Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Connected Feelings

⋘ 𝑙𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑑𝑎𝑡𝑎... ⋙

.

↺1%

.

↺18%

.

↺35%

.

↺67%

.

↺99%

.

⋘ 𝑃𝑙𝑒𝑎𝑠𝑒 𝑤𝑎𝑖𝑡... ⋙

.

.

.

𝐍𝐨𝐰 𝐥𝐨𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠. . .

.

███▒▒▒▒▒▒▒

.

█████▒▒▒▒▒

.

███████▒▒▒

.

██████████

.

ᴄᴏᴍᴘʟᴇᴛᴇ!

.

.

.

.

.

╔⏤⏤⏤╝❀╚⏤⏤⏤╗

IN ANOTHER LIFE
By : MonMonicaF

╚⏤⏤⏤╗❀╔⏤⏤⏤╝


Seseorang menampilkan kepalanya di celah pintu untuk mencari seseorang di dalam kelas itu. Memfokuskan maniknya ia berhasil menemukan sosok bersurai hijau lumut di sana.

"Daripada menghalangi jalan sebaiknya langsung masuk saja, Nanase-san," sahut seseorang cukup membuat ketiga orang ini terkejut.

"Dasar Iori! Kau membuatku terkejut tau!" balasnya sedikit kesal yang tentu diabaikan oleh orang yang dipanggilnya 'Iori'.

"Ohayou Riku, Tamaki, dan Sogo!" sapa seseorang berbadan kurang tinggi dengan surai jeruknya serta senyuman ramah yang diberikannya.

"Ohayou~" balas Tamaki lesu.

"Are? Tamaki ada apa?" tanya Mitsuki melihat adik kelasnya nampak begitu tidak bersemangat hari ini.

"Haha... Tamaki tidak mendapatkan jatah pudding hari ini," balas Riku tertawa kecil. Sementara si surai biru muda itu kini mempoutkan bibirnya.

"Tamaki-kun sudah makan banyak pudding. Jadi dia tidak memiliki jatah hari ini!" tegas Sogo, seorang yang menjadi dalang penyebab Tamaki terlihat lesu.

Sementara Mitsuki hanya bisa tertawa sweatdrop mendengarnya. "A..hahaha souka..."

"Good morning friends!!" sapa seseorang lainnya yang terbilang tampan, ia memiliki surai pirang. Namun sayangnya siswa ini pecinta 2d dan bahasa Jepangnya agak aneh.

"Ohayou Nagi/Nagi-kun/Rokuya-san," balas mereka kecuali Tamaki yang masih ngambek karena tidak diperbolehi memakan pudding.

"Hah..." Helaan nafas kasar terdengar dari seseorang yang berjalan keluar dari ruang kelasnya untuk menghampiri beberapa orang yang sedari tadi berdiri di dekat ambang pintu kelas. "Kenapa lama banget? Tinggal masuk aja pake ribet"

"Cerewet dasar ossan!!" celetuk Mitsuki.

"Apa yang ingin Nikaido-san katakan, sampai-sampai menyuruh kami berkumpul?" tanya si surai raven to the point.

"Sachou bilang kita harus menunjukkan seberapa jauh perkembangan kita," jawab Leader mereka dengan malas.

"Oh... oke"

"..."

"Jadi kita berkumpul hanya karena ini saja?! Kan bisa mengabari lewat rabbichat!" ucap Iori menghela nafas kecil sembari memegang kepalanya.

Seorang berkacamata dengan surai hijau lumut yang merupakan leader itu teringat akan sesuatu. Ia pun menjetikkan jarinya. "Ah! Ada satu lagi" ucapnya.

"Apa itu Yamato-san?" tanya Riku penasaran.

"Rencananya sekolah kita akan mulai menerapkan sistem asrama mulai besok. Tadi aku diberi tau oleh Yaotome," jelas Yamato.

"Wah?!! Benarkah?!!" pekik si surai merah dengan antusias.

"Woah?! Ini bakal seru desu!" sahut Nagi riang.

"Wahh... Aku jadi bisa lebih sering bertemu dengan Riku!" ucap Mitsuki tak kalah antusias.

"Ini good news atau bad news?" tanya Tamaki.

"Good news!" jawab Sogo yang dirinya sendiri nampak begitu senang, menyangkut beberapa hal seperti dia dapat bertemu Tsunashi Ryunosuke lebih sering.

"Kenapa reaksi kalian berlebihan seperti ini?" tanya Iori berwajah datar padahal sesungguhnya ia juga cukup senang. Wajar sih... Tsundere dianya.

"Kau terlalu kaku, Ichi," komentar Yamato.

"Ngaca sana," balas Iori.

Sementara itu, tanpa disadari senyum kecil terlukiskan di wajahnya. Satu tangan ia kepalkan di depan dadanya. 'Apakah ini berarti aku bisa bertemu dengan Tenn-san lebih sering?' batinnya, merasa cukup senang dan tidak sabar untuk menantikannya.

"Nanase-san kau sedang apa? Kelas akan segera dimulai loh!" Iori--

"Mou... iya-iya! Aku bergegas!" Riku--

"Ja nee~ Yama-san, Mikki, Nagicchi, So-chan" Tamaki--

.
.
.

Meregangkan tangannya ke atas untuk melemaskan otot-ototnya yang tegang, si surai merah bernafas lega. Kepala ditolehkannya menghadap ke luar yang menampilkan pemadangan langit senja yang cantik. "Aku lelah..."

"Kau hanya malas, Nanase-san," balas si surai raven dengan memasukkan bukunya ke dalam tas sembari berjalan.

Sedangkan satu orang lainnya malah menguap lebar. "Hoammmm.... Aku ngantuk. Pelajarannya juga sangat susah," omelnya.

"Eh?" Menghentikan langkah kakinya secara mendadak, Riku merasakan sesuatu yang aneh. Satu tangannya seakan tiba-tiba bergerak menuju depan dada dan meremas kain yang melapisinya. Ia seperti merasakan perasaannya yang menjadi tidak beraturan. 'Sakit... Ada apa ini... Perasaan ini sungguh menyakitkan,' benaknya mematung di tempat.

"Ada apa Rikkun?" tanya Tamaki.

"Apa asmamu akan kambuh?!" tanya Iori panik.

Ia menggeleng pelan. "Tidak" Kepala ia tundukkan ke bawah sehingga tatapan matanya tertuju pada ubin lantai. Ia menekuk kedua alisnya menyebabkan kerutan di dahinya. 'Ini bukan perasaanku? Aku sebelumnya merasa sangat baik... Aneh sekali...'

Mengembalikan posisi  kedua tangannya ke samping tubuh, ia terdiam sesaat sebelum mengucapkan sesuatu. "Maaf, aku sepertinya harus pergi"

"Hah? Kemana?" tanya Iori khawatir ketika melihat raut wajah Riku yang kini nampak sendu.

"Tidak tau... Aku hanya akan pergi menurut instingku," jawabnya berusaha mengatur ulang emosinya yang berantakan supaya tidak membuat asmanya kambuh.

"Hah?!"

"Kalian pulang duluan aja! Aku harus pergi!" pamitnya berlarian kecil sembari menolehkan kepala ke belakang dan melambaikan tangannya.

"Chotto-- jangan berlari!" tegur Iori.

Seperti biasa ia mengabaikan teguran Iori dan terus berlari mengikuti ke mana insting membawa dirinya. Dia sendiri juga tidak mengerti kenapa dirinya bertingkah seperti ini. Alasan dia yang merasa aneh tiba-tiba, kakinya yang terus berlari, dan alasan mengapa perasaannya seakan tersakiti.

Terus berlari mengitari lorong dan menaiki tangga hingga kakinya membawanya tepat di depan pintu perpustakaan. Nafasnya menjadi terengah-engah dan kedua matanya nampak berkaca-kaca. Ia pun membuka pintu perpustakaan dengan cukup keras.

*tes

Di saat yang bersamaan bulir bening itu mengalir keluar dari pelupuk matanya, yang perlahan disusul oleh bulir air selanjutnya. Kedua irisnya terpaku pada sosok di dalam sana yang nampak terkejut. "Are? Kenapa aku menangis?"

"Mana kutau! Lagian sudah kukatakan jangan banting pintunya!" balas si surai baby pink sekaligus menegurnya.

"A-ah.. gomen... tapi... ukh..." Ia kembali meremas kuat kain yang melapisi dadanya serta menggigit ujung bibir bawahnya. "Kenapa ini begitu menyesakkan?". Air mata terus mengalir keluar sehingga membuat kedua pipinya menjadi basah. 'Ini memang bukan perasaanku...'

Tanpa ia sadari, siswa bersurai baby pink itu sudah berada di hadapannya. Tangan putihnya secara refleks ditaruh pada pucuk kepalanya dan mengusapnya dengan lembut. "Jangan menangis"

'--! Apa yang kulakukan?! Padahal aku sendiri sedang sakit hati, kenapa aku malah menghiburnya? Seakan tubuhku bergerak sendiri...,' benaknya tidak mengerti. Namun meski begitu ia tetap melanjutkan aktivitasnya itu.

Bibirnya sedikit terbuka dengan pandangan kedua irisnya yang tidak lepas dari lelaki di depannya ini. "Ah... Te-Tenn-san?". Aneh... ia merasakan keanehan yang tidak dapat dimengerti. Tapi yang jelas ia menyadarinya. "Tenn-san sedang sedih ya?" tanyanya sontak membuat gerakan tangan Tenn yang mengusap kepalanya menjadi terhenti.

Ia memundurkan beberapa langkah dan menatap lekat pada lelaki bersurai dan bermanik merah itu. "Bagaimana kau bisa tau?" tanyanya curiga.

"Entahlah... Tapi apakah Tenn-san memang sedang bersedih? Apa ada yang menyakitimu?" balas Riku kembali melontarkan pertanyaan.

"..."

Riku menundukkan kepala membuat sebagian wajahnya tertutupi oleh surai merahnya. 'Jadi memang iya jawabannya...Tapi--'

'Siapa sebenarnya orang ini?'

.

.

.


Menyodorkan sebotol air pada orang di sebelahnya, Tenn sedikit meliriknya melalui pucuk mata. Kedua matanya nampak begitu sembab sehabis menangis dan sepertinya nafasnya terengah. Ia tidak mengerti namun apa pedulinya. "Aku memang sedih. Tapi tidak akan kukatakan alasan aku merasa sedih"

"Baiklah... tidak masalah...," balasnya tersenyum kecil.

"Lalu kenapa kau menangis?" tanya Tenn memalingkan kepalanya.

"Itu..." Riku memainkan jari-jemarinya, ia sendiri juga tidak mengetahui jawabannya. Secara tiba-tiba ini terjadi, sungguh aneh. "Tiba-tiba saja aku menangis"

"Hah?" Tenn memandangnya dengan tatapan datar, ia tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarkannya. "Kau aneh," celetuknya.

Sementara dirinya hanya bisa membalas dengan kekehan kecil. "Hahaha...." Dia memegangi dadanya sendiri dengan memejamkan kedua matanya selama beberapa saat. "Ini bukan perasaanku... aku seperti merasa perasaan barusan terhubung dengan seseorang"

"Dasar aneh" Tenn--

"...hahaha..." Riku--

'Jadi anak ini juga mendapat gejala serupa? Apakah ini penyakit mental ya?' tanyanya pada diri sendiri.

- Sementara di luar perpustakaan -

"Sejak kapan Nanase-san dekat dengan siswa itu?" tanya Iori memegang dagunya.

"Iorin... jangan memata-matai orang...," celetuknya begitu saja dengan menyandarkan punggungnya pada dinding di belakang.

"Ssttt! Diamlah Yotsuba-san!" tegur Iori mendekati Tamaki dengan menaruh jari telunjuknya di depan bibir dan tanpa permisi ia menyeret tangan Tamaki untuk segera pergi dari tempatnya berada saat ini.

.
.
.

- to be continued -

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro