Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

13. Berakhirnya Pesta Pertama Irsiabella Ravelsa

"Melupakannya bukan berarti itu tidak pernah terjadi, kan?"

***

Hari sudah mulai siang. Beberapa orang sudah mulai bersiap-siap kembali. Kartu undangan memang menunjukan bahwa acara hanya berlangsung sampai siang. Selanjutnya pengantin dan keluarga akan pergi ke kuil untuk pemberkatan, tapi kali ini tidak semua bangsawan diundang untuk mendampingi kereta pengantin. 

Dan tentu saja, keluarga Regdar bukan salah satu bangsawan 'beruntung' yang mendapatkan undangan. 

Mereka bisa langsung kembali ke kereta kuda dan kembali setelah berpamitan dengan Tuan Rumah. Semua bangsawan melakukan hal yang sama, tetapi ada yang lebih mengganggu Stella saat ini. 

Pertanyaan dari putra tertua Marquess Whistler ketika mereka hendak pulang. 

"Sayang sekali kita tidak bisa bertemu di akademi." 

Dayward jelas menyayangkan pertemuan mereka yang singkat hari ini. Stella bisa melihatnya dengan jelas. 

Oh, jangan tanya Stella bagaimana cara dia tahu kalau Dayward yang mengatakan hal itu. Tentu saja tak lain dan tak bukan lagi karena dia menggunakan setelan pakaian warna merah. 

Stella berusaha keras menaikan sudut bibirnya. Seandainya diam dan tak membalas apapun tidak dikategorikan tata krama yang buruk, Stella akan diam dengan senang hati. 

"Nona Ravelsa akan masuk akademi tahun depan, kan?" tanya Rayward yang membuat Dayward tiba-tiba kembali bersemangat. 

"Benarkah?"

Stella pun mau tak mau menganggukan kepala, walaupun batinnya kebingungan setengah mati. Darimana Rayward tahu soal itu?

"Tapi, kudengar umurmu sudah cukup untuk mengikuti akademi umum. Tahun ini tiga belas, kan?" Rayward bertanya dan lagi-lagi sukses membuat Stella bergidik ngeri. Orang ini kenapa tahu banyak? "Tapi karena kau ada di kelas Nona Dalton, kemampuanmu pasti tidak perlu diragukan lagi. Semua keluarga Viscount Dalton memang jenius."

Stella tidak tahu harus terus menyimak atau harus merinding. Perkataan Rayward terlalu membuatnya terintimidasi. Jujur, Stella lebih terintimidasi daripada ketika Dayward meminta izin mengecup punggung tangannya di depan umum tadi! 

"Sepertinya keluarga Viscount Dalton memang dikutuk biar cerdas," sambung Dayward sambil tertawa.

Perkataannya jelas mengandung candaan, tapi Stella tidak menyangka seorang anak bangsawan penting sepertinya malah tidak berusaha menjaga ucapannya. Setidaknya, ditahan sedikitlah kata-katanya. 

Bagaimana kalau ternyata Stella berpikiran kuno dan membuat gosip berjudul "Anak Tertua Marquess Whistler mengatakan bahwa Keluarga Viscount Terkutuk"?

"Biar kuperjelas. Itu adalah pujian," ucap Rayward, menyambung. 

Kurasa Rayward lahir bersamaan dengan Dayward untuk menjaga citra kakaknya. Mungkin. 

"Saya tahu." Stella menjawab sambil tersenyum. 

"Jadi, mengapa kau tidak mengikuti akademi?" Rayward bertanya lagi. 

Sial. Stella tidak akan bisa lolos dari pertanyaan itu, jika Rayward ada di sini! 

Stella memiringkan kepalanya, sedang memikirkan alasan yang mungkin bisa langsung diterima oleh mereka berdua. Menyadari bahwa Rayward mungkin memiliki insting yang lebih tajam, sebaiknya Stella menyiapkan alasan yang bagus. 

Dan yang jelas, Stella tidak mungkin bilang bahwa Irsiabella mengalami amnesia, apalagi kalau sampai mengatakan bahwa dirinya bukanlah Irsiabella.

"Saya tidak dalam keadaan yang sehat, jadi Ayah membiarkan saya rehat untuk sementara waktu."

Ya, akhirnya yang keluar adalah jawaban yang sama seperti yang diucapkannya kepada Arlina.

"Apa sekarang kau masih sakit?" tanya Dayward. Nada suaranya seolah mengkhawatirkannya, padahal mereka baru saling mengenal hari ini. 

"Sekarang aku sudah baik-baik saja." Stella lagi-lagi berusaha memasang senyum. 

Regdar manaaa? Ayo, cepat kita pulang

Seolah mendengarkan jeritan hati Stella, tiba-tiba saja Regdar muncul dan menepuk bahunya. Stella jadi curiga, jangan-jangan Irsiabella dan Regdar memang bisa saling bertelepati. Tapi jelas itu tidak mungkin, sebab Regdar tidak memiliki riwayat atas kekuatan sihir. 

"Selamat siang, Tuan Muda Whistler," sapa Regdar. 

"Selamat siang, Tuan Ravelsa," balas keduanya bersamaan. 

Stella dan Regdar saling bertukar pandang sejenak. Sepertinya Regdar sedang bilang, "Ya, ayo kita pergi dari sini!"

"Sudah mau pulang, ya?" tanya Rayward. 

"Ah ... sayang sekali, padahal aku masih ingin mengobrol dengan Nona Ravelsa," celetuk Dayward, agak kecewa. 

"Sayang sekali, ya." Regdar tertawa ringan, tapi Stella seperti mendengar penekanan tidak suka di tiap tawanya. "Siang ini sangat cerah, pemberkatan di Kuil Agung pasti akan berlangsung lancar. Semoga keluarga kalian diberkati kebahagiaan." 

Intinya, Regdar menekankan kalau mereka sudah harus pulang. 

"Terima kasih, Tuan Ravelsa."

Stella akhirnya membuka suara, "Terima kasih atas waktunya, Tuan Muda Whistler. Kalau begitu kami--"

"Apa aku boleh mengirim surat ke kediaman Ravelsa?" potong Dayward. 

Kali ini Stella hanya diam. Dirinya pelan-pelan melirik ke arah Regdar. Semoga saja Regdar bisa memberikan respons terbaik. Bagaimanapun juga sebenarnya kedua putra Marquess Whistler masih remaja. 

"Tentu saja boleh! Aku tidak melarang siapapun untuk berteman dengan putriku," balas Regdar sambil tersenyum. 

Stella ikut tersenyum. Iya, boleh! Tapi hanya berteman!

Dayward tampak senang setelah mendapat persetujuan dari Regdar, sedangkan Rayward hanya tersenyum dan menyimak.

***

"Tadinya Ayah mau mengajakmu ke kota, tapi karena kau kelelahan dan suasana hati Ayah kurang baik, kita pulang saja, ya?" 

Saat ini, di dalam kereta kuda yang memiliki lambang keluarga Ravelsa, Regdar mengeluh kepada Stella. Stella mencoba memahami perasaan seorang ayah, walaupun kenyataannya dia tidak pernah tahu bagaimana rasanya. 

Sebenarnya, bisa saja Stella merengek ingin melihat keadaan kota. Namun ada beberapa hal yang perlu ia pertimbangkan. Pertama, rombongan kereta keluarga Ravelsa masih mengikuti dari belakang. Kedua, mereka masih memakai baju pesta. Ketiga, dia mulai merasa kasihan dengan Regdar yang sepertinya memang mati-matian berjuang untuk Irsiabella. 

"Pestanya menyenangkan!" ucap Stella sambil tersenyum. Kali ini benar-benar senyuman tulus untuk pria itu. 

"Syukurlah kau menyukainya," balas Regdar agak lega. 

Sempat ada keheningan selama beberapa saat karena Stella bingung bagaimana cara menghibur pria itu. Lalu, Stella teringat dengan pertanyaannya di pesta tadi, pertanyaan yang belum dijawab oleh Regdar. 

"Jadi, mengapa Duke datang sendirian?" tanya Stella. 

"Oh iya. Lain kali tidak boleh bertanya tentang itu di tempat umum, ya," ucap Regdar. 

Stella jadi waswas, "Mengapa tidak boleh?" 

Regdar terlihat agak ragu menjelaskannya, "Dulu ada tragedi yang membuatnya kehilangan semua keluarganya; istri dan anaknya. Hanya Duke Archellios yang selamat." 

Mendengar itu, Stella tersentak kaget. Hatinya agak terpukul. 

Stella tidak terlalu memperhatikan larut wajah Duke Archellios saat penyambutan tadi, tetapi rasanya mengagumkan karena pria itu mampu berjalan setegar itu di hadapan banyak orang. Keberadaannya amat disegani dan dihormati. Walaupun langsung pulang setelah penyambutan, Stella merasa ia pria yang kuat karena menghadiri acara pernikahan orang lain yang membahagiakan, sementara dia sendiri tidak memilikinya.

Duke Archellios adalah contoh yang baik atas kisah orang-orang yang telah kehilangan segalanya dan tetap melanjutkan hidupnya. 

Berbeda dengan Stella yang memilih melarikan diri, menghindar dari kenyataan dan rasa sakit. 

Stella hanya seorang pecundang. 

"Jangan sedih," ucap Regdar setelah menyadari perubahan suasana hati Stella.

Stella sangat egois. Untuk kepentingannya sendiri, dia melakukan apapun untuk mencegah dirinya sendiri terluka. Stella kembali teringat ketika pertama kalinya dirinya menjadi Irsiabella dan hampir membuat semuanya kehilangan Irsiabella. Stella menyakiti perasaan orang lain, hanya agar dirinya tidak terluka. 

"Sudah kuduga kau akan menangis. Dulu kau juga menangis, sewaktu mendengar tentang tragedi itu." Regdar menghela napasnya lemas, "Mengapa Ayah harus melihatmu menangis dua kali untuk hal yang sama?" 

Stella tidak sadar dirinya telah menintikan air mata. Rasanya Stella semakin cengeng.

Sejak ... kehilangan Luna. 

Regdar berpindah tempat duduk di samping Stella, lalu memeluk bahu dan menepuk kepalanya. 

"Sudah, sudah, itu sudah berlalu," hibur Regdar.

Ini kedua kalinya Regdar memeluknya. Waktu pertama kali dirinya terbangun sebagai Irsiabella, rasanya pelukan Regdar tidak sehangat ini. Atau mungkin, Stella yang kurang mendalaminya, entahlah. 

"Duke Archellios sudah bangkit dari keterpurukannya. Katanya, beliau berencana untuk mengadopsi anak angkat," sahut Regdar. 

"Anak angkat?" 

Stella sempat terheran sejenak, sebelum akhirnya tersadar bahwa semua keheranannya selama penyambitan tadi telah terjawab dengan sendirinya. Semuanya menyambut Duke Archellios bersama dengan anak mereka. 

Itu yang dilakukan oleh Viscount Orion; membiarkan putri mungilnya berdesakkan dengan kerumunan, berharap mendapatkan kesempatan agar putri mereka bisa diadopsi oleh bangsawan tinggi. 

Rupanya begitu ... 

"Karena itu, semuanya buru-buru saat menyambut Duke?" tanya Stella.

"Iya, karena bagaimanapun juga, seorang Duke tetap perlu penerus, kan?" 

"Mengapa Duke Archellios tidak menikah lagi?" tanya Stella. "Kalau tentang umur, sepertinya umur Duke dan Marquess tidak selisih sejauh itu." 

"Irsiabella, kau tidak boleh berbicara begitu ya, kalau di depan umum," ucap Regdar lagi. Kali ini dengan nada lega, sebab sepertinya putrinya telah melupakan kesedihannya. 

"Aku berbicara begini karena aku hanya berbicara dengan Ayah," jawab Stella tegas. 

Regdar tersenyum heran, lalu mengelus rambut Stella, "Ayah senang, ternyata kau bisa berbicara seterbuka ini dengan Ayah." 

Perkataan Regdar saat itu memunculkan satu pertanyaan lagi di benak Stella; memangnya, bagaimana interaksi Regdar dan Irsiabella yang sesungguhnya?

***TBC***

27 November 2020

Paus' Note

Sudah ganti judul, hahahaha. 

Siap-siap lompat waktu ya, semua. Dikit doang, kok, beneran. Jangan jetlag ya. 

Aku pengin bikin cerita ini biar jangan terlalu serius, makanya sengaja bikin Stella ngoceh mulu wkwkwk. 

Tapi aku sadar banget, Stella bisa menjadi Irsiabella saja merupakan masalah yang serius. 

Aku pengin omongin banyak hal ke kalian, karena kalian sedang membaca first draft alias naskah kotornya. Keberadaan kalian bakal mempengaruhi perkembangan cerita ini sih. 

Aku nggak menjanjikan plottwist yang heboh macam di cerita sebelah (terserah kalian mau nganggap yang mana satu), aku cuma bisa menjamin cerita ini belibet setengah mampus. Jadi, semoga kalian nggak terlalu berekspektasi ketinggian soal bakal ada plottwist kesasar apa gimana, soalnya aku sendiri jujur nggak yakin kalau aku ada nyiapin itu, hehe. 

Tapi kalau kalian memang mau menunggu, silakan banget. Anggaplah kalau ada prediksi kalian yang meleset, semoga ga mengecewakan yaaaa. 

Sampai di sini, sebenarnya kalian mulai ngeh nggak sih, alasan mengapa aku terus-terusan dihantui sama cerita ini selama nyusun skripsi kemarin? 

Iya, karena saking belibetnya alur ini, aku sampai kayak .... 

Hah ... ini bisa kelar ga sih ....?

Barangkali kalian penasaran bagaimana cerita ini bisa nongol pertama kali di kepalaku. 

Pertama-tama, aku cuma mikir, pengin nulis cerita isekai deh.

Lalu aku baru ngeh kalau ADK I - MIZPAH juga tergolong isekai. ADK II juga tergolong isekai. 

Dan ADK III tergolong isekon ///garing kriuk kriuk astagaaaaaaaa 

^ Cin, ini tengah malam lho. NGAPAIN LU GORENG KERIPIK BEGINI. 

 Nah, setelah ada pemikiran untuk bikin cerita isekai, barulah aku mulai kepikiran cerita "The Fake Princess".

Ah, alurnya udah mainstream. Jangan deh. 

Apalagi kalau sampai kelar baca novel dan tertabrak Truck-Kun. Jangan disamain semua yaaaa. 

Dan akhirnya jadilah seperti ini, walaupun kenyataannya semuanya tetap terasa sama sih ya wkwkwkwk. Tapi jujur, aku senang banget sama alur pembuka ini. 

Oke, mari kita akhiri bacotan kita tengah malam ini. Besok aku kudu kerja dan sekarang Papa Paus udah negur, nyuruh tidur. 

TOLONG BIARKAN AKU BACOT DI AUTHOR NOTEEEE! Sebenarnya aku pengin banget nulis panjang-panjang, tapi kadang aku gatau harus ngomong apaan wkwkwkwkkw. 

Tapi nulis author note panjang lebar tinggi begini bikin aku serasa ngomong beneran sama kalian. Apalagi waktu kalian nyautin di komen dan ngerespon (ini bukan kode, tapi kenyataannya wkwkkw)

WADO MALAH LANJUT NGEBACOT DONG SAIA. DAHAL UDAH KUDU BOBOK. 

See you next chapie! 


Big love, CINDYANA

<3 <3



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro