Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Aku ingat semuanya! -Tenn

═•°• ! INFO ! •°•═

╰► Italic : karakter sedang membatin, kata yang menggunakan bahasa luar (Inggris, Jepang, Korea).

╰► Bold : dialog / kata yang bermakna penting dalam cerita.

╰► Bold Italic : Sound effect, tanggal + jumlah word.

◢◤◢◤◢◤◢◤◢◤◢◤◢◤

⋘ 𝑙𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑑𝑎𝑡𝑎... ⋙

.

↺1%

.

↺18%

.

↺35%

.

↺67%

.

↺99%

.

⋘ 𝑃𝑙𝑒𝑎𝑠𝑒 𝑤𝑎𝑖𝑡... ⋙

.

.

.

𝐍𝐨𝐰 𝐥𝐨𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠. . .

.

███▒▒▒▒▒▒▒

.

█████▒▒▒▒▒

.

███████▒▒▒

.

██████████

.

ᴄᴏᴍᴘʟᴇᴛᴇ!

.

.

.

.

.

╔⏤⏤⏤╝❀╚⏤⏤⏤╗

IN ANOTHER LIFE
By : MonMonicaF

╚⏤⏤⏤╗❀╔⏤⏤⏤╝


Melangkahkan kaki membelah keramaian para siswa-siswi yang berhamburan. Lekaki bersurai merah ini hendak pergi ke balkon sekolah tempat biasanya dia berdiam diri untuk sekadar menikmati langit biru selama jam istirahat. Berbeda dengan siswa lain yang saling bergerombol, tampaknya ia lebih nyaman menghabiskan waktu seorang diri.

Namun siapa sangka jika di tempat peristirahatannya telah ditempati oleh beberapa orang. 'Padahal aku ingin sendirian,' benaknya berniat kembali, sebelum suara seseorang menahan niatnya untuk pergi.

Si surai uban lah yang pertama mendapati kehadiran Riku di sana. "Kau kan Nanase?"

Irisnya crimsonnya pun menatapi satu per satu sosok manusia di sana. "Eh? Yaotome-san ya? Yamato-san dan Tenn-san juga"

Si surai hijau lumut itu tanpa permisi merangkul Riku sok akrab dan membawanya mendekat pada kedua orang lainnya. "Mau ke mana? Lebih baik beramai-ramai dari pada menyendiri," ucap Yamato dengan jahil mengacak surai merah itu.

"Yamato-san hentikan!! Jangan mengacak rambutku, mouu!!" responnya namun tidak mencoba menyingkirkan tangan Yamato yang seenaknya memberantakan rambutnya.

"Oh ya omong-omong Nanase tidak terlihat selama semingguan ini. Ada apa?" tanya Gaku mewakili pertanyaan yang lain.

"Acara keluarga!" jawabnya cepat dengan tak lupa meloloskan diri dari rangkulan Yamato padanya.

"Hei Riku! Onii-san mau memanjakanmu!" sahut Yamato yang sebenarnya berniat menjahili Riku karena baginya itu lucu saat melihat wajah ngambeknya. Senyum jahil tercipta di wajahnya membuat Riku enggan untuk berada di dekat ossan lumut ini.

Mengetahui Yamato yang berjalan mendekatinya dengan wajah iseng semakin membuat Riku secara otomatis memundurkan langkahnya sedikit demi seidikit. "Yamato-san jangan jahil dong!!"

"Hehe, kemarilah Riku. Onii-san tidak jahil kok," balasnya tertawa jahil dan akhirnya ia berhasil menangkap si surai merah yang berusaha kabur.  "Kena kau!" serunya lantas meluncurkan gelitikan pada tubuh Riku.

Riku yang tertawa terbahak-bahak akibat gelitikan pada tubuhnya yang terasa geli, membuat dirinya meronta-ronta untuk melepaskan diri. "Hahahaha-- Ya-Yamato-san-- Hahaha-- hentikan!!"

Tetapi tidak ada ampun, Yamato terus menggelitikinya. Merasa gemas melihat makhluk seimut Riku. Hingga ia teringat akan penyakit asma milik si surai merah, sontak ia menghentikan kegiatan jahilnya. 'Ah... aku bisa saja membuatnya kambuh'

Mengetahui Yamato telah melepaskannya dengan segera Riku berlari menuju belakang Tenn, berniat meminta perlindungan. Ia lantas menyembunyikan tubuhnya di balik punggung Tenn meski masih terlihat jelas. "Huwee Tenn-san tolong aku!" rengeknya memegang lengan si surai baby pink.

Sementara Tenn kini hanya memperlihatkan senyum manis yang berbanding terbalik dengan aura menyeramkan yang menguar darinya. Ia menatap si Yamato dengan senyuman manis miliknya. "Nikaido Yamato kau adalah senpai, jadi tolong bersikaplah yang benar," ucapnya bernada ramah meskipun dalam kalimatnya berisi penekanan.

'Hik! Menyeramkan!' batinnya meneguk liur dan mundur perlahan menjauhi aura pekat yang bisa saja menusuknya kapan pun.

"Awas Nikaido, berhati-hatilah dengan Tenn.  Karena dia itu tenshi maut," peringat Gaku yang sudah menjalani kehidupan sehari-harinya bersama malaikat jadi-jadian itu.

Tenn membalas tak terima dengan ucapan si surai uban, "Hah?! Apa katamu sobaman?!"

"Itu faktanya kan! Kau hanya berwajah malaikat dihadapan para gadis padahal nyatanya kau lebih mirip setan!"

"Apa katamu?!"

"Dasar setan!"

Oh tidak. Aura gelap itu semakin menguar, bahkan perempatan imaginier sudah bermunculan di dahinya karena merasa kesal. Sebagian wajahnya pun tertutupi oleh surai baby pinknya, namun Tenn seperti siap membunuh kapan pun.

"Yaotome gobloq! Kok malah dibuat tambah ngamuk hah?!!"

"Jangan salahkan aku! Kan yang kukatakan itu fakta!"

"Tapi aku bakalan ikut mampus gegara lu!"

Senyuman manis itu masih terukir indah penuh makna di dalamnya dan siap menghabisi dua orang itu dengan segera. Entah bagaimana nasib kedua insan apes di sana jikalau tindakan Riku selanjutnya tidak menghentikan Tenn.

( pinterest )

Sebuah kecupan singkat mendarat bebas di sebelah pipi putih milik si surai baby pink. Sebuah tindakan yang sukses meredakan aura mencekam itu seketika dan sukses membuat ketiga makhluk hidup di sana menjadi mematung.

"Wahh!!" seru dua orang yang heboh sendiri saat melihat pemandangan langkah di depannya. Terlebih si pangeran sekolah yang rumornya susah didekati itu. Namun dengan gampangnya Riku melayangkan kecupan di pipinya begitu saja.

Sementara Tenn sendiri sedang ngeblank akibat tindakan dari si surai merah. Otaknya masih memproses kejadian itu dan dirinya menjadi mematung di tempat saking terkejutnya. Tapi bukan emosi marah yang dirasakannya. Entahlah, sampai-sampai Tenn bingung sendiri mendeskripsikannya. "Na-Nanase-san apa yang baru saja?!"

"Tehehe~ Iya aku mencium pipimu barusan," jawabnya dengan tampang polosnya terkekeh kecil. Ia tersenyum ceria sembari menatap Tenn dengan mata berbinar. "Tenn-san boleh minta sesuatu?"

Tenn menyentuh bagian pipinya yang habis dikecup oleh si surai merah, lantas dengan otaknya yang masih tidak connect, ia membalas, "Apa?"

"Peluk," jawabnya singkat hanya dengan satu kata saja. Sepertinya ia sungguh mengharapkan sesuatu karena itu nampak jelas dari kedua matanya yang berkilau-kilau.

"Eh? Iya?" Jujur saja Tenn tidak menangkap maksut perkataan Riku yang singkat dan berniat menanyakannya lebih lanjut tetapi lagi-lagi ia dikejutkan oleh si surai merah yang tanpa aba-aba menerjangnya dengan pelukan erat. "Yeyy!!" serunya senang.

"A-ah...? Kau sedang apa?" tanya Tenn ngeblank.

Melepas pelukan eratnya yang singkat, Riku memegang kedua tangan Tenn sembari tetap mempertahankan senyumannya yang imut. "Aku merindukanmu," balasnya.

"Yaotome kita pergi saja yuk"

"Iya deh. Kita bagaikan nyamuk yang tak dianggap"

"Sad banget"

"Yodah yuk"

Sip. Kedua orang itu meninggalkan tempat begitu saja dengan alasan diabaikan tetapi mungkin saja mereka mengambil kesempatan untuk kabur dari tenshi maut yang sudah diluluhkan oleh anjing kecil.

Abaikan duo yang sedang kabur itu dan mari berfokus pada interaksi Tenn dan Riku.

Pandangan manik crimson itu menyendu dan senyumannya perlahan luntur. "Selama tidak di sekolah aku sungguh kesepian," tuturnya tersenyum kecil. Genggaman tangannya pada Tenn pun perlahan dilepaskannya. 'Yah... meskipun ada Haruka di rumah'

"Begitukah..." Si surai baby pink itu sedikit melamun, menerawang mimpi yang di dalamnya merupakan salah-satu ingatan menyedihkannya bersama Nanase Riku. 'Apa aku bertanya saja padanya?' benak Tenn merasa ragu.

"Ada apa Tenn-san?" tanya Riku menyadarkannya dari lamunan sesaat.

"...Tidak..."

Riku berniat mengatakan sesuatu namun ia membatalkan niatnya. Ia melangkah mundur hingga menciptakan jarak di antara keduanya. Kepalanya tertunduk ke bawah untuk menyembunyikan raut wajahnya saat ini. Sebuah tarikan nafas diambilnya secara singkat. "Tenn-san begini..."

Sementara Tenn termenung, ia sendiri tidak tau harus berucap apa. Dia mengenal lelaki bersurai merah ini tapi di satu sisi ia tidak mengenalnya. Ingatannya bagaikan film yang dipotong. Mengetahui si surai merah yang menjauhkan diri, Tenn memiringkan kepalanya tidak mengerti. "Kenapa?"

Senyuman milik Riku telah memudar dan tanpa sadar dirinya meremas kuat ujung baju seragamnya. "Terima kasih atas seluruh perlakuanmu padaku selama ini," ujarnya kembali menutup mulut untuk mempersiapkan diri melanjutkan perkataannya.

'Kenapa kalimatnya seperti ingin mengucapkan perpisahan?' benaknya. Mungkin ia merasa sedikit sakit hati atas penuturan si surai merah.

Perlahan ia kembali mengangkat kepalanya yang tertunduk dan di sana si surai baby pink dapat melihat dengan jelas dan pasti. Tampilan wajah Riku yang tanpa ekspresi senang atau pun sedih. Serta kedua iris crimsonnya yang nampak kosong tanpa adanya binar di dalamnya. "Mulai sekarang aku bukanlah Nanase Riku yang kamu kenal," lanjutnya.

'Apa-apaan tatapan kosong itu?! Ini seperti yang waktu itu,' pikirnya sedikit tersentak melihat perubahan raut wajahnya. Bahkan tatapan iris crimson itu seakan tidak memiliki harapan hidup. Benar-benar miris.

"Jangan coba berpikir jika aku itu saudaramu karena kita memang bukanlah saudara kembar!" tegasnya. Kau tau, ingatan Nanase Riku itu saling bersinggungan. Singkatnya ia tidak sadar dengan ingatannya yang bercampur aduk dengan ingatan di kehidupan sebelumnya.

Mendengar ucapan yang keluar dengan begitu jelas dari mulut si surai merah membuatnya menjadi terperangah. Kedua matanya membelalak utuh sebagai bentuk pengekspresian keterkejutannya. "Kembar? Kau dan aku--?" Dirinya menjadi teringat atas mimpi buruknya yang memperlihatkan sepotong ingatan. 'Jadi... panggilan '--nii' itu...  apakah dia... adik kembarku..?'

*ngingg

Seketika dirinya berjongkok ke bawah bersamaan dengan kepalanya yang ia pegang dengan keras begitu suara dengingan memenuhi kepala juga indra pendengarannya. Kepalanya terasa begitu sakit sampai membuatnya merintih kesakitan karena menahannya.

'Eh? Ada apa dengan orang ini?' batin si surai merah menatap kosong pada Tenn yang tampak kesakitan. "Kamu-- kenapa?"

"Ugh..." Nafasnya menjadi tersengal-sengal dengan keringat dingin yang mengucur deras dari setiap pori-pori kulitnya. Rasa sakit yang begitu jelas ketika sekeping demi sekeping memori kembali padanya.

Iris crimson itu masih menatap lekat pada sosok Tenn yang terlihat tersiksa. Otaknya mencoba berpikir upaya apa yang harus dipilihnya. Ia memiringkan kepalanya tidak mengerti. 'Apa yang terjadi?! Aku harus bagaimana?'

*drap drap

Langkah kaki terdengar mendekat dan tak lama setelahnya kedua senpai menampakkan dirinya dalam keadaan berkeringat sehabis berlari. Pemandangan pertama yang dilihat membuat mereka menjadi terkejut.

"Are? Senpai orang ini terlihat menderita jadi apa yang harus kulakukan?" tanya Riku yang dari raut wajahnya terlihat tenang tanpa menunjukkan ekspresi apa pun.

"Kau gila Riku?! Seharusnya kau menolong dan bukan hanya diam memandangi!" sentak salah seorang senpai dengan surai zebranya. Ia menghampiri Tenn dan membantunya untuk menenangkan diri. Sepertinya Momo sedikit emosional sehingga tanpa sengaja ia malah membentak kouhainya.

"Aku salah ya.. Maaf kalau begitu," balasnya menundukkan kepala tidak tau harus memberikan respon seperti apa. Sejujurnya ia sedikit tersentak ketika Momo berteriak tadi.

Tangannya sendiri masih meremas kuat ujung seragamnya sedari tadi. Tetapi sayangnya ia tidak menyadarinya. Orang yang telah hidup tanpa perasaan selama belasan tahun mana mungkin mengetahuinya. "Tadi aku salah berucap, abaikan saja Tenn-san," ujarnya. Ia membalikkan badan berniat untuk lekas pergi dari sana dan menyempatkan diri untuk sedikit menoleh sembari berkata, "Ja-- sayonara Tenn"

Yuki hanya melirikkan matanya menatap kepergian Riku setelah selesai mengucapkan kata perpisahan. 'Aku merasa aneh mendengar Riku-kun langsung memanggilnya tanpa suffix -nii' Barulah ia tersadar akan pengucapan si surai merah.

Samar-samar indra pendengar mereka menangkap suara bergetar dari si surai baby pink. Meski rasanya begitu berat, Tenn mengangkat kepalanya dan dengan pandangannya yang rabun ia berusaha menggapai si surai merah dengan tangannya yang terulur. "Tunggu--"

"Tenn-kun?"

Meski begitu si surai merah hanya sedikit menoleh tanpa berniat untuk memberhentikan langkahnya. Ingin rasanya Tenn berdiri namun apa daya kedua kakinya yang terasa mati rasa. Bahkan kini pandangannya menjadi gelap bersamaan dengan tubuhnnya yang ambruk.

~~


Kelopak matanya terbuka secara perlahan menampilkan iris amaranth pink miliknya. Visual pertama yang didapatinya adalah sebuah tempat asing, di mana saat ia melihat-lihat sekitar, nampak banyak sekali gambaran-gambaran layaknya sebuah film yang diulas dengan cepat. Ia memutar tubuhnya dan disekelilingnya sungguh terlihat film-film tepatnya setiap potongan memori yang terputar.

"Ini semua adalah ingatanku?"

Dengan ekspresi setenang aliran sungai, si surai baby pink ini melihat satu per satu kepingan memori yang terulas dengan cepat. Setelah selesai ia berganti melihat kepingan lainnya. Begitu dan begitulah yang terus dilakukannya pada seisi ruang yang penuh akan memori, baik itu memori kenangan menyenangkan maupun menyedihkan.

Perputarannya pun semakin cepat tetapi irisnya masih bisa mengikuti kecepatan film itu tanpa melewatkan satu pun. Ia akan melihat semuanya dari awal hingga akhir.

Alur kisah hidup mereka yang berlika-liku, semua hambatan dan permasalahan yang menghadang, serta suka dan duka pun telah mereka lewati hingga detik ini. Semuanya kembali ditontonnya layaknya sebuah film yang panjang, membangkitkan rasa nostalgia dalam dirinya.

Seperti... Oh, ini yang kulakukan dulu...

Sembari mengenangnya sedikit sehingga memicu berbagai emosi dalam hatinya. Emosi yang umum dimiliki oleh seorang manusia. Bahagia, marah, sedih, dan takut.

Dia bahkan terkekeh kecil merutuki dirinya sendiri yang selama ini begitu polos. Tidak terbayangkan sosoknya yang hidup bebas tanpa mengingat apapun.

Bagaimana mungkin ia melupakan ikatan mereka?

Bahkan janji yang dulu diucapkannya tidak ditepati secepat mungkin. Gemas rasanya. Padahal seseorang yang dicarinya jelas berada di sampingnya. Kenapa ia malah meragukannya?

Juga kenapa ia baru mendapat ingatannya sekarang... Alangkah lebih baik jika ingatannya kembali lebih cepat.

"Setelah semua rasa sakit itu aku akhirnya mengingatnya," ujarnya menghela nafas lelah. Kedua matanya terpejam selama sesaat dan satu tarikan nafas panjang pun ditariknya lantas dihembuskan keluar. "Tidak ada yang praktis di dunia ini. Apa yang kuhapkan," monolognya.

Ia kembali membuka sedikit kelopak matanya dengan bibirnya yang melengkung sedikit ke atas. "Aku akan kembali padanya"

"Kau yakin?"

Sebuah suara familiar menarik perhatian si surai baby pink. Begitu ia menolehkan kepala maniknya langsung membelalak. Bagaimana tidak? Seorang anak kecil berdiri di hadapannya dengan menundukkan kepala.

Namun meskipun begitu, ia dapat mengenali sosok anak kecil ini dengan sangat jelas. Mana mungkin ia tidak mengenali sosok dirinya sewaktu masih kecil kan?

"Kenapa aku harus ragu kembali pada saudara kembarku sendiri?" balas Tenn.

Sosok yang merupakan Tenn kecil masih menyembunyikan raut wajahnya. "Selama ini dia sudah terlalu dimanja kan? Kasih sayang yang diterimanya jauh lebih besar daripada kita. Ini tidak adil"

"Itu karena orang tua kita memperhatikan kondisi kesehatannya," balasnya kembali.

Sosok Tenn kecil semakin terbawa emosi. "Tapi ini tidak adil! Mereka hanya mempedulikan Riku! Hanya Riku yang disayangi! Riku mengambil semuanya dari kita! Hanya karena Riku penyakitan, kita yang harus menderita! Bahkan sampai pergi dari rumah hanya demi biaya pengobatannya!"

"Kukira kau adalah diriku. Tapi ternyata dugaanku salah," ujar Tenn memberikan tatapan tajam yang menyiratkan kesan marah di dalamnya. "Aku tidak akan pernah menaruh kebencian padanya," lanjutnya dengan penekanan di setiap katanya.

Tersentak akan respon yang diberikan, sosok Tenn kecil mengepalkan kedua telapak tangannya dengan erat.

Si surai baby pink melangkahkan kakinya dan mulai meninggalkan sosok itu. "Aku tidak punya waktu meladenimu," ujarnya dingin. Namun langkahnya terpaksa terhenti ketika sosok itu memegang pergelangan tangannya.

"Bukankah Riku sudah merampas waktu kita? Dia merenggut semua kebahagiaan kita! Memangnya kau tidak iri?!"

( pixiv )

"Iya aku memang sempat iri padanya," balas Tenn melepaskan pegangan sosok itu yang membuat langkahnya terhenti. Secara berkala bibirnya tertarik ke atas membentuk senyum tulus di wajahnya. Ia memundurkan langkah, menciptakan jarak kecil diantaranya. Lantas Tenn kembali berkata, "Tapi aku tidak pernah membencinya"

"Kau yakin?"

Anggukan tegas diberikan sebagai jawaban. "Riku adalah kebahagiaanku dan adik satu-satunya yang sangat kusayangi"

.
.
.

- To be continued -

( a/n )

Hayyy-!

Maap kan saya yang tidak update selama beberapa minggu ini :(

Jujur, SMA itu sibuknya bukan maen... Kelas 9 memang sibuk tapi kelas 10 makin menyibukkan..

Jadi saya tidak punya banyak waktu luang untuk mengetik.

Tapi saya usahakan untuk update~!

Maap dan timakacii ^^

Moga enjoy dengan ketikanku yaw :D
Babaii~!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro