Stay here!
═•°• ! INFO ! •°•═
╰► Italic : karakter sedang membatin, kata yang menggunakan bahasa luar (Inggris, Jepang, Korea).
╰► Bold : dialog / kata yang bermakna penting dalam cerita.
╰► Bold Italic : Sound effect, tanggal + jumlah word.
◢◤◢◤◢◤◢◤◢◤◢◤◢◤
Cerita berdasarkan sudut pandang Riku
Membenarkan letak kacamata yang sedikit longgar, aku memfokuskan penglihatanku pada sederet tulisan untuk kubaca kata per katanya. Jika ditanya, aku sedang membaca buku dongeng. Memang kekanakan tapi aku menyukai dongeng ini. Entah sudah terhitung berapa kali aku membaca buku ini, tapi tak pernah sekali pun merasa bosan.
Saat seseorang mengetuk pintu, aku segera mengalihkan fokusku. Mengetahui siapa yang bertamu hanya dengan mendengar suaranya, senyumku sumrigah. Aku segera mempersilahkan orang itu untuk memasuki kamarku. "Iya, masuklah Tenn-san!"
Sosoknya yang begitu rupawan membuatku merasa kagum, dengan ramah aku menyapanya, "Malam Tenn-san. Aku senang Tenn-san bersedia mampir ke kamarku. Kebetulan aku sedang bosan"
"Tapi..." Sepertinya dia terlihat berbeda? Aku menatapnya cukup lama, wajahnya nampak pucat tidak seperti biasanya. Aku akan mencoba bertanya untuk memastikan. "Tenn-san terlihat pucat. Tenn-san sakit?"
Ia menggeleng sekali, lalu menjawabnya, "Tidak, aku baik-baik saja. Maaf membuatmu khawatir"
Bohong. Aku yakin dia berbohong agar diriku tidak khawatir.
Yah... Jika itu yang ia inginkan, maka aku tidak perlu membahasnya lagi. Lagian aku juga tidak peduli.
"Daripada itu, apa yang sedang kau lakukan?" tanyanya.
Oh. Dia mengalihkan topik pembicaraan ya? Baiklah. Aku akan mengikuti arus topik ini.
Mengangkat buku yang kubawa dan memperlihatkan tampilan sampulnya, aku menjawab, "Aku hanya membaca buku dongeng"
"Apa kau menyukai buku itu?"
Mendengar lontaran pertanyaannya membuat senyumku otomatis memudar. Entah bagaimana raut wajahku sekarang ini. Perasaanku menjadi bercampur aduk. Apa tidak masalah jika aku memberitaunya sedikit?
"Aku sangat menyukai kisah petualangan Alice dan selalu membayangkan jika diriku adalah Alice yang berpetualang di dunia lain," jelasku berusaha tersenyum sebisa mungkin.
"Terlebih ada seseorang yang selalu membacakannya untukku sebelum tidur. Aku jadi merindukannya..."
Benar. Aku merindukan seseorang. Tapi sayang sekali aku tidak tau siapa yang kurindukan.
Tapi kekosongan di dalam hatiku perlahan sedikit terobati. Syukurlah...
Setidaknya aku tidak sepenuhnya gila.
Ia menatapku selama beberapa saat sebelum kembali melontarkan pertanyaan. "Seseorang itu siapa?"
Jari jemariku saling tertautkan membuat bentuk tanganku nampak seperti orang berdoa dan tanpa sadar kepalaku tertunduk ke bawah mungkin sebagian wajahku menjadi tertutupi. Aku terdiam selama beberapa saat sebelum menjawab pertanyaannya, "Aku sudah pernah cerita. Aku merasa seperti mempunyai seorang kakak dan seseorang yang kumaksut adalah 'kakak' ini"
"Aku sedang berusaha mencarinya... Tapi tidak ketemu-ketemu. Harapanku jadi menghilang karena menyerah"
Kuharap 'kakak' datang menyelamatkanku.
Aku ingin dia mengajakku keluar dari dalam sangkar. Aku ingin dia mengajakku ke dunia luar bersamanya.
"Aku yakin suatu saat kau akan menemukannya. Jadi tolong jangan menyerah," ujarnya tersenyum kecil. Apa Tenn-san berusaha menghiburku? Ah, aku tidak boleh mengkhawatirkannya lebih jauh.
Tapi, "Arigato, Tenn-san"
Setidaknya harapanku tidak musnah seutuhnya. Meski hanya berupa setitik kecil, harapanku masih ada dan kuharap suatu hari nanti dapat terwujud.
--!
Tenn-san baru saja mengusap kepalaku...!
Senangnya... Itu perlakuan hangat yang sangat kusukai.
"Sekarang jangan bersedih dan mari kita mengobrol saja"
Dia sangat lembut. Apa orang ini benar-benar mempedulikanku? Apa boleh aku mempercainya lebih jauh?
"Kalau begitu..." Ukh... Aku ragu ingin memintanya. Bagaimana jika dia malah menolak dan menjauhiku?! Tapi-- aku ingin dia melakukannya untukku. "Tolong usap kepalaku lagi" Tanpa sadar aku mengalihkan pandangan mataku, meskipun aku berhasil mengatakannya. Apa dia marah?
Ternyata dugaanku salah besar.
TENN-SAN MENGUSAP KEPALAKU LAGI! EHEHEHE
AKU SANGAT SENANG!
INI SANGAT NYAMAN, SUNGGUH!
Ah--! Aku harus mengontrol emosiku. Sebisa mungkin jangan memperlihatkannya berlebihan.
Tapi... Kenapa ya?
'Kenapa aku merasa sangat senang ketika dimanjakan olehnya?'
Aneh sekali. Padahal aku tidak meminta hal-hal seperti ini pada orang lain. Tapi tanpa tau malu aku malah memintanya pada Tenn-san.
Sial. Sepertinya, aku memang aneh.
⋘ 𝑙𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑑𝑎𝑡𝑎... ⋙
.
↺1%
.
↺18%
.
↺35%
.
↺67%
.
↺99%
.
⋘ 𝑃𝑙𝑒𝑎𝑠𝑒 𝑤𝑎𝑖𝑡... ⋙
.
.
.
𝐍𝐨𝐰 𝐥𝐨𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠. . .
.
███▒▒▒▒▒▒▒
.
█████▒▒▒▒▒
.
███████▒▒▒
.
██████████
.
ᴄᴏᴍᴘʟᴇᴛᴇ!
.
.
.
.
.
╔⏤⏤⏤╝❀╚⏤⏤⏤╗
IN ANOTHER LIFE
By : MonMonicaF
╚⏤⏤⏤╗❀╔⏤⏤⏤╝
Flashback
Di malam yang dingin dua anak remaja terlihat sedang berdiri membelakangi sebuah klub kecil yang telah ditutup hari itu. Satu anak bersurai baby pink dan anak lainnya dengan surai bewarna merah, keduanya tak nampak seiras meskipun memiliki tinggi badan yang sama.
Si surai merah yang diketahui merupakan sang adik mengusap air matanya yang terus mengalir keluar. Ia menangis sedih akibat klub musik milik orang tuanya diambil oleh orang lain. Berbeda dengan seorang anak bersurai baby pink yang merupakan sang kakak, dirinya nampak tenang tanpa berkutip satu kalimat pun.
Hingga fokus kedua anak ini teralihkan berkat kehadiran seseorang beserta sorot lampu mobil yang begitu menyilaukan.
Di sana muncul seorang pria paru baya mengenakan pakaian tuxedo dan dia mengatakan jika menginginkan sang kakak. Dirinya juga bilang jikalau si kakak adalah anak berbakat pada zaman itu.
Si adik yang melihat dan mendengarnya pun memegang telapak tangan kakaknya, berharap sang kakak menjawab jika mereka 'Tidak apa-apa'
Tetapi harapannya hancur seketika.
Berbeda dengan apa yang diharapkannya, sang kakak memajukan langkah membuat pegangan tangan dari si adik terlepas. Dengan segera si kakak menjawab, "Aku akan ikut denganmu"
Terlihat jelas bila sang adik nampak terkejut dengan keputusan yang diambil kakaknya. Dia sama sekali tidak menduga kakaknya akan memilih untuk mengikuti orang lain.
Hari itu... Sang kakak ikut pergi bersama seorang pria paruh baya dan tidak kembali lagi hingga kedua anak remaja itu telah menginjak usia dewasa.
Hati sang adik yang ditinggal merasa hancur. Namun di satu sisi dia tidak menyerah dan terus berusaha untuk mengejar langkah sang kakak. Berharap suatu saat hubungan mereka bisa membaik.
Lagi-lagi ia berharap.
...
Dalam selang waktu itu, sang adik berusaha mati-matian bertahan hidup meskipun dirinya tidak lagi bersama kakaknya. Dengan penyakit bawaan lahir yang membuatnya keluar masuk rumah sakit berulang kali.
Ia berusaha menahan rasa kesepian yang sangat besar, rupanya kehadiran sang kakak mempunyai peran besar dalam hidupnya.
'Tidak jangan pergi!! Kumohon!
Tetaplah disiku! Jangan tinggalkan aku sendirian!
Aku takut, aku kesepian!
Kumohon kembalilah!
Kumohon...'
Hari itu dirinya tidak bisa mengatakan kalimat tersebut. Suaranya seperti tertahan di kerongkongan, dan bibirnya tak mampu bergerak untuk mengutarakannya.
Rasanya begitu sesak dan menyiksa, hingga rasanya dirinya tidak bisa bernafas dengan benar. Sakit dan sesak, itulah yang selalu dirasakannya.
Seberapa jauh tangannya terulur untuk meraih kakaknya, tetap saja ia tidak bisa menggapainya. Sang kakak amat sangat jauh di depan hingga tak mampu untuk diraihnya kembali.
Sakit. Sakit. Sakit.
Ia memegang lehernya, berusaha mengeluarkan suara yang tertimbun di dalamnya. Ia harus segera berteriak untuk mencegah sang kakak pergi lebih jauh.
'Kumohon...'
Air matanya tak lagi bisa dibendung. Kini wajahnya telah terhiasi oleh bulir-bulir air yang terus berjatuhan dari pelupuk matanya tanpa henti. Mengalir deras hingga menciptakan bekas lengket di kedua pipinya. Nafasnya sesak, dadanya terasa sakit, tetapi ia tetap berusaha.
'Kumohon jangan tinggalkan aku!'
Akhirnya dengan lirih dia berhasil mengeluarkan suaranya, "Tenn-nii"
( Sc: pinterest )
--!
Membuka kedua mataku secara sontak akibat rasa sesak dan sakit yang sangat menyiksa, sepertinya kesadaranku terpaksa harus terbangun seketika. Tapi... 'Eh? Air mata?' Berusaha memproses apa yang baru saja terjadi, tanpa sadar air mataku telah menetes keluar. 'Itu tadi mimpi buruk?'
*Uhuk-uhuk
Memiringkan posisi tidurku, tangan kugunakan untuk menutupi mulutku saat terbatuk. 'Nafasku sesak dan ini rasanya sakit...'
Diriku berusaha keras untuk menghirup oksigen di sekitar, berharap rasa sesak ini sedikit terobati. Namun apakah sia-sia? Batukku semakin parah.
Gawat. Aku tidak ingin membangunkan yang lain. Kenapa juga harus kambuh sekarang.
*ceklek
Sudut pandang author
Pintu kamarnya terbuka tanpa izin sang pemilik. Si pembuka pintu ini terpaksa asal masuk karena mendengar suara batuk dari dalam. Dirinya mengedarkan pandangan dan visual pertama yang didapatinya adalah kondisi Riku yang terbatuk.
Seseorang yang dikenali dengan nama Tenn mendapati si surai merah yang juga menatapnya terkejut sebelum dirinya kembali terbatuk-batuk dengan parah.
"Kau baik-baik saja?!" tanya Tenn segera setelah menutup pintu, ia bergegas menghampiri Riku yang terlihat begitu pucat.
Disela batuknya, Riku berusaha untuk mengucapkan satu kata. "Inhaler," ujarnya dengan suara yang terdengar serak.
'Inhaler?' Mengerti dengan apa yang disebutkan oleh si surai merah, Tenn segera membuka laci meja di dekatnya untuk mencari benda yang dimaksutkan. "Ketemu"
Setelah mendapatkan barang yang dicarinya, Tenn beniat segera memberikannya. Pemandangan Riku saat ini sungguh membuatnya entah kenapa merasa tersakiti. 'Dia sangat tersiksa'
Mendudukkan diri di tepi kasur ia membantu si surai merah untuk mendudukkan diri. "Kemarilah," intruksinya tetapi tindakannya sendiri lebih cepat daripada perkataan. Ia membuat kepala Riku bersandar pada bahunya. "Buku mulutmu," suruhnya, lantas ia menyemprotkannya.
"Tenanglah dan kosongkan pikiranmu. Lalu tarik nafas dan hembuskan," intruksinya.
Menuruti apa yang telah diintruksikan, Riku menarik nafas lalu menghembuskannya.
"Lakukan lagi hingga rasa sesak itu menghilang," suruhnya.
Menarik nafas dan menghembuskannya keluar, itulah siklus yang terus dilakukannya selama beberapa kali hingga ia merasa lebih baik. Juga rasa kantuk ini tiba-tiba menyerangnya, membuat kesadarannya perlahan memudar.
Membiarkan air matanya kembali mengalir keluar, ia bergumam lirih, "Tetaplah berada di sisiku, Tenn-nii"
"..!" Tiba-tiba suara keras berdengung di telinganya bersamaan dengan kepalanya yang terasa sakit. Mendengar panggilan seseorang membuat sakitnya kambuh kembali. 'Tidak, jangan sekarang'
Menghiraukan nyeri pada kepala dan dengungan pada telinganya, Tenn menampilkan senyum kecil dan berbisik lembut di telinganya, "Aku akan berada di sisimu sampai kapan pun"
Mengetahui Riku telah tertidur, dengan perlahan Tenn mengusap bekas air mata yang berada pada kedua pipi itu. Sembari membersihkan bekas air mata itu, ia berusaha menahan denyutan keras di kepalanya.
'Apa kau tau sesuatu atau jangan-jangan kau memiliki hubungan denganku?'
'Apa kau seseorang yang sedang kucari?'
"Apa itu mungkin..."
.
.
.
- To be continued -
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro