Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

12. Pesta Pertama Irsiabella Ravelsa (3)

"Apakah kita melihat bulan yang sama?"

***

Kedatangan Duke dalam acara pernikahan Marquess membuat acara lebih terkendali dan mudah ditebak. Stella menyukuri beberapa hal dan salah satunya adalah bahwa dia tidak lagi menjadi pusat perhatian. 

Regdar bilang, sangat wajar bagi orang-orang untuk mengirim undangan kepada golongan bangsawan yang lebih berkelas, tetapi keputusan untuk menghadiri atau tidak, tetap ada di tangan Sang Bangsawan. Orang-orang di dunia ini pun menganggap kedatangan bangsawan besar adalah hal yang patut disyukuri, padahal kalau di dunianya dulu, mereka akan dicap sombong dan tinggi hati.

Stella melirik orang-orang yang sedang berbaris rapi menyambut kedatangan Duke Archellios. Kedatangan yang disambut semeriah itu membuat perasaan Stella campur aduk. Entahlah, rasanya jarak Stella sangat jauh dengan kerajaan. 

"Kau menikmati pestanya sejauh ini?" tanya Regdar.

Stella menghela napasnya. Rasanya agak tidak bebas, karena setiap hal yang diucapkan Stella harus dipikir masak-masak. Bukan hanya karena menjadi pusat perhatian, tetapi karena Stella tidak yakin bisa menjalankan misi sebagai gadis bangsawan pada umumnya. 

"Kapan kita boleh pulang?" tanya Stella. 

"Kau mau pulang?" tanya Regdar balik. 

Sebenarnya, Stella murni hanya bertanya, tapi mengapa Regdar seolah bersiap-siap minggat dari sana dengan senang hati? Ayolah, mereka sudah bangun pagi-pagi, membenah diri agar terlihat sepantas mungkin dan naik kereta kuda hampir satu jam ..., menyelamati pengantin, mengobrol dan kemudian bersiap pulang bahkan ketika penyambutan Duke baru dimulai? 

"Aku hanya tanya," balas Stella singkat. 

Gadis itu melirik ke arah gerbang dan akhirnya bertemu dengan sosok yang mereka panggil sebagai Duke Archellios. Pria itu sepertinya jauh lebih tua jika dibandingkan dengan Regdar. Pakaiannya terlihat mahal. Stella sampai berani bertaruh bahwa bros dan kalung rantai yang menghias bajunya bisa saja berbuat dari emas dan permata asli. 

Duke Archellious berjalan ke arah Marquess Whistler terlebih dahulu, tentu saja mendatangi Tuan Rumah terlebih dahulu. Karena kalau tidak, pesta ini benar-benar akan terlihat amat kacau. 

Semakin pria itu berjalan mendekati Marquess, semakin jelas pula wajahnya terlihat. Kerutan di wajahnya tak dapat disembunyikan, rambutnya pun telah memutih secara keseluruhan, dan yang paling membuat Stella terkagum adalah warna matanya. Abu-abu. Stella ingat, kata Arlina, itu adalah salah satu warna mata yang langka. 

Namun hal yang membuat Stella lebih penasaran adalah fakta bahwa pria itu hanya datang seorang diri, tidak ditemani sanak keluarga. 

"Ayah, mengapa Duke datang sendirian?" tanya Stella sambil berbisik. 

Regdar berbisik balik, "Nanti baru kita bicarakan," balasnya. 

Stella kesal. Namun, mungkin ada baiknya kali ini mendengarkan saran dari Regdar.

Stella tidak mengerti apa yang sedang mereka semua lakukan di sana; berdiri sambil menyaksikan Marquess Whistler menyambut kedatangan Duke. Sebenarnya kaki Stella mulai pegal, berdiri dengan hak tinggi lima centimeter. 

Kalau tentang korset pakaiannya, dia sudah membiasakan diri sejak memutuskan untuk melanjutkan hidup sebagai Irsiabella. 

"Kakimu sakit?" Regdar bertanya tiba-tiba, seolah bisa mendengar isi hati Stella. 

"Tidak terlalu." 

Jangan sampai Regdar membawanya untuk duduk dan mereka melewatkan penyambutan. Lagipula, tidak lucu jika tiba-tiba Duke Archellios bersedia menunggu hingga semua bangsawan yang hadir di pesta ini menyambutnya, kan? Siapa tahu saja dia gila hormat. 

"Viscount Ravelsa, kau punya putri yang sangat cantik." 

Tiba-tiba bangsawan di samping mereka memuji Irsiabella. Mereka menghadap ke arah Regdar, seolah mengajak Regdar berbicara. Stella refleks menoleh ke arah mereka dan tersenyum manis. 

"Putrimu kelak pun pasti akan cantik, Viscount Orion." Regdar mengucapkannya sembari melirik anak kecil yang ada di gendongan Nyonya Orion. 

Ketika mereka sibuk bercakap-cakap, perhatian Stella sejenak teralih kepada anak kecil yang digendong Nyonya Orion. Umurnya mungkin belum genap tiga tahun. Pakaian yang digunakannya sangat manis. Warna topi mungkin, gaun, dan sepatunya berwarna putih bersih. Anak itu sangat manis, sampai-sampai Stella hampir saja menawarkan diri untuk menggendongnya, tapi ada yang lebih mengganggunya daripada itu.

Mengapa mereka mau-mau saja membiarkan putri kecil mereka terjebak dalam kerumunan seperti ini? Karena harus melakukan penyambutan? Stella jadi merasa kasihan dengan anak itu. 

Sebenarnya, mereka tidak perlu melakukan ini, kan?

"Sekali lagi, selamat atas pernikahan kalian berdua." Suara berat Duke Archellios terdengar jernih, mungkin karena tidak ada seorang pun yang bersuara. 

"Terima kasih banyak juga, Duke. Adalah kehormatan terbesar untuk kami, karena Tuan bersedia menghadiri pesta kecil-kecilan kami," ucap Marquess Whistler. 

Stella hampir berceletuk, pesta kecil darimananya?

 Duke Archellios tiba-tiba mengangkat sebelah tangan kanan setinggi kepalanya. Sejenak, Stella kebingungan atas apa yang akan diperbuat olehnya. Hingga akhirnya kebingungan Stella terjawab setelah melihat cahaya silau terang dari tangan kanannya. 

Sihir?

Tidak sampai tiga detik, suara ledakan pelan terdengar di sekitar mereka secara beriringan. Dikejutkan oleh suara secara tiba-tiba, putri Viscount Orion mulai menangis. Orang-orang mulai gaduh sejenak, sementara ketika Stella mengingat, Regdar sudah menghalangi kepala Stella dengan lengannya. 

Detik berikutnya, kelopak bunga putih yang terpajang di taman Marquess seolah meledakkan diri. Kelopak-kelopak bunga itu berterbangan seperti confetti. Pandangan Stella mulai teralihkan oleh mahkota bunga yang berterbangan terbawa angin. Suara orang-orang yang kagum dan suara anak-anak yang menangis karena kaget pun pelan-pelan tidak lagi dapat didengar Stella. 

Kelopak bunga putih menari abstrak, dilatarbelakangi langit pagi yang cerah. Angin sepoi-sepoi yang mengacaukan rambut Stella yang telah ditata, tapi tidak mengacaukan tarian kelopak bunga itu. Indah sekali.

Stella larut dalam keindahan sejenak itu, karena berikutnya Stella seolah kembali menginjak bumi. Suara tangisan putri Viscount Orion terdengar kembali, kali ini dari jarak yang agak jauh, karena ternyata mereka sudah menjauhi kerumunan untuk menenangkan putri mereka. 

"I-itu sihir?" tanya Stella sambil menatap Regdar dengan tatapan membinar. 

"Kenapa? Kau mau mencobanya?" tanya Regdar yang membuat jantung Stella berdebar untuk beberapa alasan. 

"Memangnya boleh?"

"Boleh." Senyuman Stella mulai terbit ketika mendengar persetujuan dari Regdar, hanya sampai Regdar kembali melanjutkan, "Tapi tidak di kediaman Marquess Whistler, atau di rumah Ravelsa, atau di usiamu yang masih tiga belas tahun." 

Tatapan membinar Stella berubah menjadi tatapan yang datar. Itu sama saja seperti Regdar mengatakan tidak boleh.

"Ayolah, Ayah kan tidak bilang tidak boleh." Lagi-lagi Regdar seolah tengah membaca pikiran Stella. 

Stella mencoba melupakan kekesalannya dengan Regdar dan kembali beralih menatap Duke Archellios. Namun sayang, bukannya mendekat area pesta, pria itu justru berbalik dan bersiap-siap meninggalkan pesta. 

Lho? Kok?

"Lho ... langsung pulang?" keluh Stella agak kecewa. 

"Sudah biasa, karena itu Ayah bilang tenang saja." Regdar menepuk-nepuk punggung Stella. "Memangnya kau mau menyambutnya?" 

"Aku masih mau melihat sihir yang lain," balas Stella dengan polosnya. 

"Hm, kau yakin?" Regdar bertanya.

Stella sempat bingung dengan kata-kata yang dilontarkan Regdar, sampai akhirnya gadis itu tersadar ketika melihat hampir seluruh taman di area itu berserakan oleh kelopak-kelopak bunga putih. 

"Yang tadi itu indah, tapi aku jadi kasihan dengan bunganya," lirih Stella pelan. Dia memperhatikan sisa-sia bunga yang ada di taman. Masih ada beberapa yang belum rontok sepenuhnya, tapi lebih banyak yang telah kehilangan mahkota bunganya. 

"Tapi kau sempat ingin mencobanya, kan? Padahal biasa kau tidak suka dengan ritual balasan penyambutan," sahut Regdar yang membuat jantung Stella sedikit nyeri. 

Jadi Irsiabella tidak suka, ya? 

Setelah Stella pikir-pikir kembali, Stella sepertinya mengerti mengapa Irsiabella tidak menyukai ritual itu. Kelopak bunga putih yang berserakan di atas rumput hijau, rasanya seperti tidak menghargai. 

Namun nyatanya, ritual itu malah dianggap sebagai bentuk apresiasi atas penyambutan yang telah dilakukan Tuan Rumah. Ya, mengacak-acakkan tamannya, misalnya. 

"Kau mau bertemu dengan keluarganya Viscount Dalton?" tanya Regdar. 

"Mau," balas Stella. 

"Bagus." 

Regdar menatap ke satu sisi, lalu ke arah lain sejenak. Setelah Stella perhatikan, dua Whistler; Dayward dan Rayward sedang menatap ke arahnya walaupun kerumunan orang-orang mulai pecah dan mengerubungi mereka lagi. Menyadari itu, Stella pun semakin tidak ragu dengan keputusannya. 

"Ayo, Ayah. Tunggu apa lagi? Ayo kita sapa keluarga Dalton."

Yah, sepertinya membuntuti Regdar dan membiarkannya memamerkan Irsiabella di pesta ini lebih baik daripada harus dijadikan tontonan semua orang sendirian.

***TBC***

25 November 2020

Paus' Note

Apakah alurnya masih bisa diikutin? //nanyain ini dengan rutin sangat//

Hobi baru reader di cerita ini: Ngitung jumlah huruf di karakter cowok yang baru nongol. 

Padahal aku udah bilang kalau Pangeran dan si Mata Merah sama-sama punya 9 karakter. Dan, kalaupun mereka nongol, Stella pasti bisa ngenalin, lah. 

Kan sudah ada cluenya: Mata Pangeran warna Amethyst dan mata si Mata Merah pasti warna merah. Ngapain kalian repot-repot ngitung, dahal aku ngasih nama murni ngasal wkwkwkwk. 

Barangkali kalian juga masih bingung siapa yang bakal jadi male lead di cerita ini ... kalian sabar saja, akan ada waktunya dia terungkap hehe. 

BTW judul di cover sudah lebih kelihatan dari yang sebelumnya kan ya? Hehehe. 

Sebenarnya dari sebelum aku upload di Wattpad, aku sadar bahwa judulnya salah. Survives kudu pakai S. Awalnya kuabaikan kesalahan itu karena seperti yang kukatakan, KAYAKNYA JUDULNYA BELUM FIX DAN BISA SAJA KUGANTI SEWAKTU-WAKTU. 

Namun lama kelamaan aku malah mikir, gimana jadinya kalau ternyata itu fix? Aku bakal malu banget, sih. Sampai awal-akhir-selama-cerita-ini-majang-di-Wattpad.

Jadi, keputusan final, aku bakal ganti judul ini lebih cepat. 

In Order to Keep The Princess Survives. 

Biar ga malu-maluin aja. 

Belum ada yang negor juga sebenarnya, jadi aku mau nekenin kalau; "Aku tahu, tapi aku terlalu tempe. 

Barangkali sebenarnya ada yang ngeh, tapi nda berani tegur. Sans aja kalau mau negur, paus ndak gigit. Paus nelan ///ohok///

Aku baca komen, asumsi dan teori kalian dan bisa kukatakan kalau kalian keren-keren sih. Hahahaha. 

Jadi, di pesta Marquess, seseorang yang ditemuin Stella tu siapa? 

\/\/ell, |<enyataannya, Stella ketemu banyak orang, kan? Hehehehhehe. 

//jangan alay, Cin

Aku sebenarnya pengen nambah karakter kenalan Irsiabella lagi karena aku penasaran kalian bakal ngitungin nama karakter orang sampai kapan, tapi yaudah deh, pelan-pelan aja nanti kenalin semuanya satu-satu sampai kalian capek nebak siapa yang bakal jadi male lead. HAHAHAHAHA. 

Oke, jadi ceritanya semalam aku ketiduran pas kelar upload dan ga sempat nyicil, jadilah hari ini aku ngetik rodi. Dan baru kelar sekarang. 

Semoga malam ini--ah, aku ngantuk. Besok aku ketik lagi yaaa, kalo kelar, langsung kuupload. 

See you next chapie! 

Love yaaa~ 


Cindyana Paus

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro