika menyadari bahwa mereka semua menyelaraskan warna pakaian mereka: biru navy

"Selamat sore, Tuan Dalton, Nyonya Dalton."

Sambutan Regdar hanya sampai di sana. Sementara itu, Stella beralih kepada dua kakak adik Dalton yang memang sedang menatap ke arahnya. 

"Selamat sore, Kak Arlina. Selamat sore--" Stella menghentikan kata-katanya sejenak. Dirinya nyaris kecoplosan memanggil nama Svencer, sampai akhirnya Stella sadar, dia tidak sedekat itu dengan Svencer untuk mendapat izin memanggil namanya. "Selamat sore, Tuan Muda Dalton." 

Alih-alih merasa terhormat, Svencer malah menatapnya dengan datar. Arlina yang melihat itu, malah menahan tawanya untuk beberapa alasan. 

"Ayolah, Sven, kalian seumuran dan akan segera menjadi teman di akademi nanti," ucap Arlina yang terdengar seperti tengah membujuknya.

Svencer memutar bola matanya kesal, "Kau boleh memanggilku Svencer, Sven, JeniuSven atau apalah."

"Sven!" tegur Arlina. 

Stella lebih memilih tersenyum daripada mendengar perdebatan yang jelas tidak akan selesai sampai pintu istana terbuka nanti. "Baiklah, Svencer. Kau juga boleh memanggilku Irsiabella."

Regdar meliriknya sejenak sambil menaikkan sebelah alis, rupanya pria itu menguping pembicaraan mereka di tengah pembicaraannya dengan Tuan Dalton. Mengapa? Apa kau senang kalau aku akan dicap sebagai bangsawan introver?

"Tidak, terima kasih," balas Svencer dengan cepat. 

"Mengapa?" tanya Stella, bingung. 

"Semua orang memang biasa memanggil namaku," jawabnya. 

"Lalu?"

Svencer mengerutkan alisnya, seperti hendak berkomentar tentang Stella yang masih saja mempertanyakan hal sejelas itu. Namun karena Stella tidak kunjung menunjukkan ekspresi mengerti, Svencer kembali melanjutkan, 

"Itu akan membuat banyak rumor-rumor aneh."

"Huh? Sejak kapan kau peduli dengan rumor?" Arlina bertanya dengan nada sarkastik. 

Svencer menatap kakaknya kesal, "Aku tidak peduli kalau itu hanya rumor tentangku, tapi kalau rumor yang juga melibatkan Nona Ravelsa ...."

Svencer menjeda perkataannya selama beberapa saat dan menatap ke arah Stella, sementara Stella mengedipkan matanya berulang kali. 

Apa? Apa ini? Apakah yang kupikirkan benar? Tapi mengapa Svencer harus repot-repot mengkhawatirkan reputasi Irsiabella? Apakah Svencer mempunyai perasaan dengan Irsiabella?Ah, tapi itu wajar sekali, Irsiabella kan cantik seka--

"Aku tidak mau terlibat dengan rumor yang sama dengan Nona Ravelsa," jawab Svencer yang langsung meruntuhkan semua asumsi Stella. 

"Sven, itu tidak sopan." Kali ini, bukan hanya Arlina yang gatal ingin menegur Svencer, tetapi Nyonya Dalton sendiri. 

Tidak mau terlibat rumor yang sama dengan Irsiabella? Lihat saja saat aku masuk ke akademi nanti, siapa yang akan menjadi saingan jeniusmu

Stella hanya bisa menahan kejengkelannya dalam hati. Ingin sekali dirinya membalas perkataan Svencer--yang sama saja tidak terpelajarnya seperti bangsawan gosip minum teh kemarin--tetapi Stella harus bisa tetap anggun dan menawan, mempertahankan citra Irsiabella yang belum dan tidak akan tergores dibuatnya. 

"Kau kira Irsiabella mau terlibat dengan rumor yang sama denganmu? Jangan terlalu percaya diri." Arlina berdecak kesal sambil menggelengkan kepala. 

Svencer memilih memalingkan wajahnya dan menghindari tatapan Stella. 

"Sudah, sudah, tidak perlu bertengkar." Stella berusaha netral, walaupun hatinya dongkol setengah mati dengan sikap Svencer. 

Baru saja berhasil menenangkan dua saudara yang habis perang dingin, muncul lagi satu masalah baru. Dari depan, Stella melihat salah satu diantara Dayward / Rayward melewati kerumunan orang-orang dan tersenyum senang melihatnya. Dia berpakaian putih bersih, sama seperti yang disampaikannya di surat. 

Ah, ini pasti Dayward, terka Stella.  

"Selamat sore, Tuan Ravelsa, Tuan Dalton, Nyonya Dalton. Ah, selamat sore, Nona Dalton dan Svencer juga!" Setelah itu Dayward menghadap sepenuhnya ke arah Stella. "Selamat sore, Nona Ravelsa. Kau cantik sekali hari ini." 

Stella melirik takut-takut ke arah Regdar. Benar saja, pria itu membalas sambutan Dayward dengan wajah sedatar-datarnya. 

"Selamat sore, Tuan Muda Whistler," balas mereka semua hampir bersamaan. 

"Bukankah kau bilang tidak ada yang mengiringimu hari ini?" Dayward bertanya, sambil sesekali melirik ke arah Svencer. 

Svencer berdeham pelan, "Aku tidak mengiringi Nona Ravelsa, ngomong-ngomong." 

"Oh, berarti kalian tidak sengaja bertemu?" Dayward bertanya dengan ekspresi yang seolah menunjukkan secerca harapan baru baginya untuk mengiringi Stella. 

Masalahnya, sudah jelas siapa yang mengiringi Stella hari ini. 

"Kami bisa bertemu karena sama-sama berbaris di antara keluarga para Viscount yang terhormat," balas Svencer dengan nada penuh sindiran di dalamnya. 

Arlina meyikut lengan Svencer dengan elegan, nyaris tidak terlihat, tetapi Stella menyadarinya. Orang-orang di sekitar mereka pun mulai melihat ke arah mereka, lantaran menyadari ada putra Marquess yang menyusup di antara para Viscount. 

"Nona Ravelsa, apakah bersedia berdansa denganku nanti?" tanya Dayward dengan penuh harapan. 

Kali ini, Stella bisa melihat Arlina dan Svencer membulatkan mata mereka, terkejut. Seharusnya, mereka tidak perlu terkejut, karena Stella sudah memprediksikannya dari jauh hari. Beberapa orang di sekitar mereka juga mendengarkan ajakan itu dan mulai membicarakannya. 

Ah, setelah dipikir-pikir, Dayward sudah pernah mengajaknya di surat, tapi Stella tidak menghiraukan ajakannya dan membalas pesan tentang hal lain yang tertera di surat. Stella hanya menuruti perkataan Regdar bahwa dirinya harus berdansa dengan orang berbeda, untuk mencegah rumor aneh. Kalau mengiyakan ajakan Dayward, Stella malah takut memberikan harapan untuknya. 

"Uh, aku--"

Belum sempat Stella menjawab, Rayward datang ke arah mereka setelah melewati kerumunan orang-orang. Rayward menghela napasnya, seperti habis kepayahan mencari saudaranya kembarnya yang hilang. Mereka sama-sama menggunakan pakaian putih. Entah bagaimana caranya Stella bisa membedakan mereka berdua selain dari sifat mereka. 

"Selamat sore. Maaf mengganggu," sapanya singkat. Rayward langsung menyeret lengan kembarannya untuk pergi dari sana. "Pintunya akan segera dibuka, mengapa kau malah berkeliaran?" 

"Ya, habisnya--"

Selanjutnya, keduanya tidak terlihat lagi setelah menghilang di balik kerumunan. 

Regdar berdeham singkat untuk mencairkan suasana dan orang-orang yang masih memperhatikan mereka, "Ngomong-ngomong, terima kasih atas bantuan Nona Dalton yang bersedia menjadi pengajar Irsiabella selama putriku rehat di rumah." 

"Ah, tidak. Tuan Ravelsa yang terlalu mempercayai putriku," jawab Tuan Dalton, membalas basa-basinya, agar perhatian tidak lagi tertuju ke arah mereka. 

Sementara itu, Stella lagi-lagi tidak sengaja bertukar pandang dengan Arlina dan Svencer. Arlina langsung berbincang-bincang dengannya, sementara Svencer masih sama seperti biasanya; memilih memalingkan wajahnya, menghindari kontak mata Stella. 

Tak lama kemudian, pintu Istana Selatan yang besar itu pun terbuka. 

Stella menguatkan diri untuk melangkah masuk, walaupun kakinya terasa sangat berat. Tangannya yang ada di genggaman Regdar pun kembali menegang. 

Pesta ulang tahun raja malam ini ... pasti akan terasa panjang sekali. 

***TBC***

23 Januari 2021

Paus' Note

Yoi, pasti bakal panjang banget. Semoga nda lewat 3 part. Monanges. 

Oh iya, next chapter, bakal reveal Stella dansa sama siapa duluan. 

Dan kemungkinan besar nama Raja Terevias, Pangeran Terevias juga bakal reveal. 

Oh, dan yang paling kita tunggu-tunggu, pertemuan Stella dengan Putri Felinette. 

WIIIH GILA GA SIH, AKU MERINDING BANGET. Dahal aku ngeplotline dari bagian ini. Dan ya, kalo pertemuan mereka terjadi, cerita ini officially telah dimulai. 

Setelah kupikir-pikir, kok aku lamban banget ya :')

Oh iya! Maaf banget aku updatenya jadi lambat, padahal udah masuk bagian seru-serunya. Hiks. Aku entah mengapa yaa, udah planning nulis waktu malam, malah ketiduran duluan sampe lupa ngecharge HP :')

Sepertinya aku tidak lagi berbakat sebagai kalong.

Sejujurnya aku juga ingin secepatnya mempertemukan Stella dengan Putri Felinette, karena memang ITU ADALAH INTI dari cerita ini. In Order to Keep Felinette Survives. Betoel atau betoel?

SEMOGA MEMUASKAN KALIAN! 

BTW fanart kita hari ini dari @isevnleen

TJANTIEK YAAK.

C U NEXT CHAPTER!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro