28. Latihan Dansa Irsiabella Ravelsa
"Apakah orang sepertiku tidak pantas bahagia?"
***
Stella tidak benar-benar ingat apa yang terjadi sore itu. Satu-satunya hal yang diingatnya adalah wajah pemuda bermata merah yang menatapnya dingin, lalu berbalik pergi meninggalkannya dalam pertanyaan. Stella bahkan tidak menyadari suara dari Regdar telah bergema mengepungi lorong panjang, mencari keberadaannya.
Lalu, nyawanya seolah terkumpul kembali setelah berada di dalam kereta kuda. Tangannya ada di antara kedua tangan Regdar yang menggenggamnya hangat.
Entah mendapat kekuatan darimana, Stella membalas genggaman Regdar, menunjukkan bahwa dirinya baik-baik saja. Regdar membalas tersenyum, selanjutnya keduanya hanyut dalam keheningan, karena ternyata Regdar memilih untuk tidak mempertanyakan apa yang terjadi. Barangkali, Regdar memilih membiarkan Stella yang menjelaskannya setelah dirinya siap.
Stella masih samar-samar mengingat kejadian itu hingga hari ini. Sudah seminggu berlalu sejak hari itu. Stella kini mencurahkan semua perhatiannya untuk memikirkan apa yang sebenarnya diinginkan pemuda bermata merah itu.
Pencarian Felix Anonim pun menjadi terbelangkalai. Informasi-informasi tentang penjamuan minum teh pun tidak lagi menarik perhatiannya. Stella benar-benar penasaran dengan pemuda itu.
Sayangnya, Regdar tidak lagi membiarkannya keluar rumah. Lagi-lagi Stella harus merasakan rasanya kembali terkurung dalam rumah Ravelsa. Bahkan saat ini, ketika mereka berdua seharusnya kembali ke butik, Regdar sama sekali tidak mengajaknya atau menawarkannya untuk ikut.
Padahal, Regdar sangat senang, setiap Stella setuju untuk ikut dengannya di suatu tempat.
Stella menopang sebelah dagunya, merenung ke arah luar jendela kamarnya, mencoba memikirkan kembali apa yang sebenarnya terjadi waktu itu. Atau apa yang akan terjadi dengannya jika Regdar tidak datang menemukannya, tetapi Stella tetap tidak mendapatkan jawaban. Ini aneh sekali.
Stella sadar, kisah The Fake Princess yang ditulis Luna memang tidak terlalu detail. Luna hanya menceritakan garis besar kisah hidupnya yang penuh tekanan sebagai Putri Felinette, pandangan orang-orang terhadapnya, dan bagaimana akhir kisah hidup Putri Felinette yang juga mengakhiri mimpinya.
Tidak ada penjelasan lebih tentang Irsiabella yang ditulisnya. Irsiabella hanyalah tokoh samping yang menyempurnakan kisah tragisnya. Kedatangan Irsiabella Ravelsa saja, telah membuat konflik memuncak dan mengancam nyawa putri.
Lantas ada satu hal yang membuat Stella bertanya-tanya; apakah mungkin sebenarnya pemuda bermata merah dan Irsiabella memang telah dialurkan untuk saling bertemu hari itu? Apakah itu sudah mengikuti alur The Fake Princess yang tidak pernah Luna ketahui?
Jika benar, itu artinya Irsiabella telah lebih dahulu mengenal pemuda bermata merah.
Stella memijit-mijit kedua tangannya berulang kali secara bergantian. Perasaannya mulai gelisah dan suasana hatinya benar-benar di titik yang buruk. Rasanya, Stella bisa saja lepas kendali dan mampu menerbangkan semua peralatan di dalam kamar Irsiabella keluar dari jendela.
Pikiran negatif mulai merasuki kepalanya.
Bagaimana jika Irsiabella terlibat dalam pembunuhan Putri Felinette?
Stella sontak merinding ngeri membayangkannya. Meskipun Irsiabella tidak berasal dari keluarga bangsawan yang berpengaruh kuat, tapi Irsiabella memiliki kekuatan yang sangat kuat. Dan Stella lagi-lagi harus menguatkan diri, bahwa dirinya adalah Irsiabella Ravelsa.
Dan lagi, setelah kekuatan Irsiabella terbongkar, dia mendapatkan banyak dukungan dari keluarga bangsawan yang bertentangan dengan visi kerajaan. Banyak petisi yang terkumpul untuk membuat pengajuan agar Irsiabella Ravelsa dipertimbangkan sebagai kandidat Putri Terevias.
"Antara menjadi putri karena merebut posisi Feline atau menikah dengan Pangeran Terevias," gumam Stella, masih merenungi langit biru.
Ada banyak perselisihan panjang selama pemilihan kedua opsi itu. Pangeran Terevias telah bertunangan dengan Putri dari keluarga Duke Swanbell--salah satu keluarga yang juga sangat berpengaruh di negeri Terevias. Irsiabella dihadapkan dua pilihan; merebut posisi Putri Felinette atau merebut tunangan orang lain.
Satu-satunya hal yang janggal adalah bahwa Irsiabella tidak pernah menunjukkan rasa keberatan dengan hal itu. Memang, ,enjadi bagian dari kerajaan adalah impian semua orang di Negeri Terevias, tetapi apakah mungkin Irsiabella juga menginginkan itu?
Sebagian dirinya menolak pemikiran itu. Stella sudah ada di dalam tubuh Irsiabella hampir satu tahun, dan semua orang yang mengenal Irsiabella, setuju bahwa Irsiabella mempunyai pribadi yang sangat baik. Selain itu, hidup Irsiabella sudah sangat sempurna, sehingga sangat tidak mungkin Irsiabella mengambil risiko untuk campur tangan dalam dunia politik yang jelas akan membahayakan dirinya dan Regdar.
Peluang bahwa Irsiabella tidak terlibat dalam pembunuhan Putri Felinette jauh lebih besar. Irsiabella hanya gadis bangsawan yang tiba-tiba harus dipisahkan dengan ayahnya dan harus menerima persaingan antara dirinya dan putri kerajaan yang sesungguhnya. Itu juga bukan perkara yang ringan untuknya, pasti.
Namun, satu hal yang Stella tahu; Stella belum benar-benar melakukan sesuatu yang terlalu berdampak untuk mengubah jalan cerita The Fake Princess, dan itu pun membuka kemungkinan lain.
Kemungkinan bahwa pertemuan Stella dengan pemuda bermata merah sore itu, juga merupakan pertemuan pertama bagi Irsiabella, dalam cerita The Fake Princess.
Ketukan pintu kamarnya membuyarkan pemikiran Stella. Pengetuk pintu itu tidak mungkin Regdar, sebab pria itu pasti masih di kota atau mungkin dalam perjalanan pulang. Belum sempat Stella membalas, suara Sera lebih dulu terdengar dari balik pintu.
"Nona, Nona menerima pesan dari kediaman Whistler."
Stella menghela napas dan mempersilakan Sera untuk mengantarkan surat dari Dayward. Stella memang sedang tidak ingin membalas surat, tetapi daripada kepalanya kepanasan karena memikirkan berbagai kemungkinan yang bahkan tidak diketahuinya, lebih baik kepalanya kepanasan karena memikirkan kata-kata indah yang harus dikirimnya ke Dayward.
***
Setelah memastikan bahwa Regdar telah menyuap suapan terakhirnya, Stella langsung berdiri dan menghampiri Regdar. Regdar yang kebingungan, menggeser kursinya agar menghadap ke Stella yang berdiri di sampingnya.
Stella melebarkan kedua sisi gaun tidurnya dan menunduk, "Ayah, berdansalah denganku!"
Sejenak, keheningan menguasai ruang makan. Regdar juga hanya diam dan tidak memberikan respons apapun.
Hal itulah yang membuat Stella mendongak untuk memeriksa pria itu. Regdar menatapnya tanpa berkedip, sementara pelayan lainnya mulai tersenyum dan bertepuk tangan--Stella bahkan tidak mengerti mengapa mereka harus repot-repot melakukannya.
"Sekarang?" Regdar bertanya.
"Ya, tentu saja," balas Stella dengan semangat.
"Dengan pakaian seperti itu? Dengan pakaian seperti ini?" Regdar bertanya sambil menatap ke pakaian santainya dan gaun tidur Irsiabella.
"Aku hanya ingin latihan," balas Stella.
"Di sini? Tanpa musik?" Regdar bertanya lagi.
"Kalau Ayah ingin musik, kita bisa berdansa di aula," balas Stella. Seingatnya, ada gramofon yang memang jarang digunakan di salah satu sudut aula.
"Irsiabella, bagaimana kalau besok saja? Dengan penampilan yang lebih pantas?" tawar Regdar.
Stella langsung melepaskan kedua sisi gaun yang digenggamnya sedaritadi, lalu menatap Regdar dengan tatapan datar, "Ini hanya latihan biasa."
Mengapa malah Regdar yang gugup karena berdansa dengannya?
"Tadi sewaktu Ayah meninggalkanku di rumah ketika mengambil pakaian di butik, aku belajar menghafal langkah dan gerakanku sendiri," ucap Stella yang membuat Regdar langsung merasa bersalah.
"Baiklah, ayo, kita ke aula."
Stella tersenyum dan berjalan bersama Regdar ke aula. Ketika berjalan di sampingnya, Stella mulai menyusun kata-kata yang tepat untuk membicarakan tentang kejadian sore itu. Sebenarnya Stella belum yakin bagaimana harus mengungkapkannya, tetapi setidaknya dia berusaha mengikis kecanggungan di antara mereka, setidaknya sampai Regdar percaya bahwa dirinya sudah baik-baik saja.
Ketika sudah mencapai aura kediaman Ravelsa yang biasanya hanya menjadi lalu lalang, Stella mendongak menatap beberapa barisan pelayan yang berusaha memantau mereka dari atas sana. Pelayan yang memang mengikuti mereka sejak di ruang makan, pun sudah berbaris rapi mendekat tembok. Sera membantu memutar gramofon dan merekomendasikan alunan musik yang cocok untuk berdansa.
Ketika alunan musik lembut mulai memenuhi aula, Regdar langsung menghampiri Stella, mengulurkan tangan. Stella mengangkat kedua sisi gaun, lalu membungkuk hormat, kemudian menerima uluran tangan Regdar.
Keduanya mulai berdansa mengikuti alunan musik. Stella sesekali melihat keadaan di sekitar, semuanya tersenyum bahagia. Ketika Stella melihat ke arah Regdar, pria itu juga tersenyum penuh arti.
"Kau sudah bisa berdansa," puji Regdar.
"Karena aku sudah berlatih," balas Stella sambil tersenyum.
"Memangnya, kau latihan sekeras ini, agar bisa berdansa dengan siapa?" Terdengar nada kecemasan ditambah kecemburuan di dalamnya.
Stella membalas tanpa ragu, "Dengan Ayah."
Regdar tampak tertegun selama beberapa saat, sebelum akhirnya membalasnya dengan senyuman, "Di pesta nanti, kau akan berdansa dengan siapa?"
"Tergantung, siapa yang mengajak."
"Tuan Muda Whistler?" Regdar menerka.
"Ya, dia memang sudah mengajak di surat, tetapi aku baru boleh menerima ajakan dansanya kalau dia mengajakku berdansa di istana, kan?" tanya Stella.
"Ayah merekomendasikanmu bertukar pasangan setiap satu lagu, hanya untuk mencegah ada rumor-rumor aneh," timpal Regdar.
"Belum tentu ada yang mengajakku berdansa lagi selain Tuan Muda Dayward Whistler."
"Oh? Ayah tidak yakin," sambung Regdar, pandangannya kini menatap tepat di mata Stella, lalu pria itu mulai bercerita, "Ayah jadi ingat, dulu setiap acara, ibumu selalu mendapatkan banyak ajakan dansa dari para bangsawan."
"Oh ya?" Stella sungguh-sungguh bertanya.
"Iya, bahkan Yang Mulia Raja Terevias juga pernah mengajaknya berdansa."
Ucapan Regdar membuat pikiran Stella terhenti sejenak. Stella langsung teringat dengan rumor-rumor di cerita The Fake Princess, ada asumsi bahwa Irsiabella juga adalah Putri Terevias. Stella tidak sempat berpikir terlalu jauh, karena Regdar kembali melanjutkan ceritanya.
"Waktu itu, ibumu masih remaja dan Yang Mulia masih berstatus Pangeran Mahkota. Ayah juga waktu itu masih remaja, tapi Ayah tidak berani mengajak ibumu berdansa," curhat Regdar.
"Mengapa?" tanya Stella.
"Terlalu banyak orang yang menyukainya." Regdar tertawa masam. "Habisnya, kalian berdua cantik sekali."
Mengapa aku juga dibawa-bawa?
"Jadi, Ayah tidak berdansa dengan Ibu?" Stella bertanya murni karena rasa penasaran.
"Ibumu ..., tiba-tiba mengajak Ayah berdansa. Di tengah aula, di depan semua bangsawan."
Regdar tampaknya kembali mengenang kejadian itu, sebab pria itu langsung tertawa begitu lepas, menyejukkan. Stella sering melihat ekspresi Regdar seperti itu, tetapi kali ini, Regdar tersenyum karena Nyonya Ravelsa, bukan karena Stella mencoba menyenangkan hatinya.
Nyonya Ravelsa alias Ibu kandung Irsiabella pasti sangat menyayangi Regdar. Hanya itu yang terlintas dalam benak Stella.
"Dan caranya mengajak Ayah berdansa, sama persis seperti yang kau lakukan tadi," terang Regdar, kali ini raut wajahnya tampak terharu sendu.
Ah, aku membuka luka lamanya, ya? Stella diam-diam menyesali keputusannya.
Mereka akhirnya berhenti berdansa setelah lagu mereka selesai. Tangan kiri Stella masih ada di atas bahu Regdar, sedangkan tangan kanannya masih menggenggam tangan Regdar.
"Ayah, soal sore kemarin ...,"
Regdar menoleh ke arah Sera, "Satu lagu lagi," pintanya.
Begitu alunan lagu berputar lagi, mereka kembali berdansa sambil mengobrol. Sebelum mengajak Regdar latihan berdansa tadi, dia sangat takut akan melakukan kesalahan konyol seperti terinjak gaunnya sendiri atau terinjak kaki Regdar, tapi untungnya hal yang ditakutkannya belum terjadi.
"Ada apa dengan sore itu?" Regdar bertanya dengan lembut.
"A-aku hanya mengembalikan barang seseorang yang terjatuh, lalu aku menyadari kalau sudah terlalu jauh dari butik dan kami tidak lagi di kerumunan orang ramai," cerita Stella.
Regdar masih menyimaknya.
"Kupikir ..., itu salah satu bentuk upaya kejahatan. Dan kupikir, aku tidak akan bertemu ayah lagi. Mungkin orang itu membatalkan niatnya setelah menyadari Ayah mencariku," terang Stella lagi. "Maaf, karena tidak mendengar nasihat Ayah."
Stella nyaris menceritakan semuanya, kecuali fakta bahwa orang itu memiliki mata berwarna merah.
"Tidak ada yang perlu dimaafkan. Kau baik-baik saja, itu sudah cukup," ucap Regdar. "Apa kau butuh seorang pengawal?"
Stella langsung buru-buru menggeleng, "Tidak perlu, Ayah. Lagipula aku jarang keluar dan sebentar lagi aku akan masuk ke akademi publik."
"Ayah akan mengawasimu, kalau kita keluar lagi, lain kali," ucap Regdar.
Senyum Stella akhirnya terbit. Lain kali, kata Regdar. Dia bisa keluar rumah lagi setelah ini.
Dansa kedua selesai. Stella dipastikan sudah cukup menguasai latihan berdansanya.
Sekarang, tinggal menunggu pesta ulang tahun Raja Terevias yang akan dilaksanakan beberapa pekan mendatang.
***TBC***
09 Januari 2021
Paus' Note
1700+ kata.
Okeee, jadi aku update sebelum jam 12, soale ini update terakhir paus di umurnya yang ke-21. Hohohoho. Tanggal 10 besok sudah 22 hehehe.
Maaf ya, kali ini aku update agak lambat, soalnya aku bingung nulis chapter 28. Lol. Ini adalah attempt ke-3 ku karena ternyata aku ga sreg sama part 28 (1) dan part 28 (2).
Setelah ini, semoga aku bisa lancar nulis kayak biasa, soalnya sudah dekat dengan hari ulang tahun raja.
Ini aku harus cek dulu apakah ada yang harus ditambah sebelum itu (especially petunjuk lain di cerita ini yang belum kutebar kek meses) soalnya, dipastikan Stella bakal ketemu sama Pangeran + Putri yang merupakan karakter penting dalam cerita ini.
Yap! Penantian panjang kalian menunggu salah satu 9 huruf akan terbayarkan, kalau nggak ada apa-apa lagi yang harus kutambah.
Nah, kalo menurutku sih, udah semuanya sih, tinggal pesta aja. Tapi just in case kalo ada yang ketinggalan, aku kudu ngecek dulu (Paus literally udah nulis ini 3x)
Oh ya, Papa Regdar minta Stella dansa sama banyak orang yaaaa, jadi Stella bakal manutin Papah. Kayaknya nggak perlu nebak, kalian tahu siapa aja yang bakal dansa sama Stella.
BUT kalian boleh banget komen 1 nama cowok yang bakal dansa duluan sama Stella. YANG PALING BANYAK, BAKAL DANSA DULUAN SAMA STELLA. Well, obviously semuanya bakal kebagian, tapi siapa yang bakal duluan? Opsi: DAY, RAY, SVEN, REGDAR (ini perlu gasih) (?)
Oke, fanart kita hari ini dari Kanigaracrown
Ini si Kembar Dayward dan Rayward.
BAGUS SEKALEEEEEH
Terima kasih buat fanart-fanart yang kalian kirim yaaaa. Aku sudah save gambarnya dan sudah simpan nama wattpad kalian, tapi aku mutusin buat update 1 fanart / 1 chapter, biar lebih fokus kalian wkwkwkwkkw.
Buat yang udah kirim, tapi belum kuupload, mohon bersabar yaaaa. Kita sesuaikan sama antrian naskah masuk & menyesuaikan scene.
Buat yang tanya gimana cara kirim fanart, kalian tinggal kirim via DM atau email aku yaaaa.
See you next chapie!
Cindyana / PrythaLize
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro